Pagi tiba dengan ketegangan yang masih menggantung di udara. Lingling duduk ditepi tempat tidur, matanya tak lepas dari wajah Orm yang masih terlelap. Luka di perut Orm sudah diperban dengan rapi, tetapi Lingling tau kondisinya masih rapuh.
Ying masuk ke kamar dengan laptop di tangannya. "Data ini adalah tambang emas. Kita punya daftar semua anggota, lokasi operasi, bahkan akses ke akun keuangan mereka. Kalau kita mainkan ini dengan benar, mereka bisa hancur total.
Lingling mengangguk, tetapi fokusnya tetap pada Orm. "Kita akan menghancurkan mereka, tapi aku tidak akan membiarkan ini mengorbankan orang yang aku cintai."
Ying menatapnya dengan penuh pemahaman. "Aku mengerti, kita bisa menyerang dari jarak jauh. Sebar informasi ini ke pihak yang tepat, biarkan mereka saling menghancurkan."
Dengan bantuan Ying, Lingling mengirimkan data rahasia ke beberapa organisasi pemerintah dan kelompok lawan yang sudah lama mencari celah untuk menghancurkan musuh mereka. Dalam waktu singkat, informasi itu mulai menyebar seperti api, memicu kekacauan di antara para anggota kelompok.
Namun, tindakan itu juga memiliki konsekuensi. Musuh mereka menyadari siapa yang bertanggung jawab, dan serangkaian ancaman mulai berdatangan.
Lingling tau mereka tidak bisa tinggal di kota kecil ini lebih lama lagi. Malam itu, dia dan Ying menyiapkan rencana untuk pergi. Orm, meskipun masih lemah, bersikeras untuk ikut.
"Kamu tidak bisa meninggalkanku di sini, Ling." kata Orm. "Aku tidak peduli seberapa berbahayanya. Aku akan bersamamu."
Lingling meraih tangan Orm, menggenggamnya erat. "Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Tapi kita harus cepat, sebelum mereka menemukan kita."
Mereka meninggalkan kota itu saat fajar, menumpang truk tua yang dikemudikan oleh salah satu kenalan Ying. Jalan menuju tempat aman terasa panjang dan penuh ketegangan. Lingling tidak pernah melepaskan pandangannya dari jendela, berjaga-jaga terhadap ancaman yang mungkin muncul kapan saja.
Orm, meskipun masih lemah, mencoba menyembunyikan rasa sakitnya. Dia bersandar di bahu Lingling, menemukan rasa nyaman di tengah ketakutan. "Apa kamu yakin kita akan selamat dari ini?" tanya Orm pelan.
Lingling menoleh, menatap Orm dengan serius. "Aku tidak tahu. Tapi aku tahu satu hal—aku akan melakukan apa pun untuk melindungimu."
Orm tersenyum kecil, meskipun matanya memancarkan kelelahan. "Aku percaya padamu, Ling."
Ketika mereka akhirnya tiba di sebuah kota baru, mereka menyewa sebuah kamar kecil di sebuah motel tua. Lingling tahu ini hanya tempat singgah sementara, tetapi untuk saat ini, mereka membutuhkan waktu untuk merencanakan langkah berikutnya.
Lingling duduk di tepi ranjang, membersihkan senjatanya sambil mendengarkan suara napas Orm yang tertidur di belakangnya. Ying, di sisi lain ruangan, sibuk dengan laptopnya, terus memantau reaksi dari informasi yang mereka sebarkan.
"Sepertinya kelompok itu mulai runtuh," kata Ying, memecah keheningan. "Beberapa anggota mereka sudah tertangkap, dan sisa-sisanya sedang diburu."
Lingling mengangguk tanpa berkata apa-apa. Baginya, ini bukan hanya soal menghancurkan musuh, tetapi juga tentang memastikan bahwa Orm bisa hidup tanpa rasa takut lagi.
"Kita berhasil, Ling." kata Ying lagi.
Lingling menoleh ke arah Orm, yang tertidur dengan damai untuk pertama kalinya dalam beberapa hari terakhir. Dia menghela napas panjang, merasa beban di dadanya mulai berkurang.
"Belum selesai," gumam Lingling. "Tapi kita semakin dekat."
Ketika Orm terbangun, dia melihat Lingling duduk di tepi tempat tidur, memandangi matahari terbenam dari jendela kecil mereka. Orm meraih tangannya, membuat Lingling menoleh.
"Apa yang kamu lihat?" tanya Orm.
"Awal yang baru." jawab Lingling pelan, lalu meremas tangan Orm dengan lembut.
Mereka tahu jalan di depan masih penuh tantangan, tetapi mereka akan menghadapinya bersama. Karena bagi mereka, cinta adalah satu-satunya kekuatan yang cukup besar untuk melawan kegelapan apa pun.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayang-Bayang Dibalik Cinta S1
FanfictionSeorang pembunuh bayaran dingin bernama Lingling Alista Kwong terjebak dalam dilema ketika dia jatuh cinta pada Orm Calliandra, wanita yang seharusnya menjadi targetnya. Dalam pelarian dari ancaman mematikan, mereka harus menghadapi musuh bersama, m...