Episode Selanjutnya...
Malam ini Gracia merasa ada yang aneh dengan Mis Tara yang tidak masuk ke sekolah.
"Kenapa rasa nya aneh banget adek yang nggak masuk sekolah bisa barengan dengan Mis Tara?."
"Dan yang aku lihat tadi pagi..."
Seketika ingatan Gracia berputar ke kejadian tadi pagi saat dirinya diantar ke sekolah oleh Papa nya, Dimana netra nya menangkap pemandangan orang yang tak asing di dalam sebuah mobil yang bersebrangan dengan laju mobil yang Ia tumpangi.
"Nggak, gak mungkin adek..." gumam Gracia saat tersadar dari lamunan sekejap itu.
"Tapi aku yakin itu mobil Mis Tara yang di pakai kemarin, kalo itu bukan adek.. terus siapa dong?." Ucap nya terhenti sedikit merenung
"Aaahhhh Gracia, gini nih kalo rindu adek nya pasti pikiran nya gak bisa diajak kompromi banget. Sedikit berpikir positif lah Ge, mungkin itu adiknya Mis Tara. Emang kamu aja yang punya adik? Orang lain juga punya kali." Gerutu nya berdialog sendiri
"Kemana sih kamu dek hari ini? Cici kangen tau." Kesal nya merindu orang yang selama ini tak pernah jauh dari nya.
"Biasa nya kamu suka datang ke kamar Cici cuma buat ngeledek doang dan cari ribut, sekarang rasa nya sepi banget tau gak dek?. Cici udah seneng saat dulu pertama kali adek hadir dan datang ke rumah ini, tapi sekarang... kaya nya adek ngehindarin Cici banget. Miss adek yang dulu." Ucap Gracia dengan berbagai emosi
"Jika saja malam itu Papa gak bicara yang nggak nyakitin hati kamu, pasti Kamu ada di samping Cici sekarang." Mendadak sendu dalam ke rinduan rasa nya memang sangat merepotkan.
......
Di kamar Narendra.
Pria paruh baya itu tengah duduk di meja kerjanya, menatap sebuah lembar photo yang telah usang termakan jaman.
Senyumnya sedikit melebar dari biasa nya, namun senyuman penuh arti yang tak bisa dijabarkan.
"Andai waktu itu kita tidak terpecah belah dan kamu lebih percaya dengan ku, hari ini kamu masih hidup bersama kedua putri mu." Tak ada bahasa yang terucap lebih dari ini dari mulut pria paruh baya itu.
Menit berikut nya, Ia menyimpan potrer usang itu ke dalam sebuah laci meja kerjanya.
Tetapi tangan nya mengepal sangat kuat, gurat wajah nya penuh dengan kemarahan yang tertahan seperti ingin sekali melampiaskan amarah nya saat ini juga.
Tak berselang lama ada satu sosok yang berdiri di hadapan nya.
Pria paruh baya itu mengelus wajahnya perlahan namun terkesan bisa sedikit meredam emosi yang tengah memuncak dalam diri nya.
"Temui dia sekarang." Titah pria paruh baya itu sedikit berdialog lewat Bathin nya.
Sosok itu seolah sangat menurut dengan pria paruh baya itu, entah kekuasaan apa yang Ia punya tapi dengan mudah nya sosok itu mengikuti perintahnya.
.....
Di rumah sakit malam hari.
Gita si adik manja pada kakaknya ini tengah menyantap sebuah menu rumah sakit yang memang tidak ada kata enak untuk lidah orang yang tidak sehat.
Namun sang kakak memaksa agar Ia mau makan. Gita sangat tau konsekuensi jika dirinya tidak menuruti Titah sang kakak.
Beberapa kali ingin rasa nya Ia memuntahkan semua isi perutnya. Tapi Ia tahan meskipun menyakitkan.
"Huekkk." Di suapan Terakhirnya harus berujung di fase keluar semua makanan yang telah dilahap
Dengan sangat telaten Shani membersihkan setiap muntahan yang Gita keluarkan, meskipun harus terkena baju nya sekalipun.

KAMU SEDANG MEMBACA
Who Are You? (Slow Up)
Ficção Geral"My life and behavior were considered strange, because I could see things they couldn't see." _Argita Shienna At-treya_