Haloo! gimana kabarnya? semoga kebahagiaan selalu menyertai setiap langkah kalian!!
Utamakan vote terlebih dahulu sebelum membaca untuk menghargai penulis‼️
Happy reading 🤍
•••
Setelah mengisi perut di kantin tadi, kini Elodie sedang menjalani kelas di jurusan Biologi. Waktu sudah menunjukkan pukul lima kurang dua menit. Elodie mulai membereskan barang-barang miliknya. Karena sebentar lagi, jam pulang akan segera tiba.
Benar saja, tak lama setelah itu, dosen yang mengajar mulai membereskan barang-barang miliknya dan mengakhiri pertemuan mereka.
Elodie melangkah keluar sesaat setelah dosen uang mengajar keluar dari dalam kelas. Di depan sana, ternyata sudah ada Zayyaf yang menunggu Elodie.
“Maaf lama, Mas dari tadi?” tanya Elodie kepada Zayyaf.
“Nggak perlu minta maaf. Mas juga baru sampe kok,” balas Zayyaf berbohong. Sebenarnya, ia sudah sampai sejak tiga puluh menit yang lalu. Namun, karena tak ingin membuat Elodie merasa tak enak, maka dari itu ia katakan saja baru sampai.
Tangan Zayyaf tergerak untuk membukakan pintu mobil untuk Elodie. Setelah memastikan Elodie masuk ke dalam mobil, Zayyaf segera masuk juga ke dalam mobil di kursi pengemudi.
“Hari ini, kita langsung ke psikolog ya,” ujar Zayyaf memberitahu Elodie.
“Nggak bisa besok aja?” tanya Elodie dengan nada yang terdengar lesu.
“Nggak bisa. Sebentar doang kok, habis itu, baru kita pulang, oke?” ucap Zayyaf dengan nada yang lembut.
“Yaudah,” balas Elodie mengalah.
“Nggak usah cemberut gitu, nanti habis pulang kontrol kita jajan dulu,” ucap Zayyaf berusaha membujuk Elodie.
“Bener, ya?” tanya Elodie. Jika sudah soal makanan, mana bisa nolak.
“Iya, bener,” balas Zayyaf diakhiri dengan kekehan kecil yang keluar dari mulut lelaki itu.
•••
Saat ini, mereka duduk di ruang konsultasi yang hangat, tetapi atmosfernya terasa berat. Elodie mulai menceritakan banyak hal.Psikolog itu mendengarkan dengan tenang, mencatat di atas kertasnya, lalu menoleh ke arah Elodie.
“Elodie, apa yang kamu rasakan saat itu? Apakah ada hal tertentu yang memicunya?”
Elodie akhirnya menatap psikolog itu dengan mata penuh rasa takut. “Saya... saya tidak tahu. Ladang-kadang, suara atau bau tertentu membuat semuanya kembali. Saya merasa seperti berada di tempat itu lagi… tempat di mana semuanya dimulai.”
Setelah beberapa percakapan mendalam, sang psikolog menghela nafas panjang. “Elodie, dari apa yang kamu ceritakan, saya menduga ini adalah gejala PTSD. Gangguan stres pascatrauma. Biasanya terjadi setelah pengalaman traumatis yang sangat berat.”
Zayyaf merasa jantungnya berhenti sesaat. “Tapi... tapi itu sudah lama sekali. Bagaimana mungkin masih memengaruhinya sekarang?”
“Trauma tidak selalu hilang dengan waktu, Pak,” jawab psikolog itu lembut.
“Kadang ia mengendap di dalam diri seseorang, menunggu saat yang tidak terduga untuk muncul. Tapi kabar baiknya, ini bisa diatasi. Dengan terapi dan dukungan dari orang-orang tercinta, Elodie punya peluang besar untuk pulih.”
Elodie menunduk, air mata mengalir di pipinya. “Tapi aku tidak tau apakah aku kuat.”
Zayyaf langsung meraih tangannya, menggenggamnya erat. “Jangan pernah bilang gitu. Kita akan melewati ini bersama, apapun yang terjadi.”
“Kekuatan berasal dari dalam, percayalah pada dirimu dan teruslah berjalan,” lanjutnya.
Elodie hanya mengangguk pelan, tapi senyumnya mulai kembali, meski tipis.
⋆𐙚₊˚⊹ To be continue ⊹˚₊𐙚⋆
haloo! Novel My Gus akan mulai PO tanggal 14-30 Desember 2024!!
jangan lupa nabung buat peluk novel Gus Zayyaf 🤍

KAMU SEDANG MEMBACA
My Gus [TERBIT]
Teen FictionZayyaf El-hemaza. Seorang gus yang dijodohkan dengan seorang mahasiswa double degree, Elodie Haveelaz. Zayyaf adalah sarjana kriminologi yang memilih profesi sebagai polisi reserse. Bukan karena apa, Zayyaf memilih menjadi polisi reserse karena ia i...