Haloo! gimana kabarnya? semoga kebahagiaan selalu menyertai setiap langkah kalian!!
Utamakan vote terlebih dahulu sebelum membaca untuk menghargai penulis‼️
Happy reading 🤍
•••
Sore itu, kawasan ndalem terasa sunyi. Umi Hana dan Kyai Hafidz, sedang sibuk di pengajian bersama para santri. Sementara itu, Elodie baru saja tiba dari kampus dengan membawa setumpuk buku di tas punggungnya. Di tangannya ada sebuah buket bunga mawar putih yang segar dan beraroma lembut.
Ia meletakkan buket itu di meja yang berada di dalam kamar miliknya. Tatapannya penuh rasa bingung, bercampur sedikit gelisah. Hatinya bertanya-tanya, Kenapa Samuel mengirimkan bunga ini setelah sekian lama?
Belum sempat pikirannya mencari jawaban, suara langkah kaki terdengar dari pintu belakang. Zayyaf baru saja pulang dari dinas di kantor kepolisian. Seragam cokelatnya terlihat rapi meski wajahnya menyiratkan kelelahan. Namun, senyumnya tetap hadir begitu ia melihat Elodie.
“Sudah pulang?” Tanya Zayyaf sembari menebarkan senyuman indah. Tapi kemudian pandangannya jatuh ke buket bunga di atas meja. Dahinya berkerut. “Bunga? Dari siapa?”
Elodie membeku sejenak. Ia tahu pertanyaan itu akan datang, tapi tetap saja rasanya berat untuk menjawab. “Ehm… dari seseorang,” jawabnya pelan.
“Seseorang?” Zayyaf mengulangi kata itu dengan nada bertanya. Matanya menatap lekat ke arah Elodie. “Siapa? Temanmu?”
Elodie tahu ia tidak bisa mengelak lebih lama. Mengambil napas dalam, ia menatap Zayyaf dengan hati-hati. “Samuel,” katanya akhirnya.
“Samuel?” Zayyaf mengernyit. “Siapa Samuel?”
Elodie menelan ludah, lalu berkata dengan suara yang lebih pelan, “Samuel… dia mantan pacarku.”
Sejenak, ruangan terasa hening. Hanya suara detak jam dinding yang terdengar samar. Tatapan Zayyaf berubah, dari kebingungan menjadi sesuatu yang lebih tajam.
“Mantan pacar?” ulangnya, suaranya terdengar datar tapi mengandung emosi yang tertahan.
Elodie mengangguk, merasa berat untuk mengatakannya.“Aku tidak tahu kenapa dia tiba-tiba mengirimkan bunga ini. Aku tidak menghubunginya sama sekali. Ini benar-benar di luar kendaliku.”
Zayyaf terdiam, menatap buket bunga itu seolah benda itu adalah ancaman. Perasaannya bercampur aduk—marah, bingung, dan sedikit cemas.
Ia mengambil buket itu dan memperhatikan kartu kecil yang terselip di antara kelopak mawar putih.
To Elodie. Semoga kamu selalu bahagia, seperti dulu saat kita bersama. – Samuel.Membaca kata-kata itu, hati Zayyaf langsung bergejolak. Ia meletakkan buket itu kembali di meja dengan gerakan tegas.
“Elodie, kenapa dia masih berani mengirimkan sesuatu seperti ini? Apakah dia tidak tahu kalau kamu sudah menikah?”
“Aku tidak tahu, Mas,” Elodie menjawab dengan jujur.
“Aku tidak pernah memberinya alasan untuk berbuat seperti ini. Aku juga tidak tahu kenapa dia tiba-tiba muncul lagi.”
Zayyaf menggelengkan kepala, jelas terlihat tidak puas dengan jawaban itu. “Kamu masih berhubungan dengannya?”
“Tidak!” Elodie cepat-cepat menyangkal. “Aku tidak pernah berhubungan dengannya lagi sejak kami putus. Aku bahkan tidak tahu dia masih memikirkan aku.”
Namun, kata-kata itu tidak bisa meredakan gejolak di hati Zayyaf. “Kalau begitu, kenapa dia merasa berhak mengirimi kamu bunga? Apa yang sebenarnya ada di pikirannya?”

KAMU SEDANG MEMBACA
My Gus [TERBIT]
Teen FictionZayyaf El-hemaza. Seorang gus yang dijodohkan dengan seorang mahasiswa double degree, Elodie Haveelaz. Zayyaf adalah sarjana kriminologi yang memilih profesi sebagai polisi reserse. Bukan karena apa, Zayyaf memilih menjadi polisi reserse karena ia i...