Chapter 3

242 25 1
                                        

Tiffany dan stephanie berjalan menuju ke kelas 5A setelah diberi tahu oleh lee saem sebentar tadi. Stephanie sangat bahagia kerna dia sekelas dengan eonninya.

Ya tau saja kalian, stephanie suka bergantung pada eonninya jika mereka diberikan tugas oleh saem. Sejujurnya sampai sekarang saja dia masih begitu.

Tiffany melihat tulisan 5A di atas pintu sebuah kelas lalu memberhentikan adiknya yang masih berjalan sebentar tadi. Stephanie berhenti lalu menatap tajam eonninya itu.

"Wae?" Tanya stephanie.

"Kita sudah sampai babo!"

"Mana?" Stephanie melihat-lihat di sekeliling tempat yang mereka berada sekarang.

"Di depan mu babo!" Tiffany menolak kepala stephanie agar melihat ke depannya. Stephanie terkekeh lalu menarik tangan tiffany buat masuk ke dalam.

"Annyeonghaseyo. Maaf menganggu saem, kami anak baru." Stephanie tersenyum manis pada seongsanim di depannya tapi berbeda dengan tiffany yang hanya menatap dingin gurunya itu.

"Oh kalian anak baru? Nde annyeonghaseyo. Kalian berdua bisa masuk dan duduk di bangku yang kosong di sana." Tiffany dan stephanie menuju ke arah tempat yang saem tadi tunjukkan. Tapi sebelum mereka bergerak mereka sempat di halang oleh saem itu tadi.

"Maaf. Apa.. kalian kembar?" Tiffany menatap datar guru itu.

'Sudahku tebak pasti dia akan nanya. Kenapa semua orang yang melihat kami akan bertanyakan itu? Apa mereka tidak bisa lihat sendiri kalau wajah kami sama? Haiishh... satu hal lagi untuk menjawabnya.' Batin tiffany. Stephanie menatap saem itu lalu menganggukkan kepalanya.

"Of course kim saem." Stephanie sempat melirik nametag di baju saem itu.

"Ya sudah. Silakan di duduk." Tiffany dan stephanie langsung bergegas ke tempat mereka lalu pembelajaran di mulakan seperti biasa.

Skip~

Tiffany dan stephanie bergerak ke kantin. Mereka tidak tahu di mana terletaknya kantin itu tapi hanya mengikut anak-anak di kelasnya yang juga ingin bergerak ke sana.

"Eonnie, sekolahnya besar ya." Tiffany hanya menatap jalan datar dan sesekali melirik permandangan sekolah barunya itu.

"Mana tidak besarnya, yuran di sini juga mahal."

"Tentu saja. Lihat anak-anak di sini keren-keren belaka ya." Stephanie tersenyum mengatakan itu lalu tiba-tiba dia berenti setelah sampai di kantin.

"Ya! Kenapa tiba-tiba berhenti begitu. Ayo masuk." Tiffany menarik tangan adiknya.

"Bentar eon, aku lihat seseorang." Stephanie menahan tiffany dari menariknya lalu hanya menatap seseorang yang dilihatnya tadi.

"Siapa? Mana?" Tiffany mencari-cari orang yang dimaksudkan stephanie.

"Itu, di sana." Stephanie menunjukkan seseorang itu pada meja no.7 lalu tiffany melihat ke tempat yang ditunjukkan adiknya itu.

"Dia? Namja yang aku tabrakkan?" Tiffany mengingat- ngingat namja yang ditunjukkan stephanie padanya.

"Iya eon. Dia tampan kan?" Reflex tiffany menatap adiknya. Tampan? Apa adiknya juga merasakan itu? What happen? Bagaimana bisa cita rasa stephanie sama sepertinya. Ini bisa gawat.

"Sudah lah dari menatapnya. Ayo kita kesana dan beli makanan. Aku lapar." Tiffany menarik tangan stephanie lalu tidak mendapat apa-apa tindakan dari adiknya.

Setelah mereka membeli makanan lalu mereka mencari meja untuk makan disana. Nampaknya semua meja sudah penuh dan hanya sisanya di tempat namja tadi. Tapi tidak mungkinkan mereka semeja dengan namja itu. Kalau stephanie pasti mahu cuma lainnya dengan tiffany yang inginkan duduk di tempat lain.

Twin's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang