Chapter 2

298 27 1
                                    

Tiffany dan stephanie yang sudah sampai di sekolah hanya menatapnya. Mana tidaknya pagar sekolah itu sudah tertutup rapat dan menyebabka mereka tidak boleh masuk ke dalam.

"Ini semua salah mu. Kamu harus bertanggungjawab. Kalau saja kamu tidak telat tadinya mungkin sekarang kita sudah berada di dalam." Tiffany memarahin adiknya yang menyebabkan mereka harus berada di luar pagar.

"Ah eonni tidak usah marahin aku terus. Iya aku janji besok aku tidak akan telat lagi. Sekarang kita harus ngapain?"

"Apa nya ngapain? Sekarang kamu harus minta sama jaga yang ada di dalam sana untuk membukakan gate ini." Tiffany menunjukkan jaga pada stephanie.

"Wae.. kenapa harus aku. Eonni saja." Stephanie merengek pada tiffany.

"Yak! Yang telat tadinya siapa? Kamu kan? Sekarang kamu yang harus ngomong sama jaganya."

"Ya sudah. Bentar." Stephanie menuju ke arah jaga lalu memegang pagar yang tertutup itu.

"Jeogiyo.. bapak bisa tolong bukankan pagarnya tidak? Kami anak baru di sini." Jaga itu melihat ke arah stephanie.

"Anak baru? Tapi kenapa kalian telat? Aku tidak bisa membukakan pagar sesuka hati."

"Maaf pak. Kami tidak tau masuk sekolahnya jam berapa. Besok kami janji tidak akan telat lagi. Sekarang tolong bukakan ya." Jaga itu melihat stephanie lalu melihat ke arah tiffany pula.

"Kalian kembar? Wajah kalian mirip sekali." Tanya jaga itu.

"Iya pak. Sekarang buka kan pagarnya. Kita sudah telat." Stephanie tersenyum ke arah jaga itu sambil menunjukkan eye smilenya.

"Ya sudah tapi kalian jangan telat lagi. Jika kalian telat lagi akan ku bawa kalian berjumpa dengan bapak disiplin, mengerti?"

Tiffany dan stephanie mengangguk secara bersamaan. Setelah pagar dibuka, mereka langsung bergegas masuk ke dalam.

"Terima kasih pak." Stephanie mengucapkan terima kasih tapi tiffany hanya membungkukkan badannya pada jaga itu.

"Sekarang kita harus ke mana?" Tanya stephanie pada tiffany.

"Bisa tidak kalau kamu pikir jawapannya sendiri? Bisa tidak jangan hanya menanyakan aku saja?" Tiffany menjawabnya dengan suara datar khas miliknya. Stephanie hanya memandangnya sebal.

"Iya tapi aku tidak tau eonni."

"Bisa tidak jangan menunjukkan pikiran bapo mu di sini. Coba kembangkan akal mu, stephanie." Tiffany menatap malas adiknya lalu tidak sengaja dia tertabrakan dengan seseorang. Tiffany terjatuh gara-gara yang bertabrakan samanya adalah seorang namja.

"Mianhabnida. Gwaenchanayo?" Namja itu menghulurkan tangannya untuk membantu tiffany bangun. Lama tiffany menatap tangan namja itu lalu menyambutnya.

"Jeoneun park chanyeol ibnida." Namja itu menghulurkan tangannya pada tiffany sambil tersenyum. Tiffany menatap wajah namja itu lalu terpaku di tempatnya.

Deg..

'Namja itu ganteng sekali. Kenapa hatiku berdegup sekencang ini.' Batin tiffany berkata sambil matanya asyik menatap namja yang berada di depannya. Chanyeol masih tersenyum dengan tangan yang dihulurkan ke arah tiffany membuatkan tiffany menyambut huluran tangan itu.

"Jeoneun tiffany hwang ibnida. Maaf soal tadi."

"Nde, gwaenchana tiffany-ssi." Kata chanyeol dengan tangan yang masih berjabat dengan tiffany. Lama mereka berjabat tangan lalu mendapat tatapan risih daripada stephanie.

"Hekhem..." Stephanie berdehem kepada mereka lalu membuatkan mereka melepaskan tangannya.

"Aku stephanie hwang adik kepada tiffany hwang gadis yang mu tabrak tadinya." Stephanie menghulurkan tangannya pada chanyeol lalu di sambut oleh chanyeol.

"Park chanyeol." Kata chanyeol singkat lalu menatap stephanie dan seterusnya menatap tiffany dengan pandangan aneh. Seolah-olah mengetahui apa yang difikirkan chanyeol, stephanie langsung menjawabnya.

"Kami kembar."
"Ah, pantasan wajah kalian mirip sekali. Rasanya aku tidak bisa membezakan kalian. Hihi." Chanyeol sedikit tertawa lalu menunjukkan senyum yang menampakkan deretan giginya yang rapi. Stephanie terpaku melihat senyuman chanyeol lalu membalas senyuman chanyeol.

"Kalau kamu mau membezakan kami mudah saja. Wajah tiffany punya 3 tahi lalat tapi wajah ku tidak."

"Jinjjayo?"

"Iya. Kalau kamu tidak percaya kamu bisa lihatnya sendiri. Ayo dekatka wajahmu pada wajahnya." Tiffany menatap stephanie tajam lalu memukul perutnya sedikit keras. Stephanie meringis kesakitan lalu kembali tersenyum pada chanyeol. Chanyeol yang melihat mereka hanya tertawa.

Tidak tau apa yang ditawakan chanyeol tapi menurut tiffany chanyeol seorang yang periang. Dari tadi dia tidak henti-hentinya tersenyum dan tertawa pada mereka. Namja aneh -_-

"Jeongmallo? Bisa ku lihat."

"Bisa dong. Ayo cepat lihatnya." Stephanie tidak meminta kebenaran daripada tiffany langsung menjawab pertanyaan chanyeol. Chanyeol mendekatkan wajahnya pada wajah tiffany sambil mengira-ngira. Tiffany tidak bergeming tapi bisa dilihat kalau pipi tiffany memerah.

"Iya benar. Ada 3. Lucu ya. Hihi." Chanyeol dapat melihat pipi tiffany yang memerah.

'Cantik.' Itulah apa yang dirasakan chanyeol saat ini.

"Chanyeol-ssi, bisa ku tanya sesuatu? Selalunya anak baru yang masuk sekolah harus ke mana ya?" Stephanie bertanya kepada chanyeol.

"Selalunya pasti ke kantor guru. Apa kalian mau aku tunjukin kantor guru nya?" Tawar chanyeol kepada mereka lalu mendapat anggukan daripada keduanya.

"Ayo." Chanyeol mendahului jalan ke kantor guru lalu diikuti mereka selanjutnya.

Sepanjang perjalanan ke kantor guru stephanie dan chanyeol saja yang bersembang ria. Tiffany hanya menatap mereka sebal. Walaupun begitu, tiffany tidak pernah menunjukkannya kerna takut bakal ketahuan sama mereka.

Kadang-kala chanyeol sempat melirik tiffany senyap-senyap lalu kembali berborak bersama stephanie.

TBC

Twin's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang