Ckrek… Ckrek…
Cahaya kamera berkedip, menangkap momen-momen penuh kenangan dalam bentuk gambar. Keluarga siswa-siswi yang baru saja menyelesaikan pendidikan mereka tertawa dan tersenyum, suasana penuh kebahagiaan terasa menyelimuti. Yoongi menghela napas panjang, hatinya terasa tenang saat melihat pemandangan itu.
“Nampaknya kau tertular kebahagiaan mereka, Yoon.”
Yoongi menoleh dan mendapati temannya, Jimin, berjalan mendekat dengan senyuman khas yang hampir menenggelamkan mata sipitnya.
“Ya, ini pemandangan langka, bantet,” balas Yoongi, terkekeh kecil.
Jimin menepuk pundaknya ringan. “Langka, tapi indah, bukan?”
Yoongi tersenyum kecil dan kembali memandang sekitar. Namun, pikirannya tiba-tiba melayang ke tragedi yang menelan banyak nyawa. Siswa-siswi yang lulus hari ini bisa dihitung dengan jari, karena mereka merupakan yang pada saat itu tidak dapat mengikuti field trip. Hanyalah dirinya, Jimin, Taehyung dan Jungkook yang menjadi satu satunya berhasil bertahan hidup. Napasnya terasa berat.
“Mhm, kurasa sebanyak apa pun konseling yang diberikan, luka itu tak akan pernah hilang,” gumam Jimin lirih, seolah membaca pikiran Yoongi.
Yoongi hanya mengangguk pelan. “Aku akan menjenguk mereka setelah acara ini selesai.”
“Baiklah, aku akan menyusul nanti,” balas Jimin sambil tersenyum.
Yoongi tertawa kecil, mencoba mengusir suasana suram. “Tentu, habis pacaran dulu, ya?”
Jimin langsung memukul lengannya, membuat keduanya tertawa kecil sebelum suara dari pengeras suara memecah keheningan.
“Halo, halo! Mohon perhatian. Para siswa-siswi beserta keluarga dipersilakan duduk di kursi depan. Acara kelulusan akan segera dimulai.”
“Yap, itu panggilan untuk kita!” Jimin segera menarik tangan Yoongi tanpa aba-aba.
“Anjir, bantet! Pelan-pelan, napa!” gerutu Yoongi.
Langkah mereka terhenti ketika sampai di kursi yang telah dipilih Jimin. Yoongi langsung mengenali dua sosok yang duduk di sana.
“Tae Tae-hyung! Jungkook-hyung!” serunya bahagia.
Jungkook hanya tersenyum sambil menarik Jimin ke dalam pelukannya.
“Ah, biarkan si bontot sibuk sendiri,” canda Taehyung, meraih tangan Yoongi dengan lembut.
“Selamat atas kelulusanmu, cantik,” ujarnya sambil mengelus tangan Yoongi.
Yoongi tersipu dan menunduk malu, sementara Taehyung tertawa kecil. Keduanya akhirnya duduk bersebelahan, sementara Jimin dan Jungkook tenggelam dalam dunia mereka sendiri.
Taehyung mengangkat dagu Yoongi perlahan, membuat mereka saling bertatapan. “Gi, jangan sembunyikan wajah manismu.”
Yoongi memukul lengannya pelan, tapi pipinya tetap memerah. Taehyung tertawa puas, sementara Yoongi menghela napas kesal.
“Hyung, serius deh!”
Sebagai gantinya, Taehyung menyodorkan boneka Kumamon mini dengan buket bunga kecil di tangannya.
“Hyung, astaga! Ini lucu banget!” seru Yoongi, menempelkan boneka itu ke pipinya.
Taehyung tersenyum puas. “Iya, benar-benar menggemaskan.”
Yoongi tahu betul pujian itu bukan untuk bonekanya, tapi ia terlalu malu untuk membalasnya.
“Psst~ acara mau mulai tuh, pacarannya nanti aja,” goda Jimin sambil menyikut Yoongi.
Jika bukan karena Lee Ssaem yang sudah berada di depan, Yoongi pasti sudah membalas godaan itu dengan tumpukan rumput yang dengan senang hati akan ia masukan kedalam mulut si park bantet itu.
•••
Pidato Lee Ssaem
“Selamat kepada kalian, siswa-siswi tercinta, atas kelulusan ini. Hari ini bukan akhir, tetapi awal dari perjalanan baru. Saya yakin apa yang kalian pelajari di sini akan menjadi bekal berharga untuk masa depan.”
Pidato itu mengalir penuh semangat, namun mendadak suasana berubah ketika Lee Ssaem menyebut tragedi field trip.
“Tragedi itu mengingatkan kita untuk menghargai setiap momen dan menjalani hidup dengan penuh makna.”
Yoongi menunduk, hatinya tersayat mengingat mereka yang gugur. Namun, ia tersentak saat Lee Ssaem memanggil namanya.
“Saya ingin mengundang Min Yoongi, salah satu murid berprestasi dan salah satu dari empat korban yang selamat, untuk memberikan sepatah kata.”
Jimin menyemangatinya. “Ayo, Yoon. Kau bisa!”
Taehyung menambahkan, “Biarkan mereka dikenang dengan baik. Jika mereka tidak bisa menyelesaikan pendidikan mereka, setidaknya mereka bisa menjadi pengingat pentingnya berjuang.”
Yoongi mengangguk pelan dan melangkah ke panggung, diiringi tepuk tangan meriah.
•••
Pidato Yoongi
“Selamat siang semuanya, para guru, orang tua, dan teman-teman yang saya cintai. Hari ini adalah hari yang istimewa bagi kita semua, tetapi izinkan saya mengingat kembali memori yang tak bisa dilupakan. Beberapa tahun lalu, kita kehilangan teman-teman yang kita sayangi dalam tragedi field trip.”
Yoongi berhenti sejenak, menarik napas dalam sebelum melanjutkan.
“Kehilangan itu menjadi luka mendalam, tetapi juga pengingat akan betapa berharganya hidup. Kita di sini bukanlah kebetulan. Kita adalah perpanjangan dari impian mereka yang telah pergi. Kenangan mereka akan selalu hidup di hati kita.”
Kata-kata itu membangkitkan semangat dan emosi seluruh ruangan. Beberapa orang mengangguk setuju, sementara yang lain menatap Yoongi dengan mata berkaca-kaca.
“Hari ini, kita merayakan kelulusan, tetapi juga berkomitmen untuk menjalani hidup yang lebih berarti. Terima kasih kepada para guru, keluarga, dan teman-teman yang telah mendukung perjalanan ini.”
Yoongi menoleh ke arah Taehyung, Jimin, dan Jungkook yang menatapnya dengan bangga.
“Untuk teman-teman kita yang telah pergi, ini untuk kalian. Kalian tidak akan pernah dilupakan. Terima kasih.”
Ruang aula bergemuruh oleh tepuk tangan meriah. Yoongi mengembalikan mikrofon kepada Lee Ssaem, yang menepuk pundaknya penuh kebanggaan.
“Teruslah semangat, Yoongi. Ini bukan akhir perjalananmu.”
Beberapa jam setelah acara selesai, mereka berempat berdiri di tepi pantai. Rupa nya, Jimin dan Jungkook memutuskan untuk ikut serta menjenguk. Angin laut yang dingin menyapu wajah mereka, membawa kenangan masa lalu yang terasa begitu nyata. Di tangan masing-masing terdapat bunga putih yang akan mereka taburkan ke laut.
"Ini untuk Sam, Jiho, dan semuanya," ucap Yoongi pelan, suaranya hampir tenggelam oleh suara ombak.
Mereka berdiri dalam keheningan, masing-masing mengucapkan doa dalam hati. Bunga-bunga putih itu jatuh perlahan ke air, terbawa arus yang seolah mengantarkan doa mereka kepada orang-orang yang telah pergi.
Taehyung meraih tangan Yoongi, memberikan cengkeraman yang lembut namun penuh arti. "Aku tahu mereka bangga pada kita, Gi. Kau tahu itu, kan?"
Yoongi mengangguk, menatap mata Taehyung yang dipenuhi ketulusan. "Aku tahu, Hyung. Dan aku akan memastikan mereka tidak pernah dilupakan."
Di sebelah mereka, Jimin dan Jungkook saling berpelukan, berbagi kehangatan di tengah dinginnya malam. Meskipun rasa kehilangan itu tidak akan pernah benar-benar hilang, mereka tahu satu hal: mereka memiliki satu sama lain, dan itu cukup untuk melangkah maju.
Langit malam yang dipenuhi bintang seolah menjadi saksi atas janji mereka. Mereka adalah penyintas, tetapi lebih dari itu, mereka adalah penerus mimpi-mimpi yang terputus. Dan bersama-sama, mereka akan memastikan langkah baru mereka dipenuhi makna.
End.
Or continue?

KAMU SEDANG MEMBACA
Survival - Taegi [Complete]
FanfictionKatanya sih field trip, kok gini? Taegi Kookmin