"Dari lantai dua. Kita harus cepat!"
Tubuhku mungkin memang kecil tapi aku cukup cepat untuk berlari mengikuti langkah kaki Eririn dan Yuucha yang tentu saja jauh lebih cepat dari siswi kebanyakan. Teriakan perempuan seperti sedang disakiti atau terjadi sesuatu yang buruk menimpa dirinya dan parahnya lagi, baik aku, Eririn dan Yuucha tahu betul siapa pemilik suara minta tolong itu.
"Hah! Hah! Cepat sekali! Stamina mereka berdua seperti badak!"
"Aku harap Ayunda tidak bertindak berlebihan."
Wakana sudah terengah-engah lebih dulu karena berlari sambil menggendong Hisami di punggungnya. Hisami yang berada di belakangnya memasang muka serius. Bukan karena mengkhawatirkan si pemilik suara, tapi tentu saja kepada kakaknya sendiri. Tentu sebagai adiknya, ia lebih tahu apa yang akan diperbuat Eririn ketika menghadapi situasi seperti ini.
Kami terus berlari mengikuti kemanapun Eririn dan Yuucha melangkah. Hingga kami mencapai lantai dua yang dimaksud, pandangan yang kami dapati adalah seorang perempuan tinggi semapai surai biru jatuh bersandar di dinding seakan seperti didorong oleh seorang-
Oh tidak.
"Mngh... Adikku tidak ada hubungannya dengan ini!"
Langkah kami mematung melihat pemandangan yang sungguh tidak elok untuk disaksikan. Dua siswi kelas tiga tengah berkelahi. Dua orang yang sangat kami kenal, dua orang yang jika bertemu tidak akan memberi kenangan yang mengenakkan untuk diceritakan. Lebih-lebih untuk seorang Eririn dan Yuucha.
"Tidak akan kubiarkan siapapun lulus dari sekolah ini!"
Sementara perempuan yang satunya lagi berjalan mendekati perempuan surai biru panjang yang terdesak itu lalu mengangkat kerah bajunya bak seorang bandit. Tatapannya tajam, sama sekali tidak ada niat baik terpancar dari kedua matanya. "Tidak boleh ada seorangpun yang mendaftar ke klub, tidak terkecuali dirimu. Jika kau tak mau menurut, adikmu lah yang akan aku incar. Begitu juga semua siswi disini! Tidak akan kubiarkan kalian semua lari dari pengawasanku!"
"Ugh..."
Pemandangan yang sungguh memilukan. Kalau saja aku punya tenaga monster yang sama seperti Eririn, aku pasti sudah mencegahnya lebih dulu sebelum Eririn bertindak. Akan tetapi,
"..."
Saat aku memandang ke arah teman kecilku, rasa horor seketika menyelimutiku. Tangan kanannya mengepal kencang, bergetar hebat menahan amarah yang sangat besar. Aku mungkin sudah biasa melihat Eririn mencegah tindak perundungan yang kerap terjadi saat tahun pertama kami bersekolah disini dan dengan caranya yang lebih lembut. Tapi kali ini, Eririn seakan seperti orang asing bagiku. Baru sekarang aku melihatnya teramat sangat marah.
"Eccha-"
Dan belum sempat Yuucha selesai memanggilnya, Eririn dengan kecepatan larinya yang luar biasa itu bergerak cepat menuju dua orang yang sedang bertikai, tanpa menyadari ada orang lain lagi yang datang dengan amarah yang tak terbendung.
"KURANG AJAR KAU!!!"
Tangan kiri Eririn mendorong bahu kiri perempuan bandit itu, memaksanya untuk menatap Eririn tanpa ada kewaspadaan. Dan,
"Apa yang-"
Aku tak berani melihatnya. Kedua mataku reflek tertutup dengan rasa takut yang masih menyelimutiku. Sedetik sebelumnya aku bisa mendengar Wakana meminta Hisami untuk tidak melihat apa yang akan terjadi di hadapan mereka. Dan satu detik kemudian, suara pukulan keras yang terdengar. Lalu diikuti suara erangan perempuan seperti menahan sakit dan suara tubuh manusia yang tersungkur ke lantai.
YOU ARE READING
Kisah Klasik Keseharian Koikatsu
General FictionMencoba menjauh dari belenggu waktu yang telah berlalu dan mimpi yang terus berulang tanpa akhir, seorang perempuan bersama teman kecilnya membuat klub untuk membantu siswi lain yang mengalami masalah percintaan hingga kehidupan pribadi mereka. Inil...