Karena apa yang dikatakan oleh sistem mengenai alur gim season ketiga yang akan segera dimulai, aku jadi sering kehilangan fokus saat belajar etiket dengan Viscountess Maroloe. Wanita itu kelihatan tidak puas ketika aku terus-menerus melakukan kesalahan, terus melipat dadanya sambil menatapku tajam, sesekali berdecak jengah seolah aku ini tak memiliki harapan menjadi anak bangsawan.
Sebab, meskipun apa yang kulakukan ialah kesalahan kecil, Viscountess sama sekali tak memberi ampun. Mungkin karena aku adalah anak bangsawan, kasta Marquis pun merupakan status yang cukup tinggi, sehingga kesalahan sekecil apa pun tak akan diterima di dunia sosialita. Akhirnya, aku pun terus mengulangi banyak hal sampai Viscountess puas dengan apa yang kulakukan.
Meski begitu, sulit bagiku untuk tak bisa mengendalikan pikiranku yang berkecamuk hebat, menuturkan lebih banyak hipotesis tak perlu.
Saat aku dikembalikan ke dunia modern, apa yang dikatakan oleh sistem itu benar bahwa aku memilih kompensasi melanjutkan gim The Queen of Rose season ketiga secara sukarela. Pada saat itu, aku hanya berpikiran pendek mengenai pilihan kompensasi ini. sebab, satu-satunya hal yang aku pikirkan ialah jika aku melanjutkan alur gim, maka aku akan kembali pada keluarga yang tulus menyayangiku, lalu hidup bahagia sampai akhir. Pilihan itu setidaknya lebih baik dibandingkan bergelimang harta, tetapi ditenggelamkan dalam kesepian karena hidup sebatang kara.
Aku pikir, dengan kembali ke Crissalo, merupakan kompensasi yang layak untukku. Namun, aku ceroboh. Padahal aku membaca syarat dan ketentuan dengan baik, bahwa aku akan melanjutkan season ketiga gim. Namun, aku tak terlalu memikirkan hal ini selain aku yang kembali ke keluargaku.
Aku meringis kecil, kepalaku berdenyut nyeri. Seluruh konflik yang melibatkan kematian Arthevian sudah aku selesaikan, tetapi ada satu konflik yang belum selesai, yakni melibatkan pemeran utama wanita yang kini kehilangan perannya, Charlotte Montrose.
"Kieran," panggilku.
Saat ini, pelajaran etiket bersama Viscountess sudah berakhir, sehingga aku dan Kieran menghabiskan waktu bersama dengan minum teh di taman. Kieran juga tampaknya sudah selesai berlatih pedang, tubuhnya makin hari makin bagus dan kekar, seolah dia bukanlah seorang anak berusia empat belas tahun.
Sepasang netra abu-abunya menyorot tenang ke arahku, lembut dan penuh sayang. "Ya, Tuan Muda. Ada apa?"
Aku menggigit bibirku. Aku juga sedikiit bingung dengan apa yang harus kulakukan sebenarnya. Untuk menyelesaikan konflik ini, sudah pasti aku akan terus bersinggungan dengan Charlotte. Meski Charlotte di alur gim bukan ancaman bagi Arthevian, tetapi seluruh konflik yang terjadi pada Arthevian pasti akan melibatkan akhir tragis atau kematian jika ada Charlotte di sampingnya. Kali ini pun, aku ragu jika alur gim selanjutnya tak akan melibatkanku dalam hal yang berbahaya, atau bahkan kematian.
"Kieran, tolong lindungi aku kali ini," ujarku.
Aku tidak bisa benar-benar melindungi diriku sendiri. Aku memang memiliki sistem dan sihir es yang masih diasah secara amatir, tetapi untuk serangan eksternal di mana aku tidak bisa bereaksi dengan baik, lebih baik untuk mengandalkan Kieran yang sudah pasti akan mau mendengarkan permintaanku ini.
Kieran sedikit membulatkan matanya sebagai reaksi, lantas dia tersenyum. "Sudah pasti, Tuan Muda! Saya akan melindungi Anda, di mana pun, kapan pun!"
Aku sedikit mengembuskan napas dengan lega. "Kieran, bisakah kamu menceritakan kepadaku secara rinci mengenai Charlotte?"
Kieran memiringkan sedikit kepalanya bingung. "Nona Muda Charlotte dari Montrose? Apa yang ingin Tuan Muda ketahui?"
"Kamu pernah mengatakan bahwa Charlotte tidak benar-benar disayangi oleh Montrose lagi, mengapa? Bukankah dulu, gadis itu yang paling dicintai oleh mereka? Lalu mengapa saat ini Charlotte bagai dibuang tanpa berperasaannya oleh Montrose?"

KAMU SEDANG MEMBACA
END | Anak Buangan Duke
Historical Fiction[Brothership story!] "Padahal hanya anak buangan, tapi kamu seolah memiliki kuasa seperti seorang raja!" Kalimat itu ditujukan pada Arthevian Montrose menjelang ajalnya. Tak ada yang lebih buruk daripada dipenggal mati karena sikap tidak tahu diriny...