42.

4K 307 23
                                    

Langkah kaki Zakri bergerak memasuki sebuah ruangan di kantor polisi tempat Kakaknya bekerja. Ia telah mendapat persetujuan dari atasannya Leo untuk bertemu, dan Leo sendiri yang mengatarnya menemui sang kepala kepolisian di ruangannya setelah ia pulang dari sekolahnya.

"Permisi Pak, ini adik saya, namanya Zakri." ujar Leo memperkenalkan sang adik.

"Ya, silakan duduk."

Zakri dan Leo duduk di kursi yang ada di hadapan Pak Irwanto, kepala polisi yang juga merupakan Ayah dari Ica.

"Jadi, ada perlu apa Zakri ini ingin menemui saya?"

Zakri sempat diam sejenak lalu mengambil tablet miliknya. Ia menunjukan satu buah file yang berisi semua berita tentang kasus kematian beberapa orang yang pelakunya mengarah ke satu orang.

"Saya teman sekelasnya anak Bapak." ujar Zakri sebagai pembuka dan tentu menarik perhatian kedua orang yang sedang bersamanya itu.

"Mungkin Bapak bakal gak percaya sama apa yang mau saya sampaikan, tapi saya rasa saya tau siapa pelaku yang buat anak Bapak hilang sampai sekarang."

"Kamu tau pelakunya? Kenapa gak ngelapor dari kemarin-kemarin?"

"Karna orang yang saya curigai itu seperti belut, dan juga saya gak mau ada korban lagi dalam penangkapan dia."

Pak Irwanto nampak mengerurkan dahi. "Maksud kamu?"

"Pak, sebenarnya saya melihat anak Bapak sedang bersama seseorang sebelum sehari kemudian dia gak masuk sekolah. Orang itu adalah seorang laki-laki, berperawakan tinggi dengan rambut hitam lurus. Waktu itu saya gak bisa lihat jelas wajahnya karna posisinya membelakangi saya, tapi melihat interaksi Ica dengan lelaki itu, saya pikir mereka saling kenal."

Pak Irwanto melirik ke arah tablet yang ada di tangannya kemudian beralih lagi ke Zakri.

"Terus orang di foto ini?"

"Saya curiga dia lah pelaku yang sudah menculik Ica, karna dari segi ciri fisik saya yakin orang di berita-berita itu adalah orang yang sama dengan yang terakhir bersama Ica."

"Kalau begitu kita segera atur penangkapannya."

"Jangan Pak, terlaku berisiko kalau kita gegabah." Cegah Zakri.

"Terus maksud kamu ini gimana? Anak saya sudah berminggu-minggu gak ada kabar, masa sekarang kamu suruh saya gak bertindak?" tanya Pak Irwanto sedikit marah.

"Kita bukan gak bertindak, Pak, tapi kita berhati-hati. Pak, orang ini bisa lolos dari banyak kejaran polisi berarti dia ini bukan orang sembarangan. Saya gak tau gimana caranya dia bisa berulang kali gak ketangkep padahal dia juga gak keliatan berusaha sembunyi, berarti dia ini bukan orang yang takut sama hukum."

Kedua lelaki yang lebih dewasa itu terdiam memikirkan kata-kata Zakri yang memang ada benarnya.

"Terus, kamu punya rencana apa Zak? Gak mungkin kamu ke sini cuma buat nasehatin Pak Irwanto." ujar Leo.

"Pak, kalau Bapak bersedia, saya mau minta izin untuk ikut andil di kasus hilangnya Ica. Saya nemuin seseorang yang juga bisa bantu kita nangkep orang ini, tapi saya minta jaminan pada Bapak buat ngasih perlindungan ke teman saya dari jerat hukum." ujar Zakri dengan wajah serius.

"Kalau dia tidak terlibat, saya bakal kasih jaminan dia aman dari jerat hukum."

Zakri mengangguk.

"Tapi kalau dia terbukti terlibat, baik itu melakukan atau hanya sekadar melindungi pelaku, saya gak bisa berbuat apa-apa. Itu semua sudah ada undang-undang negaranya." sambung Pak Irwanto.

Tukang Daging Psikopat [Non kpop, No Edit] || FINISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang