Part 2 : Si siswa baru

30 2 0
                                    

Sial!
Gerutu cowok yang lahir di kota Big Ben, London. Ia terduduk pasrah di dalam mobilnya dalam hati.

Dia baru saja menabrak sebuah motor roda dua keluaran lama yang menampakkan kesan butut jaman doeloe yang beneran ketinggalan jaman tersebut sampai-sampai mobil milik ayahnya yang baru saja di belikan itu lecet di bagian depan.

Sungguh hari yang benar-benar sial. Cowok dengan nama lengkap Daffa Prasetyo itu pagi ini sudah terlambat datang ke sekolah barunya di daerah pusat kota.

Daffa bangun tidur saat jam sudah menunjukan 20 menit setelah bel masuk sekolah biasanya berbunyi.

Kepindahannya dari kota lamanya karena kerjaan Papa dan cabang toko butik Mama membuatnya juga harus pindah sekolah. Daffa mesti meninggalkan sobat-sobat Daffa dan pacar. P a c a r. Sebenarnya Daffa gak papa kalo Ichal, cewenya minta putus karena nggak sanggup LDR-an . Cieilah, dia kira mereka di ftv pula, walau Daffa memang suka keluar kota untuk manggung di acara konser atau apapun itu. Yah, walau belum melejit, Daffa memang seorang artis.

Menjadi seorang artis tampan yang terlebih lagi di kenal artis senior yang lain nggak membuat Daffa dikenal semua guru sebagai sosok yang baik. Daffa suka membuat keusilan di kelas dan alfa buat-buatan dengan keterangan "LAGI MANGGUNG, TANGGUNG PULANG CAPE BU" . Alhasil Daffa di panggil ke sekolah beserta kedua orang tuanya, dan pulang-pulangnya dapet surat skors satu bulan. Beeh, mesti ya satu bulan? Guru di skolah Daffa memang nggak ada ampun buat ngasih murid-muridnya hukuman yang no mercy bak di film kungfu boy atau apalah itu.

Daffa memperhatikan di sekelilingnya.

Para masyarakat kurang kerjaan yang nggak sengaja ngeliat insiden tabrakan itu mulai mendekat ke arah mereka. Awalnya cuman 2 doang, habis itu tambah lagi deh jadi rame. Mau nggak mau Daffa keluar dari mobil mewah berwarna hitam itu dengan gerakan cool .

Terlihat semua orang terpana melihat sosok yang baru saja menabrakan Ferrari hitam itu ke motor kodok 90-an dengan nggak sengaja.

Tampan.

Cowok itu dengan cool nya berlutut di hadapan cewek yang memakai motor butut yang barusan di tabraknya itu. Daffa memperhatikan ada luka di kakinya yang jenjang. Luka itu mengeluarkan darah segar dan nanah yang bisa di pastikan dapat membuat kaki cewek yang mulus itu korengan. Kan nggak lucu tuh, muka kayak Christina Perry tapi kaki kayak kaki kuda yang berhasil bebas dari gigitan buaya di tepi danau dan menghasilkan korengan-korengan segar. Menjijikan.

"Lo nggak papa ?" Tanya Daffa sambil mengulurkan tangannya.

"Iya, nggak papa." Jawabnya singkat.

"Bisa berdiri?"

Cewek yang masih memakai helm tembus pandang itu menggeleng lambat. Daffa mengangguk.
"Yaudah, lo gue anter ke rumah sakit dulu. Ntar motor lo gue ganti," walaupun harusnya lo yang ganti mobil gue , Daffa membatin dalam hati. Tanpa ba-bi-bu Daffa meletakkan tangan kirinya di bawah kaki cewek itu dan satu tangannya lagi di bawah tubuh si cewek.

Daffa mengangkatnya layak patung-patung di makam pahlawan. Orang-orang di sekitar mereka yang terpana melihat pemandangan itu ber-wah hampir berbarengan. Ceweknya nggak begitu cantik, tapi cowoknya ituloh, yang bisa bikin cewek-cewek kelepek-kelepekan walau cuman dapet tolehan doang. Mata nya yang berwarna hitam kelam meneduhkan , enak di pandang.

Sesegera mungkin ia memasukan cewek itu ke dalam mobilnya setelah meminta seorang warga membukakan pintu mobilnya yang nggak dikunci.

Daffa menutup pintu itu setelah memapah cewek berhelm itu naik ke atas mobil, dia berjalan ke sisi pintu pengemudi dan naik ke mobil.

Dia menjalankan mobilnya.

Di tatapinya cewek berhelm yang sedaritadi cuman diam membisu. Karena nggak enakan udah nabrak dan langsung ninggalin motor tuh cewek seenak jidatnya Daffa inisiatif ngajak cewek itu ngobrol.

"Oh, ya. Nama lo siapa?"

Cewek itu nggak ngejawab. Daffa mengangkat sebelah alisnya. "Nama lo siapa?" Ulang cowok itu sambil sesekali menoleh ke arah si cewek yang beberapa saat lalu dihantam secara nggak langsung oleh bodi besar mobil Ferrari.

Daffa mengetuk-ngetuk helm yang menyembunyikan wajah cewek yang cuman sekilas ia lihat. "Hoiii" tegurnya tanpa berhenti mengetuk-ngetuki helm bundar berisi kepala anak orang itu tanpa dosa. Cewek yang baru tersadar dari lamunannya itu mulai kembali ke bumi. "Hmm? " gumamnya.

"Nama lo siapa?" Tanya Daffa sekali lagi. Sementara satu tangannya mengisyaratkan si cewek untuk membuka helmnya.

Cewek itu membuka helmnya dengan wajah memerah. Malu sekali lupa melepaskan helm di dalam mobil. Dia jadi terlihat seperti orang bodoh. "Eh? Em, nama gue Indah."

Daffa menganggukan kepalanya. Selang 1 menit dalam sunyi, Daffa meraih handphone keluaran baru miliknya yang tadi ia letakkan di saku. Diraihnya Hp itu lalu menekan beberapa angka. Terdengar begitu di telinga Indah. "Halo?" Ujarnya saat menyadari sudah ada sautan di ujung sana.

"Oy kenapa?"
"Gi, lo ambil motor temen gue gih. Kena tabrak mobil tak bersalah di jalan deket musium." Terdengar suara tawa kecil dari Indah.
"Motor siapa, Daf?"
"Temen gue, oon yah lo."
"Sori-sori. Okedeh gue otw."
Daffa tersenyum. "Oke sip." Lalu mematikan sambungan telepon dengan cepat, karena matanya ingin fokus ke jalan raya. Daffa memacu kecepatan mobilnya lebih cepat saat ia tersadar di sampingnya duduk seseorang yang sedang terluka. "Hufftt" gumamnya.

Tak terhitung beberapa lama, mobil hitam itu sudah terparkir di parikiran RS Jaya.

"Peh turun." Tegur Daffa. Membuyarkan lamunan Indah. "Kok muka lo merah?"

"Hah? Se--serius?" Indah gugup. Tak mungkin dia mengaku jantungnya dari tadi terlonjak lonjak tak karuan berdua di dalam mobil cowok tampan? Daffa tertawa. Suara tawanya tampak begitu enak di dengar. Haduhh Indah jadi tambah malu!

Mereka berdua keluar dari mobil. Daffa membukakan pintu untuk Indah. Wajah Indah masih memerah. Daffa mendengus.

"Gue main doang kali. Oh ya, bentar ya."
Cowok bertubuh tinggi berpakaian seragam SMA itu kemudian menemui seorang perawat yang sedang mendorong kasur pasien. Lalu tak lama mengeluarkan berapa lembar uang. Indah meneguk ludah. Gileee berapa lembar tuh! Batinnya. Kemudian Daffa menoleh ke belakang, melihat Indah yang menunggu di depan pintu mobil.

Daffa mendekati Indah. "Ndah. Tuh ada perawat. Entar dia ke sini. Nah, tuh dia." Ia menunjuk perawat tadi, perawat itu langsung memapah Indah dan kemudian menaikannya di kasur pasien yang sedang kosong itu. Indah menatap Daffa tepat di bola mata.

"Makasih ya... Em, nama lo?" Indah bertanya dengan malu-malu. Dia mengumpulkan semua keberaniannya cuman untuk menanyakan nama cowok yang begitu bertanggung jawab itu.

"Daffa." Jawab Daffa tanpa permisi.

Indah mengangguk. Dan kemudian perawat itu langsung membawanya masuk ke ruang perawatan. Daffa menghembuskan nafasnya.

"Shit deh. Keknya gue gak masuk skolah hari ini." Gumam cowok itu dengan nada sebal. Udah telat, nabrak motor orang, ganti rugi, keluar uang banyak dan akhir-akhirnya nggak jadi pergi skolah.

Benar-benar menyebalkan.

He loves me, loves me notWhere stories live. Discover now