Chapter 6 - Fight, Fight, Fight

760 67 5
                                    

Chapter 6 - Fight, Fight, Fight

"... Banyak orang mengatakan bahwa dengan berakhirnya perang dunia kedua, maka dunia baru telah dimulai. Dunia yang damai, dunia yang dipenuhi oleh kemerdekaan bagi semua makhluk di dalamnya. Tapi kita semua lupa kalau itu hanyalah sebuah ilusi, dan kita terus mencoba membohongi diri kita sendiri agar terus terperangkap dalam ilusi tersebut. Sekarang coba buka kedua mata kalian dan lihatlah dunia kita sebenarnya. Pemerintah negara-negara besar berlomba-lomba membiayai pengembangan ilmu pengetahuan hanya untuk kepentingan militer. Mereka menggunakan hasil pemikiran orang-orang seperti kalian hanya untuk saling menghancurkan dan membuat yang lebih lemah tunduk pada mereka. Bukankah ilmu pengetahuan seharusnya tak seperti itu? Sekarang saya mengajak kita semua untuk memperbaikinya bersama-sama. Kita mulai dunia baru yang sesungguhnya. Dunia baru yang diciptakan oleh orang-orang yang cerdas, bukan orang-orang yang haus akan kekuasaan."

Tony Hwang menyampaikan pidatonya dihadapan semua tamu undangan yang telah berkumpul di ruangan ini. Semua orang mendengarkan setiap kata yang diucapkan pria itu dengan seksama.

"Di dalam gedung ini, saya telah menyiapkan sebuah alat yang akan menjadi batu pijakan kita untuk memulainya. Dengan senang hati, alat itu akan saya perkenalkan kepada kalian. Tapi sebelumnya, perkenankan saya menjadi tuan rumah yang baik terlebih dahulu dengan menjamu anda semua makan malam," lanjut Tony Hwang.

Para pelayan pun satu per satu masuk dengan sebuah troli penuh dengan makanan di atasnya. Mereka menghidangkan makanan-makanan karya koki ternama tersebut di atas meja para tamu. Hingga setelah beberapa troli terakhir masuk, terdengar suara tembakan dan seorang pengawal jatuh terkapar.

DOR!

Seisi ruangan sempat hening beberapa saat, mencoba memahami apa yang terjadi. Melody, Ve, dan Kinal yang telah mengenakan topeng keluar dari bawah troli yang tertutup taplak hingga ke bawah itu dan melanjutkan menembaki para pengawal yang berjaga di ruangan itu.

Kepanikan pun tak terhindarkan. Para tamu berlarian tak tentu arah mencari jalan keluar dari ruangan itu. Sementara itu Tony Hwang telah dikelilingi oleh pengawalnya dan berhasil keluar dari ruangan itu. "Amankan bom itu," perintahnya kepada salah seorang pengawal.

Melody yang melihatnya pun segera mengejarnya.

"Kalian urus ini semua, aku akan mengejar Tony," ucapnya sebelum meninggalkan Ve dan Kinal.

"Ya. Tangkap dia, Mel. Kami akan mengatasi yang di sini," jawab Kinal yang masih sibuk melawan pengawal yang berhasil mendekat padanya tanpa menyadari bahwa Melody telah pergi.

***

Sementara itu Dhike, Beby, dan Gaby berhasil mendekati ruangan tempat koper itu disimpan. Tentu saja dengan bantuan Nabilah yang telah memanipulasi CCTV dan meretas sistem keamanan sedemikian rupa sehingga mereka bisa melewati pintu-pintu yang hanya bisa dibuka dengan memasukkan kode tertentu itu. Mereka tiba di depan lift yang akan membawa mereka ke lantai dimana ruangan itu berada.

"Bukankah untuk melewatinya hanya bisa dengan identifikasi sidik jari? Kita tidak bisa meretasnya seperti pintu-pintu sebelumnya kan?" tanya Beby.

"Kita akan melakukannya secara manual," jawab Dhike sambil mengobrak-abrik isi ranselnya.

Dhike segera mengeluarkan sampah bekas bungkusan hadiah untuk Tony Hwang tadi dan perlahan mengambil selotipnya dengan pinset. Ia menyemprot selotip itu dengan sebuah cairan yang dia ambil dari ranselnya. Tak perlu menunggu lama sidik jari Tony Hwang yang tertempel dalam selotip itu muncul. Dhike menempelkannya pada scanner di lift itu dan akhirnya terbuka.

Mereka memasuki lift itu. Dhike mengeluarkan 2 pistol dari dalam ranselnya.

"Kau tau? Entah kenapa aku merasa ransel itu seperti kantung Doraemon," komentar Gaby melihat Dhike yang sibuk dengan barang-barang di ranselnya itu. "Kenapa kita tidak menggunakan pintu-kemana-saja saja?" lanjutnya setengah bercanda.

A.E.T.H.E.R.S.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang