Chapter 7 - [Not] The End Of Party

754 73 9
                                    

Chapter 7 – [Not] The End of Party

Setelah terus berlari menghindari para penjaga, Dhike dan Gaby akhirnya menemukan sebuah ruangan di lantai atas yang cukup menguntungkan mereka untuk melanjutkan misi ini karena sebagian besar penjaga disibukkan dengan keributan yang dibuat Ve dan Kinal di ruang pesta.

"Nah, kurasa di sini akan aman untuk sementara," kata Dhike. Ia menurunkan ranselnya dan mengeluarkan peralatan yang akan mereka gunakan untuk menonaktifkan bom dalam koper itu. "Kau bisa melakukannya sekarang, aku akan mengawasi sekitar kita," lanjutnya.

"Aku masih menganggap ranselmu mirip kantong Doraemon," kata Gaby sambil menyusun peralatannya.

"Dan kau masih membahasnya." Dhike berdesis pelan.

Gaby membuka koper itu. Di dalamnya hanya berisi sebuah bom dan microSD yang berisi data mendetail bom itu.

"Aku akan mengatasi bom ini. Sedangkan datanya kita serahkan pada Nabilah untuk menghapusnya. Aku percaya microSD itu telah dilengkapi dengan sistem pengamanan, jadi Nabilah yang bisa mengakses data di dalamnya lalu menghapusnya," kata Gaby sambil mengeluarkan alat rancangannya dari ransel Dhike.

"Tidak perlu, kurasa aku menemukan cara yang lebih mudah untuk menghapusnya."

Dhike mengambil microSD tersebut dan langsung mematahkannya. Sementara itu Gaby mengambil bom itu dengan hati-hati dan memasangkannya pada alat yang telah ia rancang dengan Beby sebelumnya. Begitu terpasang, Gaby mengaktifkan alat itu hingga muncul sinar kebiruan.

"Kita tunggu 12 menit, setelah itu aku akan menonaktifkan bom ini lalu memasukkan virus yang sudah rusak DNA-nya ini ke larutan asam klorida sehingga akan membunuhnya," kata Gaby.

"Apa tidak bisa lebih cepat lagi? Aku melihat segerombolan penjaga sedang menuju lantai dimana kalian berada," kata Nabilah dari radio komunikasinya.

Dhike yang mendengarnya langsung bertindak cepat mengambil pistol-pistolnya. " Gab, lanjutkan tugasmu, kunci pintunya dari dalam dan tutupi dengan apapun yang ada di sini. Aku akan mengulur waktu mereka dari luar," kata Dhike sambil beranjak keluar dari ruangan itu.

"Tap—tapi kak!"

Dhike tidak memberikan Gaby kesempatan untuk protes, ia sudah meninggalkan Gaby sendirian di dalam ruangan ini. Mau tak mau, Gaby mengikuti perintah Dhike. Ia segera mengunci ruangan tersebut, dan mendorong sofa dan perabotan berat lainnya yang ada dalam ruangan itu ke arah pintu.

Sementara itu di luar ruangan Dhike mengawasi keadaan sekitarnya. Sesuai kata Nabilah, para penjaga itu akan datang dari lantai bawah. Dhike memperhatikan pergerakan mereka dan menembakinya dari jarak jauh. Baku tembak pun terjadi. Dengan ketajaman matanya, Dhike berhasil menembaki para penjaga itu hingga satu per satu mulai berjatuhan.

"Sial, seharusnya aku memperhitungkannya," umpat Dhike begitu menyadari ia kehabisan peluru dari kedua pistolnya itu.

Sekarang setidaknya 8 penjaga itu mulai mendekatinya. Dhike mengambil belatinya yang masih bernodakan darah dari pertarungan sebelumnya.

"Gab, berapa waktu yang kau butuhkan untuk menyelesaikannya?" tanya Dhike melalui radio komunikasinya.

"Ehmm, beri aku 10 menit," jawab Gaby dari balik pintu.

"Baiklah, aku hanya perlu bertahan untuk 10 menit," kata Dhike sambil menyerang penjaga yang telah mendekatinya itu.

Mengetahui pertarungan ini tak imbang sama sekali, Dhike berusaha mencari ide untuk mengulur waktu mereka.

"Delapan pria berbadan besar harus keroyokan melawan seorang gadis yang tak bersenjata? Apa kalian pecundang?" kata Dhike memanasi emosi mereka. "Lawan aku satu per satu," tantang Dhike.

A.E.T.H.E.R.S.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang