36

113 20 12
                                    

"Kamu orang yang aneh."

Setelah sekian lama terdiam akhirnya Jemy membuka mulutnya. Dia mendengus sinis lalu tersenyum kecut. Ia jelas tidak bisa menjawab Noah dan menemukan alasan yang tepat mengapa laki-laki itu terlalu repot melakukan banyak hal untuknya.

"Tidak seharusnya kamu terlalu ikut campur seperti ini," ujar Jemy yang langsung dibalas tatapan muram Noah.

"Aku juga tidak ingin ikut campur, aku... Aku hanya terlibat tanpa ku sadari."

"Itulah masalahmu, mengapa kamu harus semakin mencelupkan diri semakin dalam dengan memukuli Axel? Apakah kamu tidak berpikir bahwa kembaranmu itu kemungkinan akan menyimpan dendam untukmu?"

"Tidak."

"Kamu benar-benar bodoh."

Jemy tidak tahu harus menangis atau tertawa.

"Kamu sudah menceritakan semuanya, aku sangat berterimakasih dan akan waspada selalu sesuai arahanmu."

Mata Jemy redup. Dia sebenarnya masih kecewa dengan tingkah kasar Axel kepadanya. Tapi, setelah mendengar cerita panjang Noah, rasa kecewa Jemy menguap hilang.

Jika Axel menerimanya lagi hanya karena dendam setelah ia memutuskan hubungan sepihak di masa lalu, maka Jemy akan maklum.

Axel mungkin kesal. Itu wajar. Jemy di masa lalu memang salah.

"Um, jika boleh, bisakah aku bertanya satu hal kepadamu?"

"Ya."

Sejenak Noah ragu. Tapi, melihat mata serius Jemy yang memandangnya, Noah akhirnya meyakinkan diri dan membuka mulut untuk bertanya.

"Dulu, apakah kamu yang jatuh cinta kepada Axel terlebih dahulu atau Axel yang terlebih dahulu mengejarmu?"

Jemy tidak langsung menjawab. Ia tampak berpikir dan menimbang sesuatu sejenak.

"Apakah kamu ingin tahu?"

"Jika boleh, kamu bisa memberitahu aku."

"Um, apakah kamu yakin?"

"Yakin, aku akan mendengarkan dengan baik!"

Jemy berkedip lembut. Ia menunduk menatap kedua kepal tangannya yang ia letakan di atas lutut.

"Itu Axel, dialah yang mengejarku."

Pada saat itu cerita Jemy mengalir dengan lancar. Noah yang mendengar, tidak bisa menahan diri untuk memasang ekspresi terkejut setengah mati di wajahnya lalu menutup mulut dengan tangannya sendiri.

Apa yang diceritakan Jemy jelas berbeda dengan yang selalu Axel ceritakan.

Axel selalu bercerita bahwa Jemy lah yang tidak tahu malu, mengejarnya dan terus menyatakan cinta berulang kali meski sudah berlakali-kali ditolak.

"Apakah kamu tidak jijik?"

Jemy menatap Noah dengan rumit lalu membuka mulut dan menjawab dengan tenang, "mungkin salahku yang tidak menolak tanpa menunjukan rasa jijik kepadanya sehingga dia terobsesi begitu dalam kepadaku."

Jemy sejak awal selalu berpikir bahwa rasa suka Axel adalah obsesi.

Jemy bersikap baik dan patuh, dan Axel adalah orang dominan yang jelas sangat menyukai orang patuh sepertinya.

Saat itu Jemy masih berada di sekolah menengah. Dia tidak tahu bagaimana Axel mengetahui tentangnya yang berada di sekolah berbeda dan mulai gencar mendekatinya.

Jemy selalu ragu meski Axel terus menyakinkannya untuk menjalin hubungan.

Sesama jenis tidak pernah menjadi legal di negaranya dan akan selalu menjadi pandangan buruk bagi masyarakat umum.

[BL] Because, I Love You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang