Tertangkap.

675 31 0
                                    

"Aku pulang!"

"...."

Tidak ada orang dirumah???

Beginilah keadaan di rumah besar ini selama tiga hari aku sampai di Seoul. Rumah selalu kosong saat aku sampai. Park Min Ha selalu les sampai malam jadi kami juga jarang bertemu. Sedangkan Ibuku selalu pulang malam karena pekerjaannya di kantor. Entah kenapa aku merasa sikap Ibuku berbeda dengan saat  menyambutku pertama kali datang. Seharusnya kami lebih sering menghabiskan waktu bersama. Bukankah Ibuku bilang dia sangat merindukanku?

Apa Ibuku tidak ingin mengetahui tentang bagaimana hidupku selama ini?

Yang kurasakan sekarang adalah Ibuku menjadi sangat sibuk dengan pekerjaannya. Kami hanya bertemu saat sarapan itupun dengan sedikit bincang-bincang seputar penyesuaianku di lingkungan yang baru. Malahan terkesan agak canggung menurutku.

"Mungkin Ibu sedang membiasakan diri. Bukankah kami baru bertemu setelah sekian lama. "

Hanya itu kata -kata yang keluar dari sudut hatiku.

Kulangkahkan kaki menuju kamar dan segera mengganti seragam dengan kaus oblong dan celana selutut. Kuamati sepatu putih yang tergeletak di lantai.

"Besok harus kukembalikan. Aku tidak ingin mendengar kata-katanya yang menyebalkan itu."

Segera kutaruh sepatu itu disudut kamar.

Sekarang apa yang akan kulakukan???

Tidak ada yang bisa kulakukan di rumah yang sepi ini. Kuputuskan untuk jalan-jalan keluar sembari menikmati angin sore. Segera kupakai sweater coklat kesayanganku yang kebesaran dan memakai topi hitam diatas rambut yang kuikat ekor kuda.

Ternyata rumahku tidak jauh dari kota. Sebelum sampai dipusat pertokoan terbesar, hanya dengan berjalan kaki lima belas menit terdapat sebuah taman kota yang besar yang dikelilingi aliran sungai.

Banyak orang berjalan jalan disini,baik untuk bersantai maupun hanya sekedar lewat. Disisi jalan terdapat kursi yang bisa diduduki oleh orang-orang yang ingin bersantai.

Setelah puas menelusuri sekitar sungai dan juga taman kota, kuputuskan untuk pergi lebih keujung ke pusat pertokoan.

Tidak sampai berjalan sepuluh menit,sampailah di pusat pertokoan. Tempat ini benar benar gemerlap, apalagi saat aku sampai hari sudah menunjukkan pukul 6 sore. Disepanjang jalan benar benar hanya ada gedung gedung yang terdiri dari cafe, restoran ,tempat bimbel, dan gedung lainnya yang bisa difungsikan. Sepanjang jalan dan didepan toko-toko dipasangi lampu yang berwarna-warni.

Aku merasa seperti saat sedang suasana natal di Indonesia.

Kutelusuri sepanjang jalan dan memperhatikan setiap toko yang kulewati. Aku berhenti disebuah tenda kue beras khas korea di pinggir jalan.

Makanan kue beras berkuah itu menggoda perutku,apalagi aku belum makan kecuali hanya sepotong roti saat disekolah.

"Ajumma,aku pesan ddeokbokki-nya satu" ucapku pada bibi penjualnya.

"Baik,tunggu sebentar" bibi tersebut menjawab sambil tersenyum ramah.

Tidak lama aku sudah mencicipi semangkok ddeokbokki yang lumayan pedas dan panas. Perutku benar benar sudah pada batasnya. Kuhabiskan dua mangkok ddeokkbokki lalu segera membayarnya. Sebaiknya aku pulang kerumah sekarang.

Perutku benar benar kenyang. Saat melintasi sebuah pertokoan,kulihat seorang gadis sebayaku keluar dari restoran disisi jalan memakai seragam sekolahku bersama seorang cowok yang sepertinya anak kuliahan.

Sang Penakluk CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang