Aku memejamkan mataku sebentar dan mencoba membayangkan..
"Jeremy, hari ini kita mau kemana?" Tanyaku sambil mengenakan sabuk pengaman.
"Lihat saja nanti," Jawab Jeremy sambil menunjukkan senyum misteriusnya.
Aku hanya bergumam sendiri dan mengikuti apa yang Jeremy katakan. Setelah dia menyetir selama 15 menit, ia menghentikan mobilnya secara tiba-tiba. Aku terkejut.
"Jer? Kenapa kamu berhenti tiba-tiba?!" Seruku kesal.
Ia tersenyum dan menunjuk ke arah jendela di sampingku. Aku menoleh dan melihat seluruh pemandangan kota Surabaya. Gemerlap lampu gedung-gedung tinggi menghiasi langit Surabaya, seakan-akan gemerlap bintang pun tidak cukup untuk menghiasi langit birunya. Aku terkesima sesaat dan kembali mengganti pandanganku pada Jeremy. Aku berusaha menyembunyikan senyumku.
"Oh.. Jadi ini surprise nya? Hmm.." Gumamku tidak jelas.
"Suka?" Tanyanya masih sambil menunjukkan senyumnya sekilas. Senyum yang tidak akan bisa kulupakan meskipun senyumnya itu hanya sesaat.
Aku kembali bergumam. "Hmm.. Emm.."
Ia masih menatapku dengan mata cokelatnya dengan rasa penasaran.
Aku tertawa untuk menghentikan kecegangan yang kubuat sendiri dan memeluknya.
"Suka!!! Suka banget!!!" Ucapku bahagia.
Jeremy pun ikut tertawa dan memelukku dengan erat.
Aku kembali membuka mataku dan tersenyum. Aku menghembuskan nafas lega. "Hari ini.. Aku akan menceritakan semuanya ke anak-anak GG!!"
Aku mulai bangkit dari ranjangku dan melihat jam di handphone-ku. Hah? Jam 9?!
Aku menggaruk rambutku asal dan menyesali keteledoranku. Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah dan hari pertama aku menjadi anak kelas 11 di SMA Pertiwi. Yang berarti aku juga menjadi ketua cheerleader. Aku benar-benar tidak ingin melewatkan hari pertama tetapi..
Aku mendengus. "Ya sudah.. Karena sudah terlambat, jadi aku bisa tidur lagi kan? Kayaknya tadi aku membayangkan terlalu lama.." Ucapku pada diri sendiri.
Hari ini aku membayangkan lagi, prince charming-ku, Jeremy. Dia adalah pacar imajinasiku yang aku ciptakan sendiri. Alasan aku melakukan hal itu karena aku sudah capek dengan semua laki-laki di dunia nyata ini. Tidak ada satu pun laki-laki yang sesuai dengan kriteria prince charming-ku. Aku pun kembali mencoba tidur untuk melepaskan semua kekesalanku pada keteledoran diriku.
Hmm.. Bayangin Jeremy aja daripada kesel sendiri..
✨✨✨
Aku mendengar samar-samar suara barang berjatuhan dari kejauhan. Aku mencoba bangun tetapi mataku masih tetap melekat dan tidak mau terbuka.
"Ma? Emm.." Gumamku tidak jelas.
Aku tidak mendengar respon. Bukan mama?
Aku mendorong diriku untuk bangun dan melihat siapa yang ada di kamarku. Mataku masih berat dan aku berusaha membuka mataku sebisa mungkin. Dari kejauhan aku melihat seorang lelaki bertubuh jangkung dan memiliki rambut berantakan. Ia mengenakan kaos polo hitam dengan celana jeans hitam. Wajahnya tertutup bayangan sehingga aku tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas.
Aku mengedipkan mataku berkali-kali untuk mencoba meyakinkan diriku bahwa itu bukanlah mimpi. Tiba-tiba aku merasa seperti otakku tersetrum dan..
Clap!
Laki-laki itu menepuk tangannya sekali ke arah-ku. Dalam sekejap aku tersadar..
"Kamu siapa? Bagaimana bisa kamu masuk kesini?!" Seruku bingung.
Laki-laki itu menghampiriku dan menatapku dengan mata cokelatnya. Dengan berhati-hati ia mengamati wajahku dan tanpa disangka wajahnya dan wajahku hanya berjarak 5 cm. Jantungku berdetak sangat kencang dan aku pun menahan nafasku sesaat. Aku mencoba berteriak untuk meminta pertolongan tetapi dia mendekap mulutku.
"Ssttt! Aku tidak akan menyakitimu. Aku hanya lewat." Ucapnya perlahan.
Mataku membulat dan jantungku berdetak dua kali lebih kencang. Siapa laki-laki ini?
Dengan perlahan dia menarik tangannya kembali tetapi dalam sekejap aku mengambil kembali tangannya dan menggigitnya. Sekarang aku bisa melihat wajahnya dengan jelas."Aahhhhh.." Geramnya kesakitan.
"Kamu siapa?! Beraninya kamu masuk kesini?!!!" Kataku dengan cepat dan aku kembali melihat jendelaku yang telah terbuka. "Jangan bilang kamu pencuri?! Tol-"
Sebelum aku berteriak minta tolong, dia langsung berlari menuju ke jendela dan langsung melompat. Otakku masih memproses apa yang barusan terjadi.
1..
2..
3..Selama 3 detik otakku memproses. Aku bangun dari ranjangku dan berlari menuju jendela. Aku melihat kanan-kiri dan mendongak kebawah. Tidak ada siapapun. Hah? Dia siapa? Hantu?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Imaginary Boyfriend
Teen FictionVerona memiliki pacar yang perfect dan sangat menyayanginya. Ia pun menceritakan semua tentang pacar perfect-nya kepada teman-teman dekatnya di geng GG. Verona juga memiliki seorang mantan yang super populer dan super ganteng di sekolahnya yang masi...