Cara: OMG, Verona!! I'm so envy to you!! 😭😭😭😭
Brenda: Gila! Malu-maluin banget, Ver..
Me: Ikr! 😞
Kathleen: Kenapa kamu bisa spontan jawabin dia iya sih?
Me: Aku gak sadar, Kath. Tadi bingung banget..
Cara: HAHA.. At least, dapet kesempatan lunch date sama Oppa!! 😍
Me: That's not the point, Car!Aku mendecak kesal membaca balasan Cara di group geng GG di WhatsApp. Saat aku mengalihkan perhatianku dari handphone, aku melihat mama berjalan ke arahku sambil memegang sebuah buket bunga.
"Bunga dari siapa, Mam?" Tanyaku penasaran sambil memperhatikan buket yang dipegang mama.
"Oh iya ini.. Gak tahu dari siapa, barusan Pak Somat yang kasih."
"Memang Pak Somat gak ngomong siapa yang ngasih?"
"Enggak.." Tiba-tiba ada seseorang yang memotong pembicaraan aku dan mama. ".. Verona.. Sayang.. Kamu tolong pegang ini dulu terus kamu coba tanya Pak Somat, ini bunga dari siapa ya. Mama mau ngurus sesuatu dulu." Ucap Mama sambil menyerahkan buket bunganya padaku.
Aku mengangguk dan menuju ke luar gallery untuk mencari Pak Somat. Pak Somat sedang berdiri di parkiran mobil dan aku segera menghampirinya.
"Pak Somat?"
"Iya, kenapa, Non?"
"Ini bunga dari siapa ya?"
"Oh.. Anu.. Dari.. Waduh.. Saya gak seharusnya bilang, Non.." Jawab Pak Somat terbata-bata.
"Sudah, gak apa, Pak Somat! Kasih tahu aja! Sama aku aman kok!"
".. Dari Mas Jackson, Non.."
Aku terkejut mendengar jawaban Pak Somat. "Yakin, Pak?"
"Iya.. Tadi barusan Mas Jackson datang dan hanya berdiri di depan pintu gallery. Jadi saya samperin dia dan tanya kenapa gak masuk. Dia bilang lagi buru-buru jadi gak bisa sempet masuk, lalu dia nitipin bunga ini ke saya buat dikasih ke ibu. Tapi, Non.. Saya yakin banget Mas Jackson bukan lagi terburu-buru, saya lihatnya dia seperti gak berani gitu masuk ke dalam. Kayak kebingungan pas di depan pintu tadi. Setelah dia kasih saya bunganya, dia minta saya buat gak ngasih tahu ibu siapa yang kasih bunga ini. Katanya sih, Mas Jackson mau kasih surprise ke ibu.."
Aku hanya mengangguk dan terdiam. Kenapa dia datang tapi gak masuk? Terus untuk apa dia datang pake bawa bunga sgala kalau gak ada intensi untuk ngasih secara langsung? Dan kenapa dia suruh Pak Somat buat gak bilang kalau bunga ini dari dia? Banyak pertanyaan yang muncul dalam benakku tapi aku mencoba memaksakkan untuk tidak memikirkannya.
✨✨✨
Keesokkan harinya.. Sesaat aku memasuki kelas, bel masuk pun berbunyi. Semua anak berkerumunan masuk kelas untuk duduk di tempatnya masing-masing. Aku menuju ke tempat dudukku dan melihat bangku di sebelahku masih kosong. Dia gak masuk? Kok masih belum dateng?
"So.. So.. Gimana nanti lunch date sama Seo Joon Oppa?" Tanya Cara tiba-tiba dari belakang.
"Aku berencana pulang duluan jam 10. Alasan ada acara keluarga.." Jawabku.
Cara tersenyum lebar. "Aku bener-bener excited buat kamu! Kalau dia ada temen orang Korea yang masih single juga, boleh sih dikenalin!"
Aku hanya merespon Cara dengan senyuman kecil dan kembali memperhatikan pintu kelas. Pak Hadi sudah memasuki kelas tetapi Jackson belum juga kunjung datang. Aku menarik kursi tempat dudukku dan menaruh tas di atas meja, masih sambil memperhatikan pintu kelas. Berharap Jackson untuk muncul..
"Kamu kenapa, Ver?" Tanya Brenda.
"Si Jackson gak masuk ya?" Tanyaku kepada Brenda dan Anna.
"Kok aneh.. Aku tadi waktu baru sampai sekolah, lihat dia di lapangan lagi main basket sendiri tapi kenapa dia gak masuk kelas ya.." Jawab Anna bingung.
Aku hanya terdiam mendengar ucapan Anna dan mencoba mengalihkan perhatianku. Sudah, Ver! Itu bukan urusanmu! Untuk apa kamu peduliin dia lagi, toh.. Dia bukan siapa-siapamu!
Period pertama dan kedua pun berakhir dan bel istirahat berbunyi. Aku tidak bisa berhenti memikirkan alasan Jackson untuk tidak masuk kelas dan aku sempat berpikir apa dia tidak masuk kelas, hanya untuk menghindariku. Tetapi aku mencoba menghilangkan seluruh pemikiran negatif di dalam pikiranku karna aku tahu sebenarnya ini bukanlah urusanku lagi. Aku segera mengemasi barangku untuk bersiap pulang. "Aku balik dulu ya.." Pamitku ke geng GG.
"Tell us after the date!" Sahut Brenda.
Aku melontarkan wink-ku terhadap Brenda diselingi oleh tawa. "Pasti dong!" Responku.
Setelah keluar dari kelas, aku menuju pintu sekolah untuk pulang. Tetapi saat melewati lapangan aku teringat ucapan Anna yang melihat Jackson tadi pagi. Dengan perasaan penuh penasaran dan khawatir, aku membalikkan arah tujuanku dan berlari menuju atap sekolah. Dadaku berdegup kencang saat menaiki tangga untuk menuju ke atas. Tetapi tanpa ragu aku berlari hingga aku telah sampai di tempat tujuan. Pintu kaca yang berdiri gagah di hadapanku telah terbuka, dadaku semakin berdegup kencang dan untuk beberapa detik, aku mencoba menenangkan diri. Aku membuka pintunya lebih lebar dan memasuki atap sekolah. Disana aku melihat Jackson sedang tertidur pulas di kursi taman dan menutupi wajahnya dengan buku komik kesukaannya, Marvel The Avengers. Aku tersenyum kecil saat melihatnya. Dengan perlahan, aku menghampiri dan berjongkok di dekat Jackson. Aku mencoba setenang mungkin supaya tidak membangunkan laki-laki itu.
"Kenapa kamu tidak masuk kelas?" Tanyaku dengan suara pelan.
Tidak ada respon apapun dari Jackson.
"Kenapa kemarin kamu datang ke gallery tapi tidak masuk?" Aku melanjutkan pertanyaanku.
"Sebenarnya apa alasanmu buat gak bersama aku, Jackson?"
"Apa ada sesuatu yang gak bisa kamu beritahukan ke aku?"
"Aku mau kamu percaya sama aku.. Aku mau kamu share semua suka dukamu ke aku.."
Ucapanku terhenti sejenak dan aku kembali memperhatikannya yang terlihat masih tertidur pulas.
".. Aku sayang sama kamu, Jackson.."
Tiba-tiba angin berhembus kencang sesaat setelah mengatakan hal itu, hal yang sudah lama aku pendam dan ingin kusampaikan kepada Jackson. Sekejap aku merasa waktu berhenti dalam beberapa detik. Air mataku mulai menetes tetapi dengan sergap, aku menghapusnya.
"Tapi.. Bagaimana bisa aku berjuang untuk orang yang bahkan tidak mau berjuang demi aku? Bagaimana bisa aku percaya terhadap orang yang gak percaya sama aku?
Aku terdiam lagi dan merasakan nyeri di dalam dadaku.
"I'm sorry.." Aku mengambil kunci atap sekolah yang Jackson pernah berikkan kepadaku dan menaruhnya di bawah kursi.
"Good bye, Jackson.."
Aku berjalan keluar dan meninggalkan Jackson sendirian di atap sekolah. Air mataku kembali menetes tetapi aku terus menguatkan diri untuk tidak menangis. I said to myself, "I'm gonna move on from you.."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Imaginary Boyfriend
Teen FictionVerona memiliki pacar yang perfect dan sangat menyayanginya. Ia pun menceritakan semua tentang pacar perfect-nya kepada teman-teman dekatnya di geng GG. Verona juga memiliki seorang mantan yang super populer dan super ganteng di sekolahnya yang masi...