Chapter 7: Jackson and Basketball

68 4 0
                                    

Saat mengingat kejadian dan ekspresi Jackson tadi, aku bisa merinding sendiri. Setelah Brandon menonjok Jackson, Jackson mengangkat kerah Brandon dan berusaha untuk membalas tonjokkannya. Tetapi aku berhasil menghentikannya. Sekarang aku sedang berjalan di samping Jackson menuju ke UKS untuk mengobati lukanya. Aku menoleh ke kiri untuk melihat wajah Jackson sekilas dan entah mengapa saat melihat lukanya, dadaku terasa sakit. Jackson sepertinya merasa aku sedang menatapnya.

"Jangan melihatku dengan wajah jelekmu." Ucapnya sambil mendorong wajahku ke arah berlawanan dengan tangannya.

Deg!

Langkahku terhenti dan aku diam mematung di tempat. Jantungku hampir melompat keluar saat Jackson menyentuh wajahku. Jackson masih terus berjalan meninggalkanku di belakang. Tiba-tiba Jackson ikut behenti dan menoleh ke belakang. Ia hanya terdiam disana sambil menatapku.

"Ka-kamu! Berani kamu!" Aku memecahkan keheningan dengan menunjuk dirinya dengan jari telunjukku sambil berjalan kencang untuk mengikutinya. Ia tertawa kecil dan ikut berjalan kencang agar aku tak dapat mengejarnya.

Setelah berdebat dan melakukan sesi kejar-kejaran, akhirnya kami sampai di UKS. Guru pembimbing yang biasa menjaga UKS sedang cuti hamil sehingga belum ada guru pengganti. Dengan terpaksa aku yang harus mengobati Jackson. Perlahan aku memberikan obat pada lukanya dan meniupnya agar cepat mengering. Jackson hanya terdiam dan menutup matanya seperti yang kusuruh. Tetapi saat aku masih sedang meniup lukanya, Jackson membuka mata. Mata kami bertatapan dan jarak kami tidak sampai 10cm. Dadaku kembali berdetak kencang dan kali ini tidak dapat terhentikan. Aku membuang wajahku dan membereskan sisa obatnya.

"Sudah selesai.. Lain kali jangan lakukan itu lagi. Aku bisa mengurus urusanku sendiri jadi kamu gak perlu mencampuri. Aku.." Aku terdiam sebentar untuk melihat Jackson sekilas. Ia masih terdiam dan menatapku.

"Aku gak suka melihat temanku kesakitan." Lanjutku pelan sambil kembali membereskan.

Tiba-tiba Jackson memegang kepalaku. Aku terkejut dan spontan menoleh padanya. Ia tersenyum tanpa mengatakan apapun. Aku ikut tersenyum. Aku merasakan sesuatu yang aneh, aku merasa.. Bernostalgia.. Saat ada yang memegang kepalaku seperti ini.

✨✨✨

Hari ini aku ada latihan cheerleader sehingga membuatku harus tinggal lebih lama di sekolah. Dalam 2 bulan kedepan, SMA Pertiwi mengadakan lomba basket antar sekolah sehingga kami, tim cheerleader, juga harus mempersiapkan performance untuk opening ceremony. Meskipun capek tetapi project kali ini adalah project pertamaku sebagai ketua cheerleader tahun ini jadi itu membuatku lebih bersemangat. Setelah hampir menghabiskan waktu 4 jam untuk latihan, aku pun memutuskan untuk menyelesaikan latihan cheerleader hari ini. Aku melambaikan tangan pada teman-temanku dan berjalan menuruni tangga untuk menuju gerbang sekolah. Jam di handphone ku menunjukkan pukul 5 sehingga sekolah sudah benar-benar kosong dan langit sudah hampir gelap. Tetapi dari kejauhan aku dapat mendengar suara dentungan bola basket.

"Jam segini anak basket masih latihan ya?" Tanyaku pada diri sendiri.

Dengan kepo aku menuju lapangan basket untuk melihat siapa yang sedang bermain. Saat aku berdiri di depan lapangan basket, aku melihat seorang laki-laki bermain basket dengan lincah. Ia melakukan shooting beberapa kali dan selalu masuk. Ia juga melakukan slam dunk yang bahkan mungkin sulit dilakukan oleh beberapa anak tim basket sendiri. Aku masih terkagum dan tak dapat beranjak dari tempatku berdiri. Tanpa sadar anak-anak cheerleader juga datang menghampiriku dan mereka juga menyaksikan dengan kagum permainan laki-laki itu.

My Imaginary Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang