6. Re-Publish

17.3K 718 23
                                    


Pemesanan buku, Silahkan Inbox FB Penerbit Lovrinz

Aku update lagi

Selamat hari raya idul adha yaa, semoga tahun ini bertambah berkah untuk kita semua. Aamiin.

Ini hadiah dari Mahesa dan Sandya buat kalian

Yang mau pesen novel ini dan Panji&Anjani, boleh inbox author yee, sapa tau ada yang mau kenalan lebih dekat gitu, dan mau curhat apapun heee 



Author's

Satu hari sebelumnya...

"Kamu yakin ini makanan favoritnya?" Sandya seakan tidak percaya. Dia masih mencerna ucapan demi ucapan Nadya sambil melihat barang belanjaan di meja dapur. Nadya hanya mengangkat sebelah alisnya diikuti senyuman simpulnya. Begitu sederhana ya? Nadya mengakui jika selera komandannya memang jauh dari kata mewah.

"Jadi masih mau ikut menyiapkannya apa tidak?" Nadya kini sudah sibuk memasang wajan di atas kompor, lalu ia terlihat sibuk menuangkan minyak banyak-banyak untuk menggoreng ikan sebagai menu makan malam mereka.

"Eh...kalo ini sih makanan sehari-hari aku Mbak. Tanpa belajar dari Mbak Nadya juga kayaknya aku bisa deh." Sandya terlihat tidak mau kalah.

"Semangat sekali mau menyiapkan sesuatu untuk suami tercinta," cibir Nadya yang langsung dihadiahi tatapan tajam gadis itu.

"Untuk persiapan, sebaiknya buatlah makanan yang bisa meningkatkan stamina." bisik Nadya dengan nada nakal.

"Apa sih maksud Mbak?" Sandya mulai terlihat jengah, segalanya terasa serba salah baginya. Tangannya gemetar setiap menyentuh apapun, namun ia juga tidak mau menunjukkan kelemahannya kepada siapapun. Ia tidak ingin semakin diejek jika mereka mengetahui perasaannya yang sesungguhnya.

"Sebelas bulan bukan waktu yang sedikit loh, satu ronde tidak akan cukup....euw,euw, Sandya sakit!" Nadya meringis sambil tangannya mengusap bagian kulitnya yang masih pedih. Dia merasa heran, tangan semungil itu tapi kekuatannya sungguh luar biasa.

"Makanya kalau bicara dipikir dulu, menyebalkan!"

Sandya membalas dengan muka cemberut, sementara Nadya hanya bersungut-sungut tidak jelas.

"Maaf ya Mbak, aku sungguh tidak bermaksud menyakitimu,"

Kalau sudah begini, mana bisa marah lama. Lihatlah tatapan puppy eyes yang membuatnya senewen itu. Uh! Dia saja yang seorang wanita begitu mudah luluh, bagaimana mungkin kaum adam tidak bertekuk lutut? Gadis itu belum tahu saja betapa jari dan telinganya dibuat keriting demi melaporkan segala tindakan gadis itu sehari-harinya.

"Memangnya kamu makan apa sih? Cubitan kok kaya gigitan piranha!"

"Mbak Nadya, jangan mulai deh!"

"Iya, sorry."

Sandya mulai meletakkan potongan ikan gurame satu demi satu ke dalam wajan, sementara Nadya sudah sibuk mengulek sambal ijo yang sebelumnya sudah digoreng cabenya terlebih dahulu oleh Nadya. "Mas Pram kok tidak kelihatan ya Mbak?"

"Tadi katanya dia mau mengantarkan dokumen ke Mabes." Nadya menjawab sambil mencolek sedikit sambal hasil ulekannya, lalu mengacungkan dua jempolnya tanda komposisi sambalnya sudah pas hingga membuat gadis itu tertawa senang.

"Memangnya siapa sih yang sekarang mengurus usahanya Mas Mahesa?" kening Sandya terlihat agak berkerut memikirkan sesuatu, tapi setahunya ada orang-orang yang dipercaya pria itu untuk mengelola usaha keluarga Hadiwijaya, tentunya di bawah pengawasan Mahesa langsung.

Bukan Pernikahan Sandiwara (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang