Halooooow, ada yang kangenkah?
Ini di republish lagi yee
Author's POV
Jangan ditanya bagaimana perasaan Sandya saat ini. Setelah acara penyambutan yang luar biasa hangat untuk Mahesa dan pasukan di bawah komandonya, kini merekapun duduk satu meja dengan keluarga Presiden. Ia terpaksa harus menerima segala tatapan iri kepadanya yang mendampingi sang suami tampannya, dan mencoba bersikap normal dengan pandangan mengagumi dari para kaum hawa kepada suaminya.
Ternyata Mahesa memang lebih terkenal dari perkiraannya, sepertinya tak ada yang berhasil mengalahkan kharismanya. Namun seolah semua mata hanya tertuju kepadanya, mungkin dia salah satu prajurit tertampan abad ini. Menurut Sandya, dia sama dengan para pejabat lainnya, hanya saja tubuhnya yang tegap dan tinggi besar memang membuat sosoknya sedikit dominan di sana. Atau Sandya belum tahu saja, bahwa suaminya merupakan salah satu pengusaha muda ternama di negeri ini. Semua orang mengenalnya bukan hanya sebagai seorang prajurit, melainkan juga seorang pria sukses dengan aset berlimpah.
Setelah sambutan dari Presiden, diikuti juga sambutan dari Mahesa sebagai komandan khusus dari pasukan Garuda. Pria itu mendapatkan penghargaan kehormatan tertinggi dari orang nomor satu di Republik ini. Ah! Bahkan sang Presidenpun terlihat begitu menghormatinya.
"Kamu beruntung sekali bisa mendapatkan hatinya," bisik Rafika, ibu negara yang malam itu nampak anggun dengan kebaya dari sutra ungu. Saat itu Mahesa tengah berpidato di atas podium. "Aku sudah hampir pesimis dia dapat memiliki istri yang baik. Namun kamu terlihat sangat jauh berbeda dibandingkan dengan yang lain."
Yang lain?
"Maaf, tapi anda sepertinya sangat mengenal beliau?" Sandya menanggapinya dengan sopan, sementara benaknya sudah dipenuhi rasa penasaran luar biasa. Rafika hanya tersenyum kecil, ia melirik sekejap pada suaminya yang sepertinya tengah sibuk menyimak pidato Mahesa.
"Dulu kami teman satu SMA, dia adik dua tingkat di bawahku tapi umur tidak menjadi penghalang saat itu. Kami sempat dekat tapi kemudian aku kalah saing dengan Rebecca." senyum Rafika mengembang lagi.
Rebecca?
Tepuk tangan menggemuruh mengurungkan niat Sandya untuk bertanya lebih jauh. Mahesa sudah turun dari panggung dan segera menghampiri tempat duduknya. Ibu Presiden bersikap seperti biasa lagi, anggun, elegan, dan tidak menampakkan bahwa ia adalah salah satu masa lalu suaminya.
Mendadak saja Sandya merasa hatinya seperti tertohok. Dia memang tidak tahu masa lalu pria itu kecuali kenyataan bahwa dia adalah paman Danang. Pria nyaris sempurna sepertinya memang tidak mungkin tidak memiliki hubungan dengan seorang wanita bukan? Rasa penasaran membuat Sandya tidak bisa menikmati makan malam mewah itu meski menu hidangannya sungguh luar biasa.
"Apa ada sesuatu yang menganggumu?" Mahesa menatapnya disela obrolannya dengan Presiden, dari yang ditangkap telinga Sandya, sepertinya mereka tengah membicarakan mengenai pertahanan Negara.
"Tidak, aku baik-baik saja." Gadis itu tersenyum demi menutupi hatinya yang mulai gundah.
"Seorang teman pernah mengatakan padaku, jika kamu mengatakan baik-baik saja maka sebenarnya dia dalam kondisi terburuknya," bisik Mahesa tepat di telinga gadis itu, jika orang tak melihat dengan seksama maka pastilah mereka berfikir bahwa keduanya tengah berciuman mesra.
Sandya hampir tersedak demi mendengar penjelasan itu. Insting seorang prajurit terlatih seperti Mahesa pasti sangatlah peka terhadap lingkungan di sekitarnya, terlebih pada Sandya yang duduk di sebelahnya. Tapi mengingat bahwa ibu Presiden, wanita nomor satu negara ini adalah mantan sekaligus teman masa lalu suaminya, wanita mana yang tidak akan berfikir macam-macam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Pernikahan Sandiwara (Sudah Terbit)
Ficción GeneralCERITA FULL ADA DI KBM APP. SUDAH TERBIT. SEBAGIAN PART SUDAH DIHAPUS. Kedekatan dua anak manusia berbeda latar belakang. Cintalah yang menyatukan hati mereka berdua, namun cinta juga yang memisahkan mereka berdua untuk selamanya. Sandya harus mere...