"Hi, Nadya." Sapa Zayn ramah melihat gadis itu masuk ke dapur.
"Oh, hi." Jawab Nadya kikuk. Sepertinya seisi rumah ini sudah tau namanya.
Nadya berusaha bersikap seperti biasa. Ia berjalan menuju tempat piring kotor dan mulai menyalakan air.
"Kau tak perlu membersihkannya. Biar aku saja." Suara lelaki berambut hitam itu membuat Nadya terlonjak. Karena, tiba-tiba Zayn sudah berada disampingnya.
Nadya sedikit menjauh. "Ehm.. Terimakasih kalau begitu."
Zayn mengangguk. "Duduklah. Akan kubuatkan sarapan."
Nadya tak beranjak. Tetap berdiri, memperhatikan Zayn mencuci piringnya. Zayn yang merasa diperhatikan menoleh,
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Zayn membuat Nadya tersadar.
"Aku saja yang membuat sarapan. Hanya kalian berlima yang tinggal dirumah ini ?" Tanya Nadya balik.
"Yup. Dan kau, tentu saja." Jawab Zayn.
Nadya berjalan membuka kulkas. Melihat-melihat isinya.
"Kau tidak keberatan, jika aku hanya membuat Sandwich?" Tanya Nadya memperhatikan kulkas lalu menoleh di meja. Dan, diatas meja makan, terdapat roti.
"Ya, tidak apa." Kata Zayn, tersenyum tipis.
Nadya mulai mengambil Sayuran dan meletakannya di atas meja dapur. Juga roti. Ia pun mulai membuat Sandwich.
***
Louis sedang termenung. Ia berbaring dengan melipat tangan di kepala dan memandangi langit-langit kamar. Ia terjaga semalaman. Satu nama yang terpikir dalam otaknya saat ini, Johannah. Ibunya. Ia berbisik pada dirinya sendiri.
"Mom, aku merindukanmu. Apakah kau tau? Aku telah menemukan Nadya. Aku telah mejalankan salah satu permintaan terakhirmu. Apa yang aku harus lakukan sekarang? Ia bahkan tak mau menatapku. Ku harap kau bisa membantuku."
Louis turun dari kasur dan berlutut di karpet. Memanjatkan do'a untuk ibunya. Ia merasa ibunya tersenyum sekarang. Karena ia telah berhasil membuat Jay bangga. Namun, bagaimana menyelesaikan tugas akhir dari ibunya? Perasaan bersalah masih menghantui Louis pada gadis itu. Juga, tentu saja sikap Nadya terhadap Louis.
***
Nadya telah selesai membuat sandwich dan menatanya di atas meja dengan lima piring yang rapi di masing-masing kursi. Zayn juga duduk salah satu kursi. Ia memperhatikan meja makan.
"Piringmu mana?" Tanya Zayn.
Nadya melirik memberi kode mata ke minibar.
"Disana." Jawab Nadya enteng lalu menuang jus jambu buatannya, pendamping sandwich.
Zayn mengangkat alis seakan bertanya 'kenapa-ada-disana?'
Nadya terdiam, dan menuang segelas jus untuknya sendiri. Ia mengambil piring miliknya, dan menatap Zayn.
"Aku mau makan di kamar saja. Aku tidak mau bertemu 'dia'." Ucap Nadya lalu berjalan ke arah kamar yang ditempatinya.
Zayn hanya menghela nafas. Ia pikir sarapan pagi bersama akan menjadi awal yang baik untuk keadaan Louis dan Nadya. Namun kenyataan tak sesuai harapan.
Nadya pun berjalan, dan tanpa disadari di tangga ruang tengah itu ada Liam.
***
Liam menuju dapur setelah melihat Nadya menutup pintu kamarnya (kamar Nadya di lantai 1). Liam melihat Zayn yang duduk di meja makan, memikirkan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kidnapped by One Direction
FanfictionJust simple. I'm scared of him like I have a phobia to the dark. I'm cries for him like my eyes never tired. I scream for help, there's no one come. Why you have to come again and make my life so complicated? Please let me go.. Please help me... I'm...