Ini Masih Flashback, Jangan bingung, Kay?
pokoknya kalau tulisannya miring macem otak yang nulis, artinya flashback.
Makasih yang udah vomments. :-)
-_-_-_-
Z I A N
"Terlambat dua menit tiga puluh delapan detik."
Pantatku menggantung di udara. Baru saja ingin duduk, pantat belum nyampe singgasana, Wanita unyu parah ini udah mengomel.
Iya, dia unyu, walaupun wajahnya keliatan sangar saat dia marah.
Aku melanjutkan kegiatan duduk ku, lalu memanggil pelayan yang berdiri tak jauh dari meja kami.
"Selamat siang, ingin memesan apa?"
"Nasi goreng spesial, Capcay, sama jus semangka satu. Kalau lo?" Tatapanku beralih pada wajah datar Mecca, Duh, gemesin tau gak?
"Gue sebentar lagi pul-"
"pesanan saya jadi double ya mbak, makasih. Cepet ya? Nanti peri cantik saya keburu bosen."
Pelayan itu terlihat sedikit bingung, tak lama, ia berbalik meninggalkan aku dan Mecca.
Mungkin dia bingung karena Mulutku ngomongnya ngegas terus, persis kayak Mama.
Ya iyalah, aku kan memang anak Mama.
"Lo apa-apaan?"
"Apanya yang apa-apaan?" Tanyaku, sewot.
Dia memutar bola matanya, tubuhnya bergerak turun seiring dengan helaan nafasnya.
"Gue mau pulang. Maksud lo apa pesenin gue makanan dan manggil gue.." Jeda sejenak. "Peri cantik?"
Aku hampir menumpahkan tawaku jika saja aku tidak ingat sekarang berada di tempat umum.
Dia lebih lucu dari Sule, serius.
"Kok lo GR?" Tanyaku seraya menaikkan satu alis.
"Gue gak tertarik tentang GR, tapi GR itu apa?"
Aku menaikkan satu alis lagi. Ini cewek lahir tahun berapa? Apa dia titisannya Do min Joon*?
"GR itu kepedean. Ngerti?" Aku menekuk satu kaki ku ke atas paha. "Pesanan itu bukan untuk elo, dan panggilan peri cantik itu juga bukan buat elo." Ucapku, kelewat enteng.
Dia membuang muka. Cieee, wajahnya merah. Malu, ya?
"Peri cantik itu panggilan untuk adik gue, Ziana, Yang baru berumur enam tahun. Pesanan itu untuk dia."
Dia mendengus, aku melihatnya. Itu sangat menggelikan, menggelitik perutku.
Kenapa Mecca selucu ini? Padahal Dia tidak melucu. Apa kotak ketawaku saja yang berlebihan?
Saat pelayan datang ke arah kami,aku mencegahnya. "Mbak, di bungkus aja ya?"
Pelayan kurus ikut-ikutan memutar bola mata. Ia melirik nampan berisi pesanan-pesananku dan berbalik dengan langkah malas.
Dengan cara ini, aku bisa mencegah Mecca di sini lebih lama lagi.
"Gue mau pulang." Mecca menatapku lama untuk pertama kalinya hari ini.
Jemariku mengetuk meja makan secara bergantian, "Tunggu, bayarin pesanan gue."
"Gue mau les biola."