I LOVE YOU 1.2

1K 58 6
                                    

You're my downfall..

you're my muse..

Z I A N

"Mec, tolong maa-"

Aku mundur selangkah setelah dentuman keras pintu yang baru saja di tutup oleh Mecca. Menghela nafas, aku duduk di tepi teras rumah Mecca lalu menunduk, lemas.

kenapa gue bodoh? kenapa gue bisa lupa kalau kemarin adalah hari terpenting kita? kenapa gue.. nyia-nyiain kesempatan gue buat meluluhkan hati lo? Kenapa, Mec?

Aku tak tau berapa lama aku bertarung dengan batinku sendiri, karena aku baru tersadar saat decitan engsel pintu terdengar jelas.

Masih terduduk, aku membalikkan wajah. Dan kalian tau kejadian langka apa lagi yang aku temukan?

Mecca menangis.

Aku menghambur ke arah Mecca lalu memeluknya. Merasakan wangi bunga lily yang menguar di tubuh Mecca, membuat ku memejamkan mata seraya menuntun kepala Mecca bersandar di dadaku.

Jantung, pliss jangan detak terlalu kencang. Gue gak mau Mecca jadi gak nyaman.

Cukup lama Mecca menangis di pelukanku. Aku tidak tau apa penyebabnya, dan aku hanya akan tau jika aku tidak panik bertanya ini itu pada Mecca dan sedikit bersabar.

Kami berdua duduk di sofa, tidak berbicara dan melakukan hal yang berarti. Aku hanya memandang Mecca seraya memainkan kunci mobilku, sementara Mecca bersandar di bahu sofa dengan mata menerawang ke atas.

"Zi.."

"Ehmm?"

Mecca menoleh, "Lo mau tau rahasia gue, gak?"

Aku mulai tertarik. Sangat, sangat, dan sangat tertarik.

"Apa?" Aku menyentuh pipi merahnya, menangkupnya dengan satu tanganku seraya tersenyum lembut.

"Siap untuk kecewa?"

Perasaanku tiba-tiba merasa tidak enak kala melihat bola mata Mecca berkaca-kaca lagi. Aku menelan ludah, "Rahasia ini nanti bakalan buat aku sekecewa apa?"

Mecca berdiri, meraih kelingkingku lalu menggenggamnya. "Intinya kamu siap?"

Menelan ludah lagi, aku mengangguk. "Ya,aku siap"

.

"Ini kembaran kamu?" Aku menunjuk figura berlukiskan wajah anak kecil menggunakan dress pink sedang tersenyum seraya memeluk anak lelaki tampan yang aku asumsikan tetangga atau saudara jauh Mecca.

Mecca mengambil buku tebal berwana pink dengan hiasan bunga mawar di sisinya, lalu menyerahkannya padaku. "Kalau kamu tertarik, kamu baca. Kalau enggak, cukup di simpan yang rapi."

Jarang-jarang nih, Mecca se-misterius seperti sekarang.

Aku mengangguk, menatap Mecca dengan dahi berkerut, "Boleh aku baca sekarang?" Ucapku seraya mengulurkan tanganku hendak mengambil buku pinky itu.

Mecca menggeleng seraya menyodorkan buku pinknya, "Jangan. Nanti aja baca di rumah."

Aku meraih buku itu lalu meraba covernya. Buku yang aku asumsikan diary ini sudah nampak tua, terlihat dari lembarannya yang sudah mulai menguning.

"Terus.." Aku menengadah ke atas, menatap langit-langit kamar Mecca. "Itu apaan Mec?"

Mecca duduk di tepi ranjang. "Yang mana?"

"Famous?. Fathan_Monica..Fa..Mo..Us.."

"Fathan itu kakak aku" Potong Mecca cepat.

Aku melongo, ikut duduk di tepi ranjang seraya menatap Mecca.

I LOVE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang