Chapter 3 : Pengalaman Aneh Intan

890 86 19
                                    

Hari Senin

Akhir pekan sudah berakhir, itu tandanya bahwa EG Group harus kembali ke rutinitas dan pekerjaan mereka. Keadaannya terlihat biasa saja di awal hari yang mengawali minggu baru itu. Delia dan Yoshi hanya bisa memandang satu sama lainnya saat melihat keadaan Rendi dan Arin yang terlihat biasa saja. Mereka tidak tahu apa yang terjadi saat mereka meninggalkan kedua temannya ketika mereka pergi menonton film, dan mereka tidak ingin menanyakannya. Sepertinya akan lebih baik jika mereka tidak membahas soal itu.

Antara Rendi dan Arin sendiri, sebenarnya tidak ada kecanggungan yang berarti terjadi. Hanya saja, apa yang dikatakan oleh Rendi saat itu sedikit banyak sudah menghantui akhir pekan Arin. Dia jadi berpikiran kalau Rendi benar - benar menaruh perasaan padanya. Ada banyak hal yang membuat Arin tidak habis berpikir soal perasaannya.

Di sisi lain, Rendi berusaha untuk bersikap biasa saja. Matanya terkadang mengamati Arin, berusaha untuk memahami apa yang sebenarnya ada di dalam pikiran perempuan itu. Rendi terkadang melamun, memikirkan arti dari setiap ekspresi yang muncul di wajah Arin.

Bagi Rendi, Arin berbeda jauh dengan Delia. Arin adalah perempuan yang menyimpan banyak rahasia di dalam dirinya. Berbeda dengan Delia yang tidak malu dalam menunjukkan berbagai macam ekspresi dan isi hatinya. Ada beberapa hal dari Arin yang tidak bisa Rendi pahami. Hal itu membuat Rendi bertanya tentang siapa sebenarnya rekan barunya itu.

Satu hal yang pasti, Rendi bisa merasakan sebuah emosi yang sangat familiar. Rendi merasakan kalau mereka seperti orang yang sama, dan entah terhubung dengan cara apa. Sebuah emosi aneh yang menghubungkan mereka ini membuat Rendi menjadi tidak ingin memaksakan apa yang dia rasakan pada Arin.

Sebuah emosi yang sangat rapuh, yang dikenal Rendi dengan sangat baik. Emosi ini jugalah yang membuat Rendi penasaran kenapa mereka bisa merasa "sama".

Keadaan di ruangan itu sendiri tidak ada yang aneh. Mereka menyapa dan mengobrol satu sama lainnya, sebagaimana hari biasanya. Tidak ada hal yang berarti terjadi. Terkadang ruangan mereka jadi senyap untuk beberapa saat, tapi tidak ada kecanggungan yang berarti.

Di salah satu momen hening itu, tiba - tiba terdengar sebuah suara langkah kaki berisik. Hal ini membuat Pak Indra dan Yoshi agak terhenyak dari tempat duduk mereka. Keduanya menatap satu sama lainnya, kemudian tersenyum.

Pak Indra sudah bekerja cukup lama di ruangan itu sehingga dia bisa mengingat setiap nada derap langkah kaki orang - orang yang sering kali lewat di depan ruangannya. Lalu, Yoshi yang sudah agak lama berada di ruangan itu juga mulai hapal dengan langkah kaki yang sering kali lalu lalang di depan ruangannya.

Karena itulah, kadang mereka bermain tebak langkah kaki kalau mereka tengah benar - benar bosan. Dari permainan mereka itu, banyak hal yang mereka dapatkan. Salah satunya adalah, di kantor mereka ini tidak ada perempuan yang memakai sepatu berhak tinggi. Tapi dari suara yang mereka dengar, jelas ini dihasilkan oleh sepatu berhak tinggi, dari langkahnya yang ringan dan bunyinya yang khas.

"Muda. Bersemangat. Berhak tinggi. Perempuan. Eksekutif atau sejenisnya," ujar Pak Indra, menyimpulkan hasil pendengarannya.

"Yah, bisa kedengaran kok, pak. Walau langkah kakinya cepat, tapi tetap terkesan profesional. Sepertinya menuju ke sini," sahut Yoshi.

Empat orang lainnya memandang mereka dengan ekspresi penuh tanda tanya. Bu Risa sendiri bertanya di dalam kepalanya sejak kapan suaminya jadi doyan mendengarkan suara langkah kaki orang yang lewat di depan ruangannya. Rendi dan Arin bertukar pandangan bingung, sementara itu Delia berusaha membaca ekspresi yang ada di wajah Yoshi.

Delia sepertinya mulai paham akan apa yang dikatakan keduanya. Ekspresi bersemangat bisa terlihat jelas dari wajah kekasihnya, jadi dia bisa menyimpulkan satu hal penting dari perkataannya tadi.

The Detective 3 : Adventure of Accountant's HairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang