"Astaga ini menyenangkan sekali!" pekik Irna saat sudah berada di sebuah hutan yang sangat lebat.
12 lelaki di belakangnya menatap Irna aneh. "Oh ayolah masa kalian tidak suka?" Irna menggembungkan pipinya kesal, seperti yang sering dilakukan Luhan.
"Suka kok, suka." jawab Suho yang jelas sekali berbohong.
"Ya sudah kalian pulang saja! Aku akan menghadapi mereka semua sendiri!"
"Mana mungkin kami meninggalkanmu!" ucap semuanya serentak.
"Ayo kita terus saja berjalan untuk mencari jalan keluar hutan ini!"
Pagi itu Irna tampak begitu antusias karena akhirnya ia akan benar-benar menguji kekuatannya. Ia mengelus sarung pedang biru yang biasa ia gunakan yang tergantung di pinggangnya. Ia belum diperbolehkan menyerang orang menggunakan pedang miliknya yang diberikan kepala sekolah karena pedang itu akan benar-benar merusak.
"Kau tampak begitu semangat, Na." ucap Tao yang berjalan di sebelah Irna.
"Tentu saja, Kak! Aku sudah bosan duel dengan kalian, aku sudah hafal gerakan kalian sehingga aku bisa mengalahkan kalian dalam waktu 5 detik saja."
Tao terkekeh. "Astaga. Tiga bulan lalu kau masih Irna yang lemah lembut. Yang takut-takut menyerang orang. Namun sekarang...."
Tao sengaja menggantungkan kalimatnya dan hal itu membuat Irna menatap lelaki tinggi itu kesal. "Jadi maksudmu sekarang aku kasar?"
"Ti-tidak. Hanya saja lebih berani. Lebih brutal."
"Katakan aku brutal sekali lagi maka aku akan mengirinkanmu ke neraka!" ucap Irna kesal.
"Yakin? Nanti kau merindukanku akan sangat repot. Memangnya kau mau mengunjungiku ke neraka?" goda Tao.
Seperti biasa, jika bertemu mereka akan berdebat. Namun tak lama mereka akan berbaikan. Dan disambung berdebat lagi. Begitu seterusnya. "Siapa yang mau merindukanmu, Panda?!" tukas Irna kesal.
"Sudah hei, kita satu tim, jangan malah bertengkar." lerai D.O.
"Iya kami mengerti." balas Irna dan Tao bersamaan.
"Kalian dengar itu?" tanya Xiumin.
Semua langsung diam. Tiba-tiba terbang sebuah panah untuk menyerang Irna. Untungnya Irna sudah menguasai telekinesis sehingga panah itu tertahan di udara dan menuju ke penyerang. Tak lama, tiba-tiba panah-panah dihujankan ke mereka semua. Chanyeol dan Kris langsung membakar panah-panah yang berada di sekitarnya. Irna dan Luhan sama-sama menggunakan telekinesis untuk menahan panah-panah tersebut lalu menjatuhkannya ke tanah. Sehun juga mengeluarkan anginnya untuk mengusir panah.
Semakin mereka menghalau panah-panah, semakin banyak yang berdatangan. Tao menghentikan waktu, namun membiarkan 12 temannya tetap bergerak.
"Irna, coba cek dari mana hujan panah ini berasal."
"Baik, Kak Tao."
Irna langsung terbang dan diikuti Kris. Mereka melihat di atas pohon ada sebuah mesin penembak panah yang bisa menembakkan dua puluh panah permenitnya. Ada alat lainnya yang disembunyikan di pohon lain. Totalnya ada empat buah.
"Ayah dan Ibu benar-benar tidak bercanda." decak Kris.
Irna tersenyum sambil mengangguk. "Benar. Lebih baik kita apakan benda ini?"
"Kita rusak saja sistemnya. Sayang kalau dibakar." ucap Kris sambil jongkok dan mengutak atik alat tersebut.
Sekitar 10 menit kemudian, semua alat sudah dirusak dan tidak mungkin mengeluarkan panah lagi. Irna dan Kris terbang lagi menghampiri yang lain. "Tao, kau bisa kembali jalankan waktu."
KAMU SEDANG MEMBACA
[EXO] Regnum Draco
FanfictionRegnum Draco, kerajaan terbesar di dunia. Tengah berada di ambang kegelapan. Bisakah Irna dan 12 kakak kelasnya menyelamatkan Regnum Draco dari kegelapan yang telah memusnahkan kerajaan lain?