"Tidak mungkin."
Kris membuka kemejanya dan menunjukka tato bergambar naga di lengannya. Irna melihatnya dengan mata yang membulat sempurna. Tidak ada kata yang bisa mendeskripsikan perasaannya. Ia menyukai kakaknya sendiri. Kakak yang sedarah dengannya. "Tapi Rex Tenebrae mengatakan aku adalah putri tunggal." bantah Irna.
"Kau memang putri tunggal Raja dan Ratu karena aku adalah anak haram dari hubungan gelap Raja dengan pelayan pribadinya. Ibu kandungku meninggal saat aku berusia 5 tahun dan kau masih berusia 3 tahun. Semua orang di desa menatapku dengan tatapan menghina. Semua menjauhiku. Semua jijik padaku. Namun 11 temanku berbeda dan ibumu juga berbeda. Mereka justru menyayangiku.
"Harus aku katakan ibumu memiliki hati paling baik dan paling tulus. Seharusnya ia menyiksaku, anak dari wanita yang membuat suaminya selingkuh namun ia menyayangiku seperti anak kandungnya. Terutama saat kau diculik setahun setelah ibuku meninggal, ia malah lebih menyayangiku. Namun sekarang, tak banyak yang tahu aku adalah anak haram Raja. Aku juga tidak mau diperlakukan spesial. Dan sepertinya teman-temanku dan masyarakat desa sudah lupa akan kenyataan itu karena di depan umum kami tidak pernah bersikap layaknya orang tua dan anak."
Irna menutup mulutnya. Rasanya begitu tidak nyata namun yang diceritakan Kris masuk akal juga. Irna hanya terdiam dan masih mencerna cerita Kris.
"Mungkin kau salah paham akan perasaanmu. Kau pasti menyayangiku sebagai kakak, bukan sebagai lelaki."
Irna masih tidak mampu berkata apapun. Ia hanya berdiri tenang lalu segera berjalan menjauh. Tidak tergesa-gesa sama sekali. Ekspresinya memang kaget namun tidak ada air mata sedikit pun yang mengalir. Hanya saja ekspresinya seperti melihat hantu di siang bolong.
"Irna ada apa?"
Irna menatap Chanyeol yang berlari menghampirinya. Irna menggeleng kecil sambil memaksakan sebuah senyum. Sekarang ke-11 kakak kelasnya memang kembali memanggil Irna tanpa 'Tuan Putri' karena Irna yang memintanya.
"Tidak apa." suaranya terdengar begitu serak.
Chanyeol menatap Irna curiga. "Kau berbohong."
"Maaf, aku sedang ingin sendiri." Irna langsung teleportasi ke kamarnya, meninggalkan tanda tanya besar di benak Chanyeol.
Irna sudah tiba di kamarnya. Ia duduk di sofa yang menghadap ke jendela yang tengah terbuka lebar. Irna menikmati angin yang bertiup kencang sambil merapatkan sweater abu-abu yang membungkus kaus lengan panjangnya.
Ia memang tidak lagi menggunakan dress ke mana-mana atau baju olah raganya. Ia lebih sering menggunakan celana jeans tiga perempat atau celana panjang jeans. Sepatunya juga ia lebih suka memakai sepatu boot karena suhu belakangan cukup dingin. Dan atasannya selalu baju kaus dengan sweater atau jaket dengan rambutnya selalu diikat tinggi. Hanya saat makan malam ia memakai dress atau rok pendek dan baru rambutnya dibiarkan tergerai.
Terdengar suara ketukan dari pintu beberapa saat kemudian. "Tuan Putri, waktunya makan siang." suara Mabel.
Irna mendengus kecil. "Antar saja makanannya kemari." sahut Irna.
"Bagaimana jika Yang Mulia menanyakanmu?" tanya Mabel.
"Katakan aku sedang ingin berpikir. Tidak usah banyak bertanya, laksanakan saja perintahku!" tukas Irna kesal.
"B-baik."
Mabel menuruni tangga sambil berpikir. Baru kali ini Irna begitu ketus padanya. Dan baru kali ini Irna mengatakan kata 'perintah' padahal biasanya Irna selalu sopan padanya dan selalu menyelipkan kata 'tolong'. Sesampainya di bawah, Mabel menyusun piring-piring berisi makanan dan dua gelas minuman yang salah satunya adalah air putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
[EXO] Regnum Draco
Fiksi PenggemarRegnum Draco, kerajaan terbesar di dunia. Tengah berada di ambang kegelapan. Bisakah Irna dan 12 kakak kelasnya menyelamatkan Regnum Draco dari kegelapan yang telah memusnahkan kerajaan lain?