cerita baru.... ini bener-bener banting setir dari Code L.B. wekekekekekekekeek.... pengen bikin cerita yang ringan juga kocak. eitsss... tapi ini untuk dewasa ya... jadi lebih baik bijak dalam membaca....
luph u all...my readerrrrr......
PROLOG
"Ini tempat tinggalmu?"
"Ada yang aneh?"
Aku menggeleng, berbohong. Sebetulnya apartemen ini biasa saja. Mewah, sesuai dengan pemiliknya yang sangat kaya di usianya yang sangat muda tapi tidak ada yang spesial. Apartemen ini cenderung dingin dengan pilihan warna yang cenderung hitam dan putih bagi dekorasinya. Membuatku sedikit ketakutan.
Baiklah, aku mengaku.
Bukan pilihan warnanya yang membuatku ketakutan, tapi karena hal lain. Ini adalah tempat tinggal seorang pria, pria lajang! Baiklah, bukan lagi pria lajang karena dia baru saja menikah. Mungkin lebih karena, ini adalah saat pertama aku memasuki tempat tinggal seorang pria, sendiri!
Bukannya munafik atau sok suci, tapi ini adalah kenyataan yang cukup pahit bagiku. Aku sama sekali tak pernah memasuki tempat tinggal seorang pria, sendiri. Bahkan meskipun itu pacarku, (er...mantan pacar) aku selalu pergi dengan sahabatku (err... sekali lagi, mantan sahabat) untuk menemuinya di rumahnya. Dan kali ini aku memasuki tempat tinggal pria tampan ini, sendiri. Meskipun itu sebenarnya hal yang legal, bahkan sangat legal di mata agama dan sosial juga hukum. Itu semua karena aku istrinya, ter-stempel jelas di buku nikah yang saat ini berada di tangannya. Dia suamiku.
Endo mengerling kepadaku, kemudian melepas jas yang dia gunakan. Perlahan dia mendekatiku dan memberikanku tatapannya yang dingin, tapi seakan menjeratku (dan sungguh itu selalu membuatku merasa meleleh). Membuatku sedikit ketakutan dan tanpa sadar mundur perlahan menjauhinya.
"Kau takut?" tanyanya bingung.
"Tidak!" jawabku bohong.
Aku bohong.
Aku sangat ketakutan!
Sungguh, ini adalah kebodohanku yang sangat fatal! Sifatku benar-benar buruk dan aku sangat tahu itu. Sahabatku (yang satu ini masih sahabatku) pernah mengatakan, aku sangat pemalu, penakut dan pembohong yang buruk. Dia menyatakan bahwa sifatku itu membuatku sangat mudah untuk ditipu dan ditinggalkan orang di sekitarku (dan salah seorang sahabatku yang lain...salah, mantan sahabatku sukses melakukan hal pertama kepadaku). Saat ini, aku sangat ketakutan. Belum lagi pertentangan batin yang membuatku selalu telihat berpikir keras ketika menghadapi orang lain.
Endo bukan pria dengan wajah mengerikan, dia tampan. Sangat tampan! Ketampanan yang semakin bertambah semenjak kami terakhir bertemu di SMA. Saat ini dia jauh lebih tinggi, lebih tegap dan lebih seksi dengan tubuhnya yang terbentuk sempurna (aku tahu itu karena dia sudah membuka tiga kancing teratasnya saat ini dan menunjukkan dadanya yang terlihat sangat indah). Wajahnya yang sedikit bule (banyak, banyak bule!), dengan bola mata yang berwarna kelabu, rambut hitam gelap yang dipotong pendek dan juga rahang yang terlihat kokoh membuat setiap wanita bersedia memohon untuk bisa bersanding di sebelahnya.
Aku tersudut, dinding di belakangku membuatku tak bisa bergerak mundur lagi. Endo terlihat semakin mendekat ke arahku. Baiklah, kalau tidak bisa mundur, maka aku akan bergeser. Entah apa yang akan dipikirkan Endo, menikahi wanita yang berjalan seperti kepiting di rumahnya, tapi ini refleks. Kabur adalah sifat burukku yang lain dan itu selalu terjadi secara refleks! Otomatis!
Sampai akhirnya aku sama sekali tak bisa bergerak ketika kedua lengan Endo dan dinding di belakangku mengurungku. Dari posisi ini, aku bisa melihat otot dada Endo yang bergerak dan membuat dadanya semakin terlihat seksi. Sial! Aku mengalihkan pandanganku ke arah wajahnya dan melihat hidungnya yang begitu mancung (membuatku iri dengan hidung mungilku yang dengan bangganya menempel dan sok medominasi pandangan orang ke wajahku), kemudian bibirnya yang begitu tipis dan menggoda untuk dicium.
"Kau takut!" ujar Endo lagi.
"Tidak!" jawabku sembari menolehkan wajahku ke arah samping.
Dalam jarak sedekat ini, aku bisa mencium parfum Endo yang seperti bau kayu manis. Endo menyentuh daguku dan menariknya lembut ke arah wajahnya. Dia mendekatkan wajahnya hingga begitu dekat dan membuat bibirnya hampir menempel di sudut bibirku. Membuatku bisa merasakan hembusan nafasnya saat dia bicara.
"Aku tidak akan menyakitimu Rima," bisiknya lembut sebelum mencium sudut bibirku.
Ini bukan ciuman pertamaku (kali ini aku serius dan tidak bohong. Aku sudah pernah berciuman sebelumnya!), tapi ciuman kali ini membuatku seperti meleleh. Ketika bibir tipis Endo menyentuh sudut bibirku, kurasakan getaran dan juga sensasi panas seakan menyebar ke seluruh tubuhku dari tempat dia menciumku. Menyebar hingga keujung tubuhku dan memberikan reaksi ganda pada bagian dimana dia menyentuhku. Itu sungguh sensasi yang tak pernah kurasakan, dan membuat seluruh tubuhku lemas. Benar-benar lemas secara harafiah, karena saat ini aku sudah terjatuh, terduduk di lantai dengan wajah memerah seperti kepiting rebus.
Ini memalukan.
Semua ini tak perlu terjadi seandainya saja semua kemalangan itu tak datang bertubi-tubi saat dua minggu yang lalu.
****

KAMU SEDANG MEMBACA
Kawin Kontrak
Romancesemua kemalangan menghampiri Rima secara bertubi-tubi. Mulai dari hutang dan juga pengkhianatan dua orang terdekat baginya. Terakhir, dia harus menikahi sosok yang sudah lama tak pernah ditemuinya semenjak SMA. Sosok yang selalu membuat debaran di h...