akhirnya Bab 1 muncul. Maaf kalo ada yang merasa lama benerrrr aplot si Rima sama si Endo. Seperti biasa, bab selanjutnya bakalan aplot senin depan, tapi kalau sebelum senin depan tanda vote di sebelah kanan readerku tersayang sudah berjumlah 40, eke aplot lanjutannya. Bukan apa-apa, itu jadi tanda buat eke kalo reader eke sudah mampir dan baca semua. Sukur-sukur pada komen (melas, ngemis komen). Sekali lagi ini cerita sedikit dewasa, (buat eke terutama, yang bakalan kebat-kebit kalo anak eke yang belum cukup umur baca cerita ini , terlepas orang lain bilang enggak). Jadi bijaksana dalam memutuskan membaca atau tidak-nya ya. Loph u all my reader....
*tebar-tebar cium sama bulu ketek.
BAB 1
RIMA
Nafasku memburu cepat, aku bisa merasakan mataku terasa panas dan hampir menitikkan air mata. Ini sangat mendadak, bahkan terlalu mendadak. Bagaimana bisa selama ini Ayah menyembunyikan kenyataan ini dariku dan adikku, Odea. Bukankah setelah ibu meninggal, Ayah sudah berjanji akan membagi semuanya kepada kami termasuk semua masalah di pundak Ayah. Bagaimana bisa sekarang Ayah mengingkari semuanya dan membuatku menemukan semua masalah ini sendiri. Ini sama sekali tidak adil! Toko ayah hampir bangkrut dan meninggalkan hutang sebesar tiga ratus lima puluh juta.
TIGA RATUS LIMA PULUH JUTA!
Aku kembali menghitung jumlah nol yang tertera di berkas pemberitahuan itu, berharap hanya salah membaca. Aku menghitungnya sekali..., dua kali..., oke ini kali ketiga, tapi jumlah nol yang tertera di lembaran itu masih tetap sama, 7 digit. Seluruh tubuhku terasa lemas dan aku terhuyung duduk di kursi kerja Ayah. Kemudian menatap ruang kerja dari toko ini.
Toko ini mungkin hanya toko kain biasa, tapi ini toko yang Ayah dan Ibu bangun dari bawah. Meskipun ini buka toko besar, tapi Ayah sudah berusaha mati-matian mempertahankannya dan membesarkannya hingga seperti ini. Toko ini sudah mampu menguliahkanku hingga lulus, dan menanggung biaya sekolah adikku, Odea, di sekolah swasta yang bergengsi dan cukup mahal. Bahkan aku rela tidak bekerja selepas lulus kuliah dan membantu Ayah di toko ini.
Aku melirik lagi ke lembaran itu dan sekali lagi kepalaku terasa pening. Apa-apaan ini? Bagaimana bisa ini terjadi? Mana Ayah di saat seperti ini?
Suara pintu terbuka membuatku tersadar dari pertanyaan-pertanyaan yang mendera batinku. Akhirnya, orang yang paling bertanggung jawab akan semua ini muncul. Ayah, terlihat sangat terkejut melihatku duduk di kursi kerjanya dan semakin terkejut melihat lembaran berkas yang aku bawa. Aku bisa melihat mulutnya yang komat-kamit membaca doa, dan aku tahu itu doa apa. Itu doa yang sama ketika aku mengetahui Ayah menolak perjodohan dari Tante Ima, itu doa yang sama saat aku menemukan Ayah makan sate kambing setelah dokter memberitakan bahwa tekanan darahnya cukup tinggi, itu doa yang selalu dia ucapkan perlahan setiap melihatku marah (bukan hanya marah, tapi mengamuk) akan perbuatan cerobohnya, itu doa terhindar dari amukan anjing.
"Apa maksud ini semua, Yah?" tanyaku dengan suara bergetar menahan amarah yang mulai menggeliat keluar.
Ayah terlihat sangat ketakutan, tapi beliau bertingkah seakan tidak tahu apa-apa. Itu semua sia-sia di hadapanku saat ini. Aku adalah pembohong yang sangat buruk itu karena keturunan dan aku yakin dengan pasti bawa itu terbawa dari DNA Ayah.
"Itu tagihan koran biasa!" jawab Ayah sembari berusaha tersenyum untuk meluluskan kebohongannya.
"Tagihan koran sebesar tigaa..raatuussss limmmaaa pulluh..juttaaa...?" getaran di suaraku semakin terasa ketika mengucapkan hal itu. "Ayah membeli mesin percetakannya?"
"Ah Rima, kamu salah hitung. Itu hanya tiga ratus lima puluh ribu!" lagi-lagi ayah berusaha menghindar, tapi sekali lagi itu gagal.
"juuutttaaaa...," aku kembali bergetar mengucapkan kata-kata itu, "...sudah kuhitung sampai tiga kali!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kawin Kontrak
Romancesemua kemalangan menghampiri Rima secara bertubi-tubi. Mulai dari hutang dan juga pengkhianatan dua orang terdekat baginya. Terakhir, dia harus menikahi sosok yang sudah lama tak pernah ditemuinya semenjak SMA. Sosok yang selalu membuat debaran di h...