Life for Love

73 6 0
                                        

Hanya saja... Ada sesuatu yang aneh dari pria yang pertama kali kulihat berbicara akrab dengan paman Rob...
Aku tak terlalu sering melihatnya..
Tapi...
Setiap kali aku melihatnya...
Ada suatu perasaan yang aneh, perasaan hangat yang diberikan oleh nya...

---

Kini telah 5 tahun berlalu semenjak aku dan paman Rob datang ke pusat WHO di Washington...
Sejak 2 tahun setelah kedatangan kami, Paman Rob seringkali bertugas keluar dari gedung, entah apa yang dilakukannya...
Satu hal yang ku tahu... Selama paman Rob pergi, aku selalu bersama Rupert...
Ya, Rupert.
Ia adalah pria yang kulihat berbicara akrab dengan paman Rob saat pertama kali sampai di pusat WHO.
Semenjak paman Rob sering bertugas di luar gedung, aku selalu bersama nya... Bahkan ketika ia melakukan 'eksperimen' sederhana di ruangannya, atau ketika ia sedang menyantap makan siangnya...
Semakin lama aku berbicara dengan Rupert, semakin besar kehadirannya dalam pikiran ku.
Ia orang yang menarik, walau terkadang ia suka mengejek ku, aku bahagia bersama nya.
Semua berjalan lancar, bahkan aku hampir melupakan bahwa diluar sana terdapat beribu - ribu orang terancam bahaya... Aku tak memperdulikannya, hingga suatu hari...

Sunday, 13.45
"Aku harus pergi..." Ujar ku pelan pada Rupert.
"Apa ? Tapi kenapa ? Apa tempat ini kurang layak untuk mu ? Tugas ku adalah menjaga mu..." Tanya Rupert panjang lebar mengingat Paman Rob meminta Rupert menjaga ku.
"Mereka meminta ku untuk pergi keluaran sana..."

*flashback*
Sunday, 08.17
'Paman mu telah mati... Kau tak bisa tinggal disini, kami mulai kehabisan tempat di sini...' Ujar seorang pria tua berjanggut hitam, ia tampak sedikit menyesal dengan hal yang dikatakannya.
Satu kalimat itu membuat ku tertegun dan membuat ku mengatakan hal itu pada Rupert.
Aku tersenyum simpul , "tak apa... Aku akan pergi..."

*flashback off*

"Kalau begitu aku akan pergi bersama mu... "Kalimat yang dikatakan Rupert merupakan satu kalimat lain yang membuat ku tertegun. Satu kalimat, yang mengawali semua nya. "Pergi dengan ku dan kau akan selamat..."
"A-apa kau yakin ? Kau tidak bisa ikut denganku, terdapat ratus ribuan zombie diluar sana..."
Aku tak percaya ini. Rupert mengajak ku untuk membicarakan ini. Setelah berunding beberapa saat, akhirnya kami memutuskan untuk pergi berdua ke sebuah tempat, tempat terpencil yang belum pernah ku dengar tetapi diketahui jelas oleh Rupert. Sebuah pulau kecil yang aman, sebuah surga kecil disaat seperti ini, Paradise.
Paradise merupakan pulau terpencil di tepian Samudra Atlantik. Pulau dimana Rupert berasal. Kami sudah memikirkannya baik - baik, semua nya sesuai, hanya saja.... Ada satu hal yang menghalangi kami menuju pulau itu... Suatu halangan yang sangat sulit...
Yaitu jarak 16.422 km dan sekitar 26.530.000 monster yang berada di antara kami dan pulau itu.
Ini memang terdengar gila... Tapi ini yang akan kami lakukan...

------
Tuesday, 10.34
"Suplai air ?"
"Sudah"
"Baiklah, tampaknya semua sudah siap..." Kata seorang pria dengan mata abu kebiru - biruan. Kami menaiki kendaraan sejenis jeep dihadapan kami dan mulai berangkat setelah berpamitan dengan para ilmuwan yang sudah tampak seperti keluarga kami.
Dan hari itu... Semua nya baru akan BENAR - BENAR dimulai...

---

Tuesday 12.43
"Terimakasih banyak... Rupert." Gumam ku pelan sambil memperhatikan Rupert yang sedang menyertir, sebelum akhirnya aku memikir kan sesuatu.
Aku tampak melamun sambil berpikir keras saat perjalanan.
"Ada yang aneh..." Gumam ku pelan. "Ada hal aneh yang terjadi disini.." Lanjutku.
Sudah agak lama semenjak kami pergi tadi, tetapi....
Kamu tak melihat SATU zombie pun...
Jika semua nya berjalan normal, seharus nya kami tengah memerangi para zombie itu sekarang...

"Hazel..." Panggilan Rupert membuyarkan pemikiran ku.
"Ada apa ?" Tanya ku disertai sedikit senyum.
"Tak kusangka aku bisa bertemu dengan orang seperti mu, PLT..." Ucap Rupert.
"PLT ?" Tanya ku memastikan.
"Ya... PLT..." Jawab Rupert disertai senyuman.
"PLT, P x L x T , merupakan rumus volume balok yang selalu berada di pikiran ku..." Lanjut pria yang kini berada di samping ku itu sambil sesekali memperhatikan jalan.
"PLT..." Aku mengulangi kata itu lalu tersenyum kecil.

"Berjanjilah..." Ujar ku pelan.
"Berjanji ? Apa ?"
"Berjanji lah kita tak akan terpisah..."
"Baiklah, aku berjanji... Kita... Tidak akan... Terpisah" Kata pria yang kini menghentikan kendaraan yang kita naiki sementara, dan saat ini ia memadang ku..

Ia mengulurkan jari kelingking kanan nya.
Aku memautkan milik ku pada miliknya.

"Sekarang, kita sudah terikat janji, dan sampai kapan pun... Kita akan menjadi satu... Jiwaku adalah jiwa mu dan jiwa mu adalah jiwa ku..." Ujar Rupert tersenyum.
Kami saling memberikan kehangatan dengan sebuah... 'Pelukan' , mungkin ?
"Rupert..."
"Aku mencintai mu... Hazel" satu kalimat itu tak membuat ku tertegun sama sekali saat ini.
"Aku akan lebih mencintai mu..." Balas ku disertai senyuman kebahagiaan yang belum pernah ku rasakan sebelumnya.

Seketika suara aneh bergumuruh diujung jalan belakang kami...

"Zombie..."

-----

Yuhuu :3 pertama kali auth nongol(?) nih :3 mulai sekarang auth ga bikin hint untuk episode ke depannya yakk :3
Need more help for next chapter~
Mo'on bantuannyaa~
Makasii readers - readers ku sayangg :*

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 11, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Unimportant MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang