Scream of Life

148 10 3
                                        

Aku, ibu dan ayah ku berlari ngas nges ngos(?) menuju pintu belakang.
Baru saja kami akan membuka pintu itu...
Dan..

------

Seekor(?) monster menggelikan sekaligus mengerikan berada di hadapan ku.
Kami semua terdiam , mungkin karna tak percaya apa yang kami lihat saat ini.
Tapi seketika ayah ku memukul monster itu dengan tenaga nya.
Apa yang ayah ku pikirkan, ia tak pernah
berkelahi.

"Pergi !!!" Seru ayah ku singkat.
"Bagaimana dengan diri mu sendiri Glen ?!" Tanya aku yang memang
suka memanggil ayah ku dengan nama disaat ia melakukan hal bodoh.
Tampaknya ibu ku pun memikirkan hal yang sama.
Ia tak mengatakan apapun, hanya memberi isyarat untuk pergi sementara kini
tubuh nya sudah dipenuhi lumpur bercampur darah.
Akhirnya aku menuruti nya dan berlari pergi dengan ibu ku.
Sungguh apa yang baru saja ku lihat tidak sebanding dengan apa yang ada di luar saat ini...
Kalian tampaknya sudah tahu apa itu,
Ya... Monster itu ada ratusan, bahkan RIBUAN di kota Chigago kesayanganku ini. Seketika pinggiran Chigago yang aman dan damai berubah menjadi tempat kelam seperti ini.
"Pergi lah ke rumah paman mu di jalan Swach , kau akan aman bersama nya" ucap Ibu ku lirih dan langsung berlari menuju beberapa monster manusia yang menuju ke arah kami.
"MOM!!!!" Teriak ku putus asa. Tak ada lagi yang bisa ku lakukan selain berlari pergi menuruti perkataan ibu ku. Aku tak menyangka, umur ku bahkan belum mencapai 13 tahun saat itu.

Aku berlari dan berlari menuju perkotaan Chigago. Terkadang berhenti karna kelelahan sambil berusaha mengingat dimana kah jalan Swach. Dari pagi hari, hingga malam aku terus berlari sebisa mungkin hingga akhirnya aku menemukan rumah pamanku. Aku memasuki nya, dan lagi lagi pemandangan mengenaskan terlihat, tapi tampaknya situasi kali ini lebih baik...

Paman ku tengah menembak kepala seorang monster menyebalkan yang dari tadi pagi mengacau dimana mana.
"P-paman Rob ?" Tanya sekaligus sapa ku pelan.
"Ah, Josephina Hazel Kimberly keponakan ku tersayang...." Balas paman ku ramah tiba - tiba.
"P-paman Rob... A-apa ya-yang terjadi d-dengan se-semua ini ?" Tanya ku gugup.
"Ikuti aku" pinta paman Rob tak menjawab pertanyaan ku.
Aku mengikuti nya...
Ia berjalan menuju dapur , melewati kamar mandi, tangga, ruang kerja hingga akhir nya keluar ke halaman belakang.
Halaman belakang itu cukup aneh menurut ku. Pohon pohon kering, daun daun gugur , patung terkikis, bahkan mobil jelek yang tampak nya telah terbakar parah hingga menyisakan rangka nya.
Paman Rob menghela napas pelan.
Ia mendekati mobil itu.
"Apakah paman ku gila ?" Tanya ku dalam hati. Disaat seperti ini ia malah memegang sebatang rokok dan sekarang ingin menaiki mobil rongsok nya. Itu adalah pikiranku untuk sekarang, tapi tidak setelah ia melakukan hal ini...
Ia mendekati mobil rongsok nya dan membuka kap mobilnya...
DEG! Lagi lagi aku terkaget. Ada tangga, ya tangga dibawah mobil rongsok itu. Entah tangga itu menuju kemana, aku tetap mengikuti paman Rob yang menelusuri tangga bawah tanah itu...
Dan lagi lagi lagi lagi dan lagi aku tak percaya akan apa yang ku lihat...
Sebuah ruangan penuh dengan senjata dan di terangi lampu gemerlap biru. Terdapat sebuah komputer yang tampak nya kuno di tempat itu. Paman ku menyalakan komputer itu, tapi ternyata dugaan ku kembali salah...
Komputer itu adalah komputer tercanggih yang pernah ku lihat.
"Paman Rob, komputer jenis apa ini ? Terlihat kuno tapi..."
"Ini hanya komputer tua..." Balas paman Rob.
"Bagaimana bisa komputer tua dan ruangan seperti ini..."
"Bisa berada di halaman belakang rumah lelaki tua seperti ku ?" Ucap paman Rob memotong pertanyaan ku.
Aku menggangguk pelan.
Seketika sikap paman Rob berubah...
"Aku pernah mengalami ini sebelum nya... Dua kali..." Jawab paman Rob.
"Ini tempat yang ku buat untuk berlindung. Mereka tak akan mengetahui kita di sini karna kita memiliki komputer kuno ini..." Lanjut pria tua yang rambut nya mulai memutih itu.
"Sebenarnya apa mereka ? Bagaimana mereka tidak tahu ? Dan mengapa komputer kuno ini bisa membuat mereka tak tahu ?" Tanya ku panjang lebar, itu hanyalah 0,1% dari hal hal yang ingin ku tanyakan saat ini.
"Mereka zombie, tetapi zombie mutasi. Itulah mengapa mereka bisa berlari.
Komputer ini memiliki sebuah sistem program langka yang ku curi dari Swiss, Deadsec. Deadsec akan menghilangkan bau, suhu tubuh bahkan suara nafas kita dari luar. Sistem program Deadsec ini juga telah ku install ke handphone ku" jelas paman Rob sambil mengetik komputernya.
"Bagaimana cara membunuh mereka ? Apakah ada antivirus nya ? Bagaimana paman Rob tahu mereka adalah zombie mutasi ?" Tanya ku lagi.
"Kau lebih cerewet dari terakhir kali kita bertemu.." Ucap paman Rob menyeringai.
Tapi akhirnya ia menjawab pertanyaanku.
"Satu satu nya cara membunuh mereka, adalah dengan api. Aku tahu semua nya, karna perusahaan tempat ku bekerja yang menciptakan virus ini... Tampak nya untuk saat ini tidak akan ada anti virus... Tapi mungkin Amerika akan membuat nya nanti"

....

" apa yang sedang kau lakukan sekarang ?" Aku kembali bertanya tapi dengan pertanyaan yang lebih sederhana.
"Lihat lah ini... Tanda merah menunjukan manusia dan biru menunjukan zombie sedangkan ungu menunjukan manusia yang sedang dalam masa transisi menjadi zombie" Ujar paman Rob.
Ya Tuhan, jika perkataan paman Rob benar maka dunia ini akan menjadi dunia monster dalam beberapa jam.

Perbandingan merah dan biru diperkirakan 1 : 10 dan merah berbanding ungu diperkirakan 2 : 5.

"Tunggu, bagaimana kau bisa melihat hal itu melalui komputer ini ?" Tanya ku kembali ke masalah komputer. Tampaknya aku mulai biasa dengan kegilaan ini.
"Deadsec merupakan program multi talent Hazel... Ia bisa melakukan apapun... Ia bagaikan mata Tuhan di dunia ini..." Jelas paman ku pelan.
"Seperti di film Fast & Furious 7 ?" Tanya diri ku, entah mengapa film itu terbesat di alam pikiran saat ini.
Paman ku mengangguk pelan.
"Apa kau akan terus berlari dari zombie itu atau kau ini melawannya ?" Kini paman ku yang bertanya.
"Tentu saja melawannya !" Jawab ku tegas.
"Kalau begitu kau harus banyak belajar..." Kata paman Rob , ia mengambil sebuah senjata dan melemparkannya padaku.
Sontak aku kewalahan dalam menangkap dan memegang nya. Jelas aku kewalahan, ini pertama kali nya aku memegang senjata berbentuk pistol itu.
"Kalau kau mau bertahan, kau harus melawan..." Ujar paman ku itu. "Bawa senjata itu bersama mu. Dan sekarang istirahat lah di kasur itu" lanjut nya sambil menunjukan kasur lusuh di pojok ruangan.
Aku hanya menuruti nya, lebih baik dari pada tidur diluar. Pikir ku.
Malam itu menjadi malam tersuram bagi ku 'untuk saat ini'. Karna kelelahan akhirnya aku pun terlelap.

-------------------------

"Hoammm" aku menguap dengan senang karna mimpi ku semalam. Dan...
Aku berada di ruang bawah tanah paman Rob lagi -.- seketika wajah ku kembali kusam.
Entah kemana Paman Rob, yang jelas ia tak meninggalkan makanan disini.
Lama ku tunggu paman Rob tak kunjung keluar. Rasa lapar yang amat sangat mengalahkan rasa takut ku untuk keluar.
Aku membuka kap mobil dari dalam dan berjalan keluar. Sejauh ini masih lancar lancar saja. Aku membuka pintu rumah paman Rob dan masuk kedalam, tetapi di dapur...
Monster menggelikan itu ada di hadapanku. Aku takut, sekaligus kesal karna zombie monster ( ini adalah sebutan ku ) itu telah mengacaukan kehidupan indah dan damai ku. Tetapi , jujur aku takut dengannya. Aku berjalan mundur mundur dan mundur hingga menyentuh tembok. Zombie itu mendekatiku. Ia hampir menyentuh ku. Tetapi entah mengapa, jiwa ku seakan berubah.
"DOR!!!" Aku menembakan peluru itu kepada zombie di depanku. Ia agak kesakitan dan berjalan mundur sedikit, sangat sedikit. Rasa kesal ku memutuskan untuk menembak nya , terus dan terus hingga ia tergelepak. Tiba tiba rasa takut ku datang kembali. "Sungguh, apa aku baru saja membunuh nya ?" Tanya ku pada diri sendiri. Perasaan menyesal bercampur senang ada di hati dan pikiranku.
Ku dengar suara tepuk tangan dari atas tangga , suara itu mulai turun dan ternyata itu adalah... Paman Rob.
"Hebat... Kau memiliki sedikit jiwa pembunuh seperti yang ku harapkan... Kau boleh mendapatkan makanan mu sekarang.." Ucap paman Rob tiba tiba.
"Paman Rob ? Jadi kau merencanakan ini ? Kau menyuruh ku menghadapi zombie baru aku bisa mendapat makanan ?" Ucap ku dengan nada heran. Perasaan menyesal tadi kink sudah hilang dari ku, langsung ku sambar sepiring nasi dan lauk di tangan paman Rob.
"Ya, mulai sekarang, jika kau ingin makan kau harus membunuh zombie..." Kata paman gila ku itu.
"Apa ?!" Tanya diri ku sambil melahap makanan, tampak nya aku tak peduli dengan penampilan ku sekarang. Yang terpenting adalah makan.
"Mari kita lihat peluru yang kau habiskan... Satu, dua , tiga....... Dua puluh peluru, besok kau harus membunuh dengan 15 peluru. Jika lebih, kau tak makan." Ujar paman Rob.
Sungguh sadis paman ku yang satu ini...
Aku tak menghiraukan perkataan paman Rob, kini piring yang ku pegang telah bersih. Aku mandi dan kembali ke ruang bawah tanah. Itu akan menjadi rutinitas ku.

-- one week later --

Seperti biasa aku bangun di ruang bawah tanah, tapi sesuatu yang aneh ku tangkap dalam pandangan. Seluruh senjata hilang. Terlihat paman rob memasukan senjata ke dalam tas. "Paman Rob ?"
"Kita harus pergi dari sini, secepat nya !"

Unimportant MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang