Tiffany menarik tangan chanyeol lalu menyeretnya masuk ke dalam sebuah toko.
"Adussh... sakit tiff." Chanyeol menggosok-gosok tangannya yang kemerahan. Tiffany tidak menghiraukan chanyeol tapi malah mencari-cari sesuatu di dalam kulkas toko itu. Tiffany megeluarkan air minuman yogurt di sana lalu membayarnya. Chanyeol hanya menatap tiffany sebal. Mana tidaknya, dia diheret oleh tiffany tanpa belas kasihan ke sini tapi sekarang malah dicuekkin. Lalu untuk apa dia dibawa tiffany ke sini? Hanya sekadar menemani tiffany membeli minuman? Heh! Aneh.
"Tiff, are you ok?" Chanyeol menanyakan itu kepada tiffany setelah melihat tiffany yang menegok minumannya dengan kasar. Seperti meminum soju dan kelihatan seperti orang yang sedang putus cinta? Ya begitulah tiffany sekarang menurut chanyeol.
"Tiff, are you ok?" Sekali lagi chanyeol bertanya kerna melihat tiffany seperti tiada niat untuk menjawabnya.
"Bisa tidak jangan ditanya. Aku bawa kamu ke sini hanya untuk menjauhkan dirimu dari sehun bukan untuk membebel padaku." Tiffany masih mengatakan itu dalam keadaan marah. Malah terlihat sangat marah.
Chanyeol melihat tiffany khawatir, aneh dan macam-macam lagi. Tapi kelihatannya tiffany sangat kecewa pada sehun. Tapi kalau ditanya chanyeol, chanyeol juga pasti kecewa pada sehun tapi entahlah mengapa dari mata tiffany tergambar sesuatu yang bukan kekecewaan sebagai seorang teman.
Molla.. aku tidak bisa seenaknya mentafsirmu.- batin chanyeol.
"Kenapa harus dijauhkan? Dia sahabat kita tiff.." tiffany melihat chanyeol tidak puas hati.
"Yak! Kamu mau berteman sama seorang pembohong dan kaki perempuan? Kalau begitu kamu sendiri saja berteman sama dia aku tidak mau." Tiffany langsung bergerak meninggalkan chanyeol yang mungkin sekarang ini masih belum bisa menangkap ucapan tiffany dengan benar.
"Tiff! Wait for me." Chanyeol berlari mengejar tiffany. Sekarang dia sudah menangkap semua ucapan tiffany barusan dan dia sudah membuat keputusan untuk mengikut tiffany. Jadi sekiranya tiffany ingin memutuskan persahabatan ini, mungkin dia cuma akan menurut.
*
*
*Sehun sudah beberapa kali menghubungi tiffany tapi tidak dapat. Entah sudah yang keberapa kalinya dia menghentakkan kepalanya ke dinding. Sungguh dia takut akan kehilangan tiffany sebagai seorang kekasih dan temannya. Sungguh dia takut itu.
Sehun lalu menghubungi chanyeol namun hasilnya sama, nihil.
"Yak! Angkat dong!" Sehun sekali lagi coba untuk menghubungi chanyeol dan kali ini akhirnya berjaya.
"Chanyeol-ah.. '
"Wae?" Sehun mendengar suara chanyeol yang datar menjawabnya.Dia marah padaku?-sehun.
"Kau sekarang di mana?"
"Aku? Di rumah, wae?"
"Tidak usah berbohong. Tadi aku ke rumahmu tapi kau tiada. Sekarang kau dan tiffany di mana? Kalian sengaja menjauhiku?" Terdengar suara sehun yang sedang menahan emosinya. Beberapa detik chanyeol terdiam lalu kembali menjawabnya. Masih sama dengan suaranya yang sedatar tadi.
"Ya, memang aku lagi tidak ada di rumah. Memangnya kenapa? Apa kau tidak malu masih berlagak tidak bersalah di depan aku dan tiffany? Apa kau tidak punya rasa malu sedikit pun sehun?!" Chanyeol sudah menengking sehun setelah begitu lama dia menahannya tadi. Memang dia ada perasaan kasihan pada sehun, tapi entah lah perasaan marah itu lebih banyak dari perasaan kasihan padanya sekarang ini.
"Hahaha.. " sehun tertawa. "Jadi kalian percaya dengan yeoja itu? Memangnya kita sudah berapa lama berteman? 3 hari? Begitu mudahnya kalian mempercayai orang yang baru kalian kenal malah jumpa berbanding teman yang sudah hampir 5 tahun menjadi sahabat kalian? Sungguh tidak masuk akal." Sehun mematikan panggilannya kerna dia sudah tidak sanggup menahan tangis nya yang akan segera turun. Apa perasaan kalian jika sahabat baik kalian sendiri lebih mempercayai orang lain berbanding kalian? Sedih dan sakit hati, bukan?