2. Bonjour, Fabien.

89.2K 5.5K 192
                                    


Sesuai janji mereka, Sabtu ini kelima sahabat itu kembali bertemu di kafe yang sama seperti pertemuan mereka minggu lalu. Salah satu basecamp favorit mereka. Sesuai permintaan sang calon pengantin pula, para gadis itu datang bersama pasangan mereka. Kecuali, Lana. Tentu saja.

Audi datang bersama Gema. Kaia, yang walaupun sempat galau setengah mati untuk menentukan pasangannya, akhirnya memilih Eggy--DJ yang menurut penuturan Kaia sangat easygoing-- sebagai pasangannya. Sedangkan Adel sengaja meminta Theo mengosongkan jadwal prakteknya hari ini demi bertemu tunangan sahabatnya yang jauh - jauh datang dari Paris. Lana sendiri....

Ya, Lana memang sendiri. Dia cuma datang seorang diri. Pikirnya, siapa lagi yang akan diajaknya? Dia belum menemukan kandidat yang tepat. Kalau saja Audi tak sempat mengancamnya, mungkin Lana akan memilih laptopnya sebagai pasangannya sore ini.

Sore ini, soundtrack film "Pretty Woman" yang juga merupakan salah satu film kesukaan orangtua Lana mengiringi obrolan ringan mereka.

"Fabien, ils sont mes meilleurs amis. Elles viennent avec leurs copains (Fabien, ini sahabat - sahabatku. Mereka datang dengan pasangan mereka), " Nadine sempat melirik ke arah Lana sekilas, "sauf Lana. Elle est célibataire (kecuali Lana. Dia masih lajang)."

Fabien tersenyum seraya mengangguk kemudian menatap para sahabat tunangannya satu per satu.

"Halo, saya Fabien," sapanya dengan nada suara yang kaku dan aneh. Keempat sahabat Nadine tersenyum mendengar cara Fabien berbicara dalam bahasa mereka. "Senang berkenalan dengan kalian."

Fabien menjabat satu per satu tangan para kenalan barunya dengan penuh semangat. Tak lupa, diulangnya setiap nama mereka untuk memastikan lidahnya tidak asing ketika ia hendak memanggil nama salah satu di antara mereka nanti.

"Audi."

"Gema."

"Kaia."

"Eggy."

Adel mengatupkan kedua tangannya beberapa senti dari wajahnya ketika Fabien hendak menjabat tangannya. "Adel."

Fabien sempat terkejut selama beberapa detik, kemudian mengikuti gerakan tangan Adel. "Fabien."

"Theo."

"Lana."

"Selamat datang, Fabien. Selamat juga atas pertunangan kalian," sapa Audi, Lana, Kaia, dan Adel bersamaan.

Fabien hanya tersenyum mendengar sambutan meriah dari para sahabat Nadine sampai akhirnya Nadine mendekatkan kepalanya dan berkata pelan pada Fabien. "Ils félicitent ton arrivée et aussi notre engagement (mereka memberikan selamat atas kedatangan kamu dan juga pertunangan kita)"

Fabien tersenyum pada Nadine kemudian kembali menatap para gadis di hadapannya dengan senyum gembira. "Te..rima kasih.." ujarnya kaku. Para gadis di meja kembali tertawa.

Lana tersenyum melihat kebahagiaan terpancar di wajah Nadine. Iri. Ya, dia iri melihat cara Fabien menatap sahabatnya. Lana iri melihat cara Fabien menggenggam erat tangan Nadine yang tersandar di dada kekasihnya. Dalam hati, ia berharap saat ini ia memiliki seorang kekasih yang bisa memperlakukannya semanis cara Fabien memperlakukan Nadine. Lana mengalihkan pandangannya. Diperhatikannya satu per satu sahabatnya dengan pasangan mereka masing - masing.

Gema yang sedang mengusap pelan rambut Audi. Eggy yang tengah merangkul pinggang Kaia. Dan Theo yang juga sibuk bercengkrama dengan Adel.

Untuk pertama kalinya, dalam beberapa tahun terakhir, ada hal yang bisa membuat Lana iri pada para sahabatnya. Pasangan. Sebelumnya, Lana bahkan tidak mau ambil pusing mengenai hal itu.

[Diterbitkan] The Bridesmaids TaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang