Gak zaman Ospek!

1.1K 14 1
                                    

Pagi itu pertama gue menginjakkan kaki di kampus yang menjulang tinggi.
Rasa takut dan gelisah gue rasakan waktu itu, teringat berita - berita di TV tentang Ospek yang memakan korban.
Mahasiswi diperkosa secara bergiliran oleh seniornya dan mahasiswa baru yang menerima siksaan batin karena tidak ada giliran memperkosa mahasiswi baru, eh gak! Maksudnya menerima siksaan kekerasan fisik.
Tentu kebanyakan Ospek mewajibkan memakai kostum yang aneh - aneh seperti manusia idiot dan merendahkan harga dirinya.
Iya, enakan kalo kekerasan fisik contohnya dipukul, ditendang dan sebagainya. Daripada harus dicabuli oleh senior homo, kan hancur masa depan gue.
Imajinasi gue tentang Ospek berakhir setelah gue telat 10 menit, baris berbaris di halaman kampus sedangkan para senior mengecek perlengkapan yang harus dipakai dan dibawa .
Perasaan gak nyaman saat cewek disebelah gue pake rok pendek dan ketat, dalam hati "ini nih korban pertama yang dikerjain senior mesum."
Dengan pandangan yang sedikit kabur karena silaunya sinar matahari, gue lihat Hans memasuki halaman kampus.
Hans adalah manusia blasteran batak dan papua. Mungkin lo bisa membayangkan sosoknya yang kurang sempurna untuk ukuran remaja penuh percaya diri.
Dia teman semasa SMP gue yang karena keadaan kami dipertemukan dengan penuh kesialan ini.
"Woy Dik, udah lengkap yang lo bawa ?" tanya dia dengan bau mulut yang menyengat.
Gue manggut - manggut dengan tatapan mata seakan bicara "apa lo monyet, sok perhatian amat!"
Barisan gue terpilih untuk masuk kampus terlebih dahulu setelah berjemur selama satu jam. Catatan: gue gak dicek perlengkapannya oleh senior, entahlah.
Perlengkapan yang harus dibawa dikumpulkan didepan pintu kelas tentu perlengkapan yang dipakai tidak dikumpulkan karena kalau dikumpulkan kami bakalan telanjang.
Sebenarnya gue kurang lengkap tapi melarikan diri menyelinap masuk ruang kelas. Sejak saat itu gue berpikir betapa pentingnya belajar menjadi ninja yang bisa menembus tembok untuk menghindari musuh.
Gue duduk di kursi dekat pintu agar sewaktu - waktu bisa melarikan diri untuk melaporkan tragedi kekerasan yang gue alamin kepada Kak Seto.
Ternyata gue dan puluhan manusia diruang kelas hanya duduk dan mendengarkan pria sedikit tua berceloteh, iya hanya seminar saja.
Dia menjelaskan hal - hal tentang kemahasiswaan. Maafkan aku yang telah berprasangka buruk kepada mereka Tuhan.
Bersyukur di kampus gue gak ada Ospek yang tidak ada guna dan hanya pembodohan yang membunuh karakter beserta jati diri anak lulusan SMA yang mau jadi mahasiswa.
Ada sela waktu istirahat selama setengah jam, sosok seperti manusia laki - laki pendek dan hitam menanti di ujung kerumunan manusia.
"Woy Dik, mau makan atau minum dimana ?" tanya dia.
"iya kalo bisa dirumah emak lo biar gratisan gitu hahaha... gak, tuh disana ada kantin, kita kesana aja" jawab gue.

Petaka terjadi ketika tidak ada makanan yang kita suka di kantin.
"Nyet lo mau makan apa ? Gue gak makan deh, udah gak laper lagi ngeliat makanan yang dijual tuh. Gak ada yang gue suka" gerutu gue.
"Nah sama, gue juga gak suka. Tapi gue masih laper nih" jawab dia.
Gue manusia yang tergolong selektif memilih makanan yang gue makan, karena kata emak gue gak boleh jajan sembarangan dan karena demi kesehatan gue juga takut durhaka sama orang tua.
"Nyet lo laper kan ? Gue pengen boker nih, mau makan gak ?" tanya gue sedikit menghina dan dengan muka serius.
"Anjing lo, gue disuruh makan tai lo ? Najis" sanggah dia.
"Hahaha... Iya kali aja lo kan laper katanya" kata gue sambil ketawa dan tentu saja nahan boker.
Waktu istirahat gue isi dengan boker yang melegakan.
Hans entah berlalu dimana, bertanya pada rumput bergoyangpun tidak akan menjawab.

Diary Mahasiswa BodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang