Antre!

550 7 1
                                    

Selama setengah jam istirahat, gue habiskan waktu di toilet yang closednya jongkok.
Jujur, gue gak bisa boker diclosed jongkok. Cara cerdas mengatasi adalah gue duduk aja selonjoran.
Entahlah rupa dan kebersihan pantat gue, yang penting lega dan bisa keluar.
Gue memutuskan untuk berjalan - jalan di area kampus dan berharap bertemu dengan Obama ataupun Jokowi bintang iklan kampus gue di TV.

Gue lihat orang - orang berlalu lalang tanpa saling menegur.
Kebanyakan mahasiswi baru dan mungkin calon temen gue, kalo bisa jadi calon istri gue.
Dengan kesendirian, gue bertekad untuk berdiri dan bersandar ditembok berharap ada yang mengajak berkenalan. Daripada harus duduk di tanah nanti malah dikasih receh.
Saat gue laper beneran karena isi perut sudah keluar dengan istilah boker tadi, gue mengurungkan diri untuk membeli makanan karena keterbatasan waktu.
Kalo gue keterbatasan waktu sedangkan Hans keterbatasan ketampanan.

Hans tiba - tiba datang berdiri disebelah gue, kami bertemu kembali setelah berpuluh - puluh menit berpisah.
Wujudnya masih pendek dan hitam atau kebanyakan orang menyebutnya jelek.

"Udah boker lo, dik?" tanyanya ingin tau.
"Udah, tadinya gue mau bungkusin buat lo tapi gak ada bungkusnya. Hahaha...." kelakar gue.

Dengan keterpaksaan gue bareng sama dia lagi.
Setelah berdiri dan saling hina kamipun masuk kembali ke ruang kelas atas instruksi senior yang berlagak sok ganteng itu.
Gak semudah itu masuk kembali ke kelas, ada selembar kertas bertuliskan nomor urut dan nomor ruang kelas.
Kamipun mengantre, saling senggol dan saling menempel satu sama lain.
Serasa warga miskin yang mengantre sembako, zakat, dan kartu sehat ataupun sejenisnya.
Jujur gue masih tertekan jikalau nanti disiksa, entah apa yang mau gue perbuat melawan atau pasrah.
Rasa tertekanpun berubah menjadi rasa jijik, karena didepan gue ada sosok manusia gendut dan dibelakang gue ada Hans yang saling senggol dan menempel.
Harapan gue musnah kalo gue dihimpit cewek cantik dan saling menempel, memang kenyataan selalu berbeda dengan harapan!

Diary Mahasiswa BodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang