A Different Question

418 22 4
                                    

Gadis kecil dengan rambut dikuncir dua itu terus berjalan lurus, tak menghiraukan panggilan dari Alvin yang sedikit berlari tak jauh di belakangnya. Keterlambatan Alvin saat menjemputnya itu seperti sudah tak termaafkan lagi olehnya.

“Angel, tungguin kak Alvin dong!”

Sudah hampir puluhan kali seruan tersebut keluar dari mulut Alvin, namun Angel tetap tak bergeming. Lebih tepatnya masa bodoh dan lebih memilih untuk terus berjalan. Entahlah berjalan ke mana, yang penting mengikuti jalan raya. Tentu juga mengikuti langkah kakinya ke mana ia akan membawanya pergi.

“Angel marah ya sama kakak? Ya udah deh kakak minta maaf,”

Lagi, Alvin bersuara. Langkahnya kini sudah sejajar dengan gadis kecil tersebut. “Kok Angel gitu sih sama kakak? Kakak kan udah minta maaf,”

Angel masih tak peduli. Wajahnya yang masih ditekuk pun belum mau untuk menengok ke arah Alvin. Jangankan menengok, menyadari kehadiran Alvin saja sepertinya tidak ada dalam benak seorang Angel.

“Oke… kalau emang Angel gak mau maafin kakak, gak masalah kok. Kakak mau beli es krim ah,” pancing Alvin seraya berhenti mengikuti langkah adiknya, lalu berjalan mundur perlahan.

“Kakak gak bakal kasih ke Angel kalau Angel minta!”

Dan seperti dugaan Alvin sebelumnya, Angel berhenti melangkah kaki dan berbalik badan ke arahnya. “Kok kak Alvin jahat sih sama Angel? Angel kan mau juga dibeliin es krim sama kakak.” ujar Angel mulai sedikit melunturkan aksi mengambeknya. Kini ia berganti memajukan kedua bibirnya. Lucu sekali.

“Angel kan lagi marah sama kak Alvin, jadi ngapain juga kak Alvin beliin es krim buat Angel?” ledek Alvin dengan melipat kedua tangannya di dada.

Angel pun memajukan bibirnya semakin parah. “Ih, kok kakak gitu sih sama Angel? Tadi kan Angel cuma ngambek dikit doang, kak?”

“Mau sedikit, mau banyak, tetep aja ngambek kan? Padahal tadi kakak udah minta maaf lho sama Angel.” ujar Alvin santai.

“Ya lagian suruh siapa tadi kak Alvin lama banget datengnya? Angel kan kesel jadinya." balas Angel sambil ikut melipat tangan.

Lalu Alvin berjongkok dengan memegang kedua pundak adik cantiknya itu. “Ya udah sekarang kita impas ya?”

“Hmm… ya udah deh. Tapi janji ya beliin es krim dulu?” ujar Angel setelah terlihat berpikir panjang demi menimang-nimang keputusannya untuk memaafkan Alvin.

“Gak mau,”

“Ih, kak Alviiinnn!”

“Hehehe. Iya-iya kakak beliin.” ucap Alvin sambil mencubit pelan hidung adiknya. Angel pun tersenyum.

***

“Kamu beneran gak mau pulang siang ini, sayang?” tanya seorang gadis cantik yang sedikit bermanja ria dalam dekapan Cakka.

Cakka pun menengok, kemudian membelai lembut ubun-ubun gadis itu. “Iya, sayang. Aku mau habisin siang yang indah ini sama kamu.” bisiknya sembari menggigit pelan telinga gadis tersebut.

“Ih, kamu nakal deh!”

Cakka hanya tersenyum saja saat gadis tersebut membalas dengan menepuk dada bidangnya. Lalu mereka berdua kembali berpelukan, tanpa busana, hanya sebuah selimut tipis saja yang menjadi penutup tubuh mereka di atas sebuah ranjang. Ranjang mewah di sebuah apartemen yang sudah menjadi saksi bisu dari hubungan intim mereka selama ini.

Perbuatan haram tersebut memang sudah sering dilakukan oleh Cakka setiap ia mendatangi sebuah kamar di apartemen milik kekasihnya, ReReshilla. Meskipun mereka belum terikat dalam sebuah tali pernikahan, tetapi anehnya mereka tidak pernah mempedulikan hal itu. Entah karena terlalu cinta atau memang karena mereka telah terjerat oleh hasutan setan, yang jelas Cakka dan ReReshilla kini sudah terlanjur terjebak dalam kenikmatan dunia.

SWEAR!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang