Benci, Dendam, dan Rasa

382 22 3
                                    

Hello... setelah SWEAR! vakum hampir setahun, niatnya cerita ini mau diproduksi lagi wkwk... ekspresi dan imajinasiku seperti datang lagi nih. Semoga yang baca suka...

MOHON LIKE DAN COMMENTNYA YA BUAT MOTIVASI KEDEPANNYA.

ENJOY!

***

Mario berjalan cepat ke arah depan rumah setelah gendang telinganya menangkap bunyi sebuah ketukan pintu. Sedikit risih ia kala itu karena suara ketukan pintu yang berkali-kali. Bibirnya mencibir pelan.

"Iya sebentar!" teriaknya.

Sedetik, ia membuka pintu secara perlahan. Dan kemudian menyempatkan diri menghela napas sebelum akhirnya ia berkata.

"Maaf, kami tidak menerima tamu malam-mal..."

Dan seketika saja kata-katanya terpotong begitu ia melihat sosok gadis cantik berdiri tak jauh di hadapannya. Serta ada juga sesosok pria yang berdiri membelakangi seraya memainkan ponsel.

"Ifynya ada, kak?" tanya gadis itu.

Mario pun tiba-tiba terdiam seribu bahasa. Ucapan lembut disertai tatapan mata yang mempesona itu seketika meluluhkan sikap keras yang tadi sempat dikeluarkan Mario. Dan tentu saja gadis itu adalah... Kimberly Sivia.

"Kak Mario?"

Merasa belum juga dijawab akan pertanyaannya tadi, Sivia kembali bertanya.

"Oh, ada kok. Ini dengan siapa ya?" tanya Mario cukup gugup.

"Aku Sivia, temennya Ify. Ini pasti kak Mario, kan?"

"Temennya Ify? Iya, saya Mario. Oh iya, silahkan masuk! Ify ada di kamarnya," ujar Mario. Sivia mengangguk kemudian.

Sedangkan Alvin yang masih sibuk dengan ponselnya itu belum juga menengok ke arah Sivia dan Mario. Begitu juga Sivia yang sedikit melupakan kehadiran Alvin yang padahal dialah yang mengantarnya ke rumah Ify tadi. Malah ia begitu saja masuk ke dalam rumah Ify tanpa pamit terlebih dulu kepada Alvin. Karena membuntuti langkah Mario tentu saja.

"Kalau gitu aku cabut duluan ya, Vi? Eh, lho? Sivia ke mana?" ucap Alvin bingung. Niatnya untuk pamit kepada Sivia tiba-tiba terpotong saat matanya tidak menemukan seorang pun ketika menengok.

"Wah, parah gue ditinggalin gitu aja. Hmm... Ya udah deh gue cabut aja kali ya? Udah jam sembilan lebih lagi, bakal kena sembur nih gue sama tuh anak jin." was-wasnya ketika melirik arloji di lengan kanannya. Dan bersamaan dengan terlintasnya wajah Gabriel dari benak Alvin juga.

"Ah, bodo!"

Alvin lantas menghentakan kakinya lebar-lebar. Berjalan menuju motor untuk segera ke tempat yang memang sebelumnya menjadi alasan utama untuk ia keluar rumah.

Sedangkan di dalam rumah, Sivia berjalan mengikuti Mario dari ruang tamu sampai di depan pintu kamar Ify. Tak ada percakapan di antara mereka kala itu. Hanya sebuah derap langkah kaki saja yang dapat berkomunikasi satu sama lain.

Ini adalah kali pertamanya Sivia bertemu dengan Mario. Satu-satunya orang yang selalu membuat Ify mengomel tak jelas kala di sekolah. Dan orang yang sangat amat menyebalkan bagi Ify. Tapi sepertinya Ify salah deh, faktanya semua gambaran yang Ify ceritakan tentang Mario kepada Sivia itu tidak terlihat. Sampai detik ini, Sivia merasa kalau Mario baik-baik saja, sama seperti pria muda pada umumnya. Tapi....

"Wuih, gila aja si Ify dikunci dari luar. Parah!" gumam Sivia pelan. Sangat pelan bahkan. Saat melihat Mario membuka pintu kamar Ify dengan kunci yang digenggamnya. Dan penilaiannya tentang Mario pun salah.

"Mau ngapain lo masuk lagi? Hah?! Mau marahin gue? Atau mau ngeracunin gue? Please deh, gue lagi pengen sendiri!"

Baru saja seperempat detik pintu itu dibuka, tukasan tajam dari seorang Ify pun menyeruak hebat. Sampai Sivia sedikit kaget dibuatnya. Namun kali ini Mario tak membalas, ia mencoba menarik napas dan mempersilahkan Sivia masuk.

SWEAR!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang