Chapter 1

66 2 0
                                    

Perban terasa melilit dikepalaku,Selubung selang menyusup dibalik punggung tanganku,denyut dibagian lengan dan kakiku terasa sakit,Bau Obat-obatan tercium dalam penciumannku.Aku mencoba mataku perlahan,tapi tidak bisa,aku merasakan ada sesuatu menggenggam tanganku.Aku berusaha untuk membuka mataku lagi,hingga akhirnya aku melihat seorang wanita berkepala empat puluh,wajahnya terlihat  kusut,dari sudut mataku aku bisa melihat matanya yang sembab dan ada kantung hitam disekitar matanya.Ia terlihat lelah.

Aku mencoba menggerakan jariku ,Hingga akhirnya Wanita itu menoleh,"Sayang...kau sudah bangun?" Tanyanya,Ia lalu memencet tombol yang berada diatas dipan kasur yang kutempati.Lalu setelah beberapa saat datang seorang dokter dengan seorang suster dibelakangnya.Dokter itu memeriksa keadaanku lalu tersenyum kepada wanita itu,"Fisik anak ibu sudah membaik sekarang,Ia sudah bisa menggerakkan badannya walau hanya sedikit.Setidaknya Ia masih harus tetap beristirahat dulu diSini.Karena saya takut luka nya yang belum sembuh sepenuhnya akan terbuka lagi." Ujar pria berjas putih itu."

"Baik,dok.Saya akan selalu menjaganya." Ucap mama."Kalau begitu saya permisi dulu","Silahkan,dok."Lalu dokter itu pergi meninggalkan ruangan."Mah...Aku kenapa?" lirihku."Kamu hanya perlu istirahat,sayang.Jangan terlalu banyak bergerak yah.." Ucap mama lembut.Lalu tiba-tiba seorang pria tegap berumur sekitar lima puluhan yang kukenal dengan ayahku datang keruanganku,"Bagaimana kabarnya,ma?" Tanya Papa. "Nine sudah bisa ngegerakin badannya,Pa.Cuman dia belum boleh pulang dan nggak boleh banyak gerak."Jelas Mama.Papa tersenyum kearahku seraya mengelus dan mencium puncak kepalaku yang tertutupi perban.Perban ini sungguh membuatku terganggu."Hey...Bagaimana kabarmu?" Tanya papa."Perban dan selangnya sungguh menganggu." Papa tertawa pelan,"Sabarlah,kau akan pulang sebentar lagi.",Ya...secepatnya.

*****

Aku membuka pintu rumahku dan mendapati seorang pria tinggi berdiri ditengah ruangan besar ini bersama wanita kecil disebelahnya sambil meniup terompet dan merentangkan tangannya,"Welcome home,Ugly Sister." ucap mereka bersama."kekanak-kanakkan." bisikku malas sambil memutar bola mataku,tapi aku tetap tidak mengabaikan surprise saudara-saudaraku ini.Sharon berjalan menghampiriku lalu memelukku,Aku membalas memelukknya,"Emm..Kapan perban jelek itu bisa lepas dari kepalamu?" tanyanya setelah melepas pelukanku,"Entahlah...Aku juga tidak suka."Ujarku sambil melirik perban dikepalaku."Bagaimana rasanya tidur diatas ranjang rumah sakit selama 2 bulan?Pasti tidak Seru.."tanya Sharon."Sangat..." Ujarku malas.Aku melirik seseorang dibelakang Sharon."Jadi...apa kau tidak merindukanku juga,adik manja?" Ucap pria itu sambil merentangkan."Sangat tidak." ucapku sambil berlari kearahnya lalu memeluk. "Hahaha...kau tidak mungkin melupakan pria ganteng ini." "itu tau..."ujarku sambil tertawa."Rumah ini sepi tanpamu." Ujarnya."tanpa adanya seorang putri cantik diistana?" tanyaku."bukan,tanpa adanya singa meraung kejepit."Ujarnya sambil tertawa."Sial.." sumpahku sambil memukul lengannya.

"Mau kuantar kekamarmu?"Tanya wanita berumur 13 tahun disampingku."emm...boleh".Aku berjalan menuju lantai atas bersama Sharon hingga aku sampai didepan pintu berwarna biru laut.Sharon membukakan pintu kamarku,"Silahkan masuk,tuan putri Bellanine." Ucapnya lucu  bagaikan pelayan kerajaan.rima Kasih,peri kecil." Aku melangkah menuju ruangan bernuansa laut ini.Aku merindukan tekstur ruangannya,tanganku meraba setiap sudut ruangan ini."Untung kau tidak lupa dengan kamarmu." Ucap Sharon yang hampir tidak terdengar,tapi dapat didengar olehku,"Apa?" tanyaku."ha?oh.. eh tidak.bukan apa-apa" gagapnya.aku melihat keluar jendela dan mendapati halaman yang luas dengan taman bunga milik mama.aku berjalan menuju arah balkon hingga berhenti tepat diujung balkon.Aku masih ingat biasanya disaat akhir tahun kami mengadakan pesta api unggun dimalam hari,bersama Sharon,Hunter,Mama,Papa,saudaraku,temannku,dan....rasanya aku pernah mengingat seseorang yang ikut dalam pesta api unggun juga.tapi siapa ya?tiba-tiba kepalaku sakit,aku meringis sambil memegang kepalaku,Sharon berlari menujuku,"Kak...kakak kenapa?" Seketika kepalaku kembali normal,"Enggak,enggak apa-apa." "bener nggak apa-apa?Kakak kan belum boleh terlalu banyak gerak."Tanyanya khawatir,aku tersenyum melihat Sharon yang begitu khawatir terhadapku,"Enggak,aku gak apa-apa.Aku perlu istirahat dulu aja." Aku berjalan menuju tempat tidur lalu berbaring disana."Yaudah,kalo ada apa-apa nanti kaka bilang ke Ka Hunter aja.Dia ada dikamar sebelah." ia berjalan menuju pintu dan menutupnya,"Have a Nice Dream,Sister." Itu kata terakhir yang aku dengar sebelum mataku tertutup sepenuhnya.



Blinded PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang