Chapter 2

27 1 0
                                    

Wangi Sup Asparagus menyeruak diseluruh ruangan.Aku menuruni tangga perlahan menuju meja makan.Bahkan hingga sekarang kepalaku masih terasa sakit.Aku melihat papan yang sedang membaca koran paginya hingga ia menoleh kearahku,"Kepalamu masih sakit,Nine?" tanya papa sambil melipat korannya. "Sedikit." Aku menarik salah satu kursi dimeja makan."Lebih baik kau istirahat saja,Nine.Mama takut terjadi apa-apa lagi denganmu." Pintanya dengan lembut sambil membawa mangkuk berisi asparagus kesukaanku.Oh i love this mother

"aku tidak apa-apa,ma" Derapan langkah kaki dari tangga membuat ku mengalihkan pandanganku. Sharon dan Kak Hunter terlihat sudah bersiap-siap dengan seragam mereka,sedangkan aku,Piyama Stitch ini masih setia menyelimutiku. Sharon dengan cepat duduk dihadapanku dan mengambil sandwich kesukaannya.Sedangkan Kak Hunter duduk disebelahku dan seenaknya memakan asparagusku."Hey.." keluhku sambil mengambil kembali supku. "Mana punyaku?" Mama membawakan Asparagus kak Hunter. Melihat mereka memakai seragam entah kenapa membuat ku Iri.

"Sepertinya ada yang terlihat murung disini." Ledek Sharon seperti membaca ekspresiku. Mama,Papa,dan Kak Hunter menatap Sharon bingung."Siapa yang betah didalam ruangan yang membosankan selama 3 bulan.Err...Boring." Aku membuang pandangan ku keluar,rasanya ingin sekali kesekolah lagi.Bertemu teman dan... "Come on..sebentar lagi sakitmu akan hilang.Jangan murung begitu." Ujar kak Hunter sambil merangkul pundakku.Aku tersenyum kearahnya."Seseorang telah menunggumu diluar sana." Ujarnya sambil tersenyum misterius.Aku menatapnya bingung,"siapa?" tanyaku "Se-" 

 "Ayo cepat...Kalian akan terlambat." Perintah mama sambil mengambil piring kosong. Sharon dengan cepat menuju mobil,sedangkan kak Hunter masih mengambil tas dan kunci mobilnya ssambil menatapku jahil membuatku semakin bingung. Papa mengambil setelan dan tas kantornya.Mama juga sudah siap dengan setelan kantornya dengan papa.Sedangkan aku,Melihat mereka seperti anak domba tersesat.Aku mengikuti mereka hingga kedepan gerbang. Kak Hunter sudah pergi kesekolah dengan Sharon.

Aku menghampiri mama lalu menyalami tangannya dan begitu juga dengan papa,"Jangan memaksakan dirimu,oke?kau belum boleh terlalu banyak gerak." Perintah mama.Aku mengangguk."Kalau ada apa-apa panggil pelayan saja atau tidak telepon papa atau mama." Ujar Papa.Aku mengangguk sekali lagi,"Tenang saja,lusa kau sudah boleh kesekolah." Ujar mama."Setidaknya begitu" Aku tersenyum kecil. "Baiklah,mama dan papa pergi dulu ya..." Mereka pergi menuju mobil yang sudah ditunggu oleh Dey sang Supir.Aku melambaikan tanganku hingga mereka pergi menghilang.Allright,lonely again...

***

"Apakah kamu tau cerita tentang romeo dan juliet?" tanya seseorang yang sedang tertidur dipangkuanku.

Aku mengangguk,"Tentu aku tau,cinta mereka sangat besar sekali.Mereka saling mencintai." Ujarku sambil memainkan rambutnya yang coklat halus.

"Menurutmu bagaimana dengan akhir ceritanya?" Ia menatapku dengan mata birunya.

"Hmm...Mereka akhirnya tidak bersama." Ujarku terlihat seperti pertanyaan.

"Apa cinta kita sekuat mereka juga?" tanyanya.

Aku menatapnya bingung,untuk apa ia bertanya begitu?apa ia ragu akan hubunganku dengannya.

aku menatap cahaya matahari yang menembus sela pohon diatas kami,lalu aku kembali menatapnya."apa maksudmu bertanya seperti itu?kau ragu?"

Ia mengangkat kepalanya lalu menatap manik mataku,"Sesuatu yang bersatu pasti tidak akan bertahan,"

Aku menatapnya semakin bingung,"Tapi jika mereka mempertahankannya dengan mempercayai satu sama lain aku yakin mereka bisa menggabungkannya kembali,tapi tidak dengan keegoisan."

"jadi maksudmu kita tidak akan bertahan lama?" pandanganku sedikit kabur dengan air yang siap jatuh dipelupuk mataku.

"maksudku bukan begitu..." tangannya hendak meraih air mataku yang telah jatuh,tapi aku singkirkan.

"kalau begitu lebih baik berakhir sekarang dengan keyakinan daripada berakhir dengan penyesalan." Ucapku sinis sebelum meninggalkan pria itu sendirian.

"Nine..aku tidak bermaksud begitu"

"Nine..."

"Nine!!"

Aku terus berlari menginggalkannya yang meneriaki namaku.

"NINE AWASS!!!"

Kata terakhir yang kudengar sebelum pandangannku menggelap.


Aku terbangun dari mimpiku dengan keringat menjalar didahiku.Mimpi buruk

Aku menatap jam dinding,pukul 4 sore.Aku beranjak dari tempat tidurku dan menuruni tangga,tanganku terulur mengambil gelas dan air dingin lalu menuangkan syrup kedalamnya,Kaki ku melangkah menuju taman belakang lalu duduk dikursi sekitar kolam renang.

Aku meminum syrup yang kubuat lalu menatap air yang menggenang dihadapanku.

Belakangan ini memang aku terkadang bermimpi aneh setelah keluar dari rumah sakit,entah itu yang  buruk atau yang lainnya.Bagian yang buruk contohnya seperti tadi,atau terkadang ada versi lain,dan bagian yang lainnya,terkadang pria yang kumimpikan itu muncul dimimpiku yang lainnya.Dimimpiku,rasanya seperti aku mengenal dengan dekat pria tadi.tapi setahuku aku tidak pernah bertemu pria tadi.

Suara bel membuyarkan lamunanku,aku menengok keruang tengah dan melihat Sharon dengan seragam olahraganya dan keringat yang mengucur ditubuhnya.Melihatku,ia langsung menghampiriku dan duduk disebelahku,"Ada Apa?" tanyaku."Badminton,Roller Blade,dan lari 3 km." terangnya sambil mengambil alih minumanku dan meminumnya.

"Dasar Atlit" cibirku.

"Alangkah lebih baiknya kau mengganti bajumu dulu,sista?Sepertinya parfummu khas mu terlalu menusuk hidungku."ledekku.

Ia menatapku sinis, "Sial,Malas ah.." Kilahnya sambil melipat tanganya dibelakang kepala lalu menengadah kepalanya.

"Dasar pemalas."

"hey,belakangan ini aku bermimpi aneh.Seseorang menguasai mimpiku." ucapku setelah beberapa lama.

"Apa anda sedang curhat,nona?" 

"Bad Ass."  cibirku.

Ia tertawa pelan,"baiklah lanjutkan."

"orang itu...aneh,terkadang ia bersikap baik,dan terkadang aneh.Barusan aku mimpi lagi tentangnya.Aku berbicara sesuatu yang aneh dengannya.Dan diakhirnya,aku seperti tertabrak sesuatu dan pandanganku kabur."

Sharon mulai tertarik dengan pembicaraanku,Ia menatapku penasaran,"Waww...Are you okay?" tanyanya sambil menatapku khawatir,terkadang aku menyukainya dengan sikapnya.

"Mungkin kau harus kePsikiater,memeriksa kejiwaanmu,"ledeknya,lagi.

Aku menatapnya malas,"This is not a Joke."

"oke oke,sebenarnya siapa orang itu?coba jelaskan." tanyanya.

"Hmm...pria yang menurutku umurnya diatas ku satu tahun,rambutnya berwarna coklat,matanya biru,tingginya sekitar 176 cm.berbeda 14 cm dariku.Badannya terlihat tegap,mukanya tegas.Aku pikir dia bukan orang yang bisa diajak berbicara about a joke." jelasku panjang lebar.

Sharon terlihat terdiam menatapku dengan mulut sedikit terbuka,Ia menataku terkejut agak lama.lalu ia sadar dari pikirannya dan menatapku kembali,

"Oh wow...It has Begun."

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Vote and Comment,thank you!

Blinded PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang