Chapter 3

27 1 0
                                    

Cahaya matahari pagi menerobos melewati jendela kamarku,membuat mataku dengan terpaksa membuka.

"Hari kembali kesekolah,aku tau kau tidak ingin melewatkannya." Ujar Mama sambil berjalan kearah kamar mandi kamarku lalu menyalakan air bak mandi.

"Yaa...Akan kupikirkan itu kembali." Ujar suara serakku lalu bersembunyi dibalik selimut memunggungi jendela kamarku.

"Kau sudah memikirkannya sejak keluar rumah sakit." Katanya lalu menyibakkan selimut tebalku.

Aku menggeram lalu terduduk diatas kasurku,mataku masih beradaptasi dengan keadaan sekitar.

Sharon dengan piyamanya masuk kekamar mandiku membawa gayung lengkap dengan sikat gigi,pasta gigi,dan sabun mandinya.

"Ma..bisa tolong bilang kePapa untuk membuatkan kamar mandi khusus untuknya?Aku pusing melihatnya datang setiap pagi kekamarku." ujarku dengan suara agak dikeraskan agar terdengar olehnya.

Mama hanya mengedikkan bahunya lalu merapikan selimutku.

"hanya butuh waktu satu tahun lagi sampai kamar ini menjadi milikku." teriaknya dari arah kamar mandi.

Aku memutar bola mataku,Pelayan bernama Julie datang membawakan teh hangat dan menaruhnya dimeja kecil disamping tempat tidurku.

"Thanks,Julie." Aku tersenyum kearahnya.

"You're welcome,Miss."Ia pergi dengan nampannya meninggalkan kamarku.

Aku menyeruput tehku sambil menikmati hangat nya teh dipagi hari yang cerah.Ah...berbeda sekali dengan dirumah sakit waktu itu.Rasanya seperti dipenjara disambut bubur pahit setiap pagi.

"AKU HARAP KAU TIDAK BERKENCAN DENGAN TEHMU DIPAGI HARI." teriak Sharon dari kamar mandi membuat teh yang kuminum sedikit tertumpah akibat keterkejutanku.

Aku menatap tehku yang tertumpah dengan geram.

Aku mendengar mama terkikik lalu meninggalkan kamarku.

Well,aku salah.Ini lebih buruk dari yang dirumah sakit.

Oh come on,Sharon.You have a Big Problem in the morning.


***


Aku melepaskan headset dan mematikan iPodku ketika sadar sudah sampai dipelataran parkir sekolahku.Aku menatap Kak Hunter yang sedang melepas seatbeltnya dan mematikan mesin mobil.

"Pulang bareng?" tanyaku setelah merangkul tasku.

"Entahlah,sepertinya aku ada latihan basket untuk tournament nanti.Tapi nanti aku hubungi lagi." Ujarnya lalu membuka pintu mobilnya.

"Okay..." aku membuka pintu mobil kak Hunter lalu menatap sekolahku.

Aku berjalan menuju pintu masuk dengan Kak Hunter,terlihat teman Kak Hunter yang masih kukenali.Salah satu temannya merangkulnya dan yang lainnya menyapanya,mereka langsung mengalihkan padangannya kearahku.

"Hey...Nine,welcome back." Ujar kak Nino.aku tersenyum kearahnya.

Seseorang merangkul pundakku,"bagaimana rasanya dibalut perban?Ergh...pasti meggelikan." Itu kak Evan.Sahabat lamanya kak Hunter sejak taman kanak-kanak.Aku juga sudah mengenalnya sejak lama.jadi tidak ada kecanggungan diantara kami.

"Sangat." 

"singkirkan tangan kotormu darinya,Evan." ucap seorang wanita pirang yang kukenal dengan Therely Diana McWood.dia memang berdarah inggris.Tapi Ibunya orang Indonesia.

Blinded PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang