Orang bilang, cinta itu seperti api.
Bisa menghangatkan disaat kedinginan.
Hangat sehangat-hangatnya. Banyak orang yang terlena dibuainya.
Tapi terkadang jika api itu dalam keadaan tidak terkendali, bisa membahayakan untuk diri sendiri. Membakar segala hal yang berada didekatnya.
Orang bilang, cinta itu seperti air.
Mengalir, mengalun, menyejukkan. Banyak orang yang membutuhkannya.
Namun terkadang disaat air itu tidak terkontrol, bisa menimbulkan kekacauan yang cukup besar. Gelombang air yang besar bisa meluluh-lantakkan bangunan.
Tapi sebenarnya apa pengartian CINTA itu sendiri?
Tidak ada yang benar-benar bisa mengartikan CINTA. Tidak ada yang benar-benar bisa mendeskripsikan apa itu CINTA.
Karena CINTA adalah CINTA.CINTA bukanlah api.
CINTA bukanlah air.Cukup hayati, rasakan, dan resapi. Maka kau akan tahu, seperti apa rasa CINTA itu sendiri.
***Ruang kelas XI IPA 3 di SMAN 05 Semarang sangat ramai. Ramai sekali. Bahkan lebih ramai dari pada kandang ayam.
Anak-anak satu kelas memang sedang menikmati jam pelajaran ketiga dan keempat yang kosong. Tidak tahu karena gurunya memang tidak ada atau malas mengajar.
Karena juga memang sedang hujan deras sekali sekarang.
David Ramada, laki-laki yang duduk di bangku pojok depan dekat pintu kelas lebih memilih meluangkan waktunya untuk memanfaatkan hotspot sekolah dengan berselancar di dunia maya dengan laptop temannya. Selain itu ia juga tidak ingin banyak berbicara, karena satu hal. Jerawat.
Ya, ia sedang punya jerawat yang pedih sekali di hidungnya.
Sebenarnya wajah David itu bersih. Bahkan kelihatan lebih bersih dari wajah cewek. Tapi entah kenapa ada satu jerawat yang tiba-tiba tumbuh di hidungnya. Sungguh mengganggu sekali.
"David, ikut aku yuk!" seru seseorang tiba-tiba di samping kanan David, membuatnya sedikit terlonjak dan menoleh. Ternyata itu adalah temannya, Hugo Fahriziel, sekaligus si pemilik laptop yang sedang dipakai David.
"Memang mau pergi kemana hujan-hujan begini? Males ah! Mending di kelas saja," jawab David acuh.
"Sebentar kok. Cuman mau melihat pertandingan basket di gedung olahraga," balas Hugo. Ia memang menyukai basket sejak SMP. Tapi ia tidak punya niat sama sekali untuk masuk ke ekskul basket sekolah. Hugo memang tidak punya bakat menjadi pemain basket. Padahal secara fisik, Hugo sudah sangat pantas sekali menjadi pemain basket. Tubuhnya jangkung dan tegap. Wajah juga putih dan tampan. Penampilan juga keren dipakaikan baju cowok apa saja. Bahkan banyak adik kelas yang mengidolakan Hugo. Tapi nasib memang sudah berkata lain.
"Ya sudah lah. Tapi sebentar saja ya. Aku matikan laptopmu dulu," kata David menyerah sambil men-shut-down laptop milik Hugo dan menyentuh pelan jerawatnya. Hanya untuk memastikan apakah masih ada atau tidak. Siapa tahu tiba-tiba hilang entah kemana. Tapi imajinasi tetaplah imajinasi. Jerawatnya masih hinggap di hidungnya.
***
David dan Hugo tidak perlu berbasah-basahan menuju gedung olahraga. Karena letaknya persis tepat disamping kelasnya.
Dan ternyata tidak sedikit juga siswa yang tengah menonton yang mayoritasnya adalah perempuan. Walaupun pertandingan belum dimulai. David tidak tahu siapa yang bertanding. Tapi pasti Hugo tahu.
"Kita duduk disana!" seru Hugo sambil menarik paksa lengan David.Setelah duduk dengan nyaman, baru akhirnya David bertanya.
"Hugo, siapa sih yang main?"
"Anak-anak ekskul basket melawan anak-anak kelas XI IPA1. Bukan pertandingan penting sih. Tapi tetap sayang buat dilewatkan," jawab Hugo panjang lebar.
"Ah! Tahu begini lebih baik aku tidak usah ikut," gumam David pada diri sendiri.
"Kau bilang apa?" tanya Hugo tiba-tiba. Apakah ia mendengar apa yang dikatakan David barusan?
"Tidak apa-apa kok."
Tak lama, para pemain dari kedua kubu memasuki lapangan. Namun tiba-tiba dua cewek yang duduk dibelakang David seperti me-rumpi-kan sesuatu.
"Itu ya Nathan? Yang bajunya nomor 25 itu? Cakep ya!" ucap salah satu cewek.
"Ya iyalah cakep. Walaupun masih kelas satu, tapi wajah dan perawakannya iu lho, bikin melting cewek mana saja yang melirik," cewek yang lain menimpali.
Iseng-iseng, David melihat para pemain yang sedang berbaris dilapangan satu-persatu. Hanya ada satu orang yang bajunya bernomor 25. Itukah yang namanya Nathan? Tampan sih memang. Putih seperti orang Korea. Tapi mata dan hidungnya tidak sesipit orang Korea. Tubuhnya juga tinggi dan tegap. Lengannya juga kokoh dan berotot. Sudahlah, David tidak ingin berimajinasi lebih jauh lagi. Kenal saja tidak. Jadi buat apa dipikirkan?
5 menit kemudian, pertandingan dimulai. Semua orang yang menonton bertepuk tangan sebagai tanda respect.
Tapi lain halnya dengan David. Ia jenuh. Karena ia sendiri juga tidak terlalu suka basket. Dan ia juga tidak enak hati jika harus meninggalkan Hugo. Ah! Payah!
Tiba-tiba handphone di saku celananya bergetar.
Setelah dikeluarkan, ternyata SMS dari ibunya.
From: Mom :*
David, tolong nanti belanja keperluan dapur disupermarket. Ibu nanti ada acara, berangkatnya jam 1 siang. Mungkin jam 5 sudah pulang.
.
David menghembuskan napas malas lalu mulai mengetik untuk membalas SMS.Tapi tiba-tiba saja semua seperti berjalan begitu cepat.
Sebuah bola basket melayang dan mendarat tepat diwajah David.
Bugh!
"Aw!" erang David. Ia merasa hidungnya perih. Apa yang terjadi? Apa yang baru saja mengenai hidungnya? Dan hidungnya terasa sangat sakit! Apakah ia mimisan?
Oh no! Ternyata jerawatnya pecah! Sakit sekali. Rasanya ingin menangis. Siapa sih yang sengaja melempar bola?!
David menunduk sambil mengelap darah di hidung dengan tangannya.
Seseorang menghampiri David.
"Maaf! Aku tidak sengaja! Kau tidak apa-apa kan?" tanya orang itu. David mendongak.
Cowok ini.... bukankah yang dibicarakan cewek-cewek tadi? Yang katanya namanya Nathan?
Tampan sih tampan. Tapi David sudah terlanjur sebal. Plus malu karena banyak orang yang melihatnya. Melihat jerawatnya yang pecah.
David beranjak dari kursinya dan berlari meninggalkan gedung olahraga dengan perasaan kacau balau.
Hugo pun berlari mengikuti sambil memanggil-manggil anak itu.
Nathan yang merasa bersalah hanya terdiam ditempatnya berdiri.
Sebelum akhirnya ia berteriak kepada temannya dibangku cadangan.
"Tolong gantikan aku sebentar," ucapnya cepat lalu berlari keluar dari gedung olahraga untuk mencari laki-laki yang secara tidak sengaja menjadi sasaran lemparan bolanya.
[Bersambung...]
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Di Musim Hujan (boyxboy)
RomanceMusim hujan telah datang dan membuat hari-hari David semakin sulit, karena ia jadi malas keluar ketika hujan. Sampai suatu hari, secara tiba-tiba jerawat di hidungnya pecah karena terkena lemparan bola basket. NGGAK NYAMBUNG KAN SAMA JUDULNYA??!! WA...