Ospek untuh hari ini pun selesai pukul 15.00. Semua peserta ospek sudah pulang. Hanya tinggal segelintir saja yang masih ada. Termasuk para panitia yang wajib pulang belakangan karena harus prepare segala sesuatunya untuk besok.
David yang baru saja mengumpulkan laporan peserta ospek pada Mas Edgar berjalan sendirian menuju gerbang kampus. Sepi sekali. David memang sudah menyelesaikan kewajibannya. Dan sekarang hampir lewat 1 jam waktu pulang.
Ketika hampir sampai, David agak terkejut ketika melihat Nathan yang berdiri di sana, disamping sebuah motor. Tapi ia tidak sendiri. Terlihat sepertinya Nathan sedang berbicara serius dengan seseorang sambil sesekali menunjuk-nunjuk wajah satu sama lain dengan marah. Dan itu.... Billius?
Melihat hal itu, David langsung mempercepat langkah kakinya menuju gerbang kampus.
Ketika, David sampai, memang terdengar suara keduanya yang tengah beradu mulut.
"Hentikan! Ada apa ini?!" teriak David yang langsung membuat Billius dan Nathan menoleh serentak ke arah David. Sepertinya mereka baru menyadari keberadaan David setelah mendengar suaranya.
Namun Billius tiba-tiba malah menggaet tangan kiri David.
"David! Ayo aku antar pulang." kata Billius.
Belum sempat David berkata apa-apa, tiba-tiba saja Nathan meraih tangan kanan David dan menariknya.
"Tidak. David akan pulang bersamaku. Aku sudah menunggunya dari tadi. Kamu nggak bisa seenaknya gitu dong!" teriak Nathan.
"Ah! Hentikan!" teriak David sambil melepaskan tangan Billius dan Nathan yang masing-masing menggenggam satu tangannya.
"Kalau seperti ini, lebih baik aku pulang naik angkutan umum saja!" David berlari meninggalkan mereka berdua.
Nathan pum segera menyalakan motornya dan menyusul David. Meninggalkan Billius yang terdiam di depan gerbang kampus dengan perasaan yang tak menentu.
***
David terus saja berjalan ketika Nathan mencoba membujuknya sambil menjalankan motor dengan pelan.
"David, please! Naiklah," bujuk Nathan. Tapi David tidak berkata apapun. David tidak menghentikan langkahnya. Terus saja berjalan dengan wajah sedikit menunduk.
Lalu akhirnya Nathan menghentikan motornya di pinggir jalan dan berlari menuju David. Nathan langsung berhenti tepat di depan David dan memegang kedua pundaknya.
"David! Kamu kenapa?" tanya Nathan pada David. David tidak menjawab.
"Kenapa kalian tadi bertengkar? Kalian punya rahasia?" tanya David.
"Tidak ada! Sumpah! Billius hanya cemburu melihat kita. Katanya jangan pernah dekati Nathan lagi karena Nathan hanya miliknya. Aku marah dong, secara kamu kan pacarku." jawab Nathan.
Benarkah itu? Billius cemburu?
"Tidak mungkin! Billius.....""Dia menyukaimu," potong Nathan, "Jika kamu tidak percaya, kamu bisa bertanya langsung pada cowok itu."
David terdiam.
Kenapa segalanya jadi rumit begini sih?, batin David.
Kemudian Nathan merengkuh tubuh David dan mengelus kepalanya.
Wajah David bersembunyi di leher Nathan.
"Tolong. Jangan pernah bosan mencintaiku." ucap Nathan.
"Aku bahkan tidak akan pernah puas mencintaimu." balas David.
Tak berselang lama, tiba-tiba sebuah tangan menjangkau pundak kiri Nathan dan menariknya hingga pelukannya terlepas.
Billius!
"Dasar bajingan kamu!" teriak Billius yang langsung melayangkan kepalan tangannya ke pipi Nathan. Membuat Nathan jatuh tersungkur.
"Bill! Kamu apa-apaan sih?!" seru David.
Nathan yang tidak terima langsung kembali berdiri dan meninju perut dan wajah Billius sekaligus dengan cepat sehingga tidak memberi kesempatan bagi Billius untuk menghindar. Billius jatuh terjerembab.
"Sudah cukup! Hentikan!" teriak David bergerak maju sambil mendorong tubuh Nathan kebelakang.
"Kamu ini kenapa sih Bill?" tanya David setelah berjalan dari Nathan menuju Billius.
Tapi Billius tidak menjawab. Ia tidak tahu jawabannya. Atau mungkin dia sebenarnya tahu, akan tetapi sangat malu untuk mengakuinya.
"Baiklah kalau kamu memang lebih memilih untuk bungkam."
David mendekati Nathan dan menarik tangan David.
"Kita pergi saja dari sini." kata David pada Nathan sambil berjalan ke arah motor.
***
David berbaring di kamarnya. Jam dinding menunjukkan pukul 07.12 malam. Di luar sedang turun hujan.
David memikirkan kejadian tadi siang. Bingung sekali rasanya. Tidak tahu apa yang harus ia lakukan.
Apa benar Billius menyukainya? Apa benar begitu? Tapi kenapa ia tidak mengatakannya?
Jantung David seakan tertusuk belati berkarat. Sakit sekali.
Billius.Bagaimana nanti jika mereka bertemu kembali. Apalagi besok masih ada ospek. Masih bisakah mereka kompak menuntaskan masa ospek?
David memejamkan matanya. Rasa dilema yang ia rasakan sungguh diluar dugaan.
Tak lama, pintu kamarnya terketuk, di ikuti suara ibunya yang berteriak dari luar kamar.
"David! Ada temanmu nih!"
Sontak, David langsung mendudukkan tubuhnya.
"Siapa, Ma?"
"Lihat saja sendiri!" teriak ibunya.
Siapa ya kira-kira malam-malam begini datang kerumah? Apalagi berani menembus hujan selebat ini.
David turun dari tempat tidurnya dan berjalan menuju ruang tamu.
Begitu sampai di sana, napas David tercekat melihat seseorang yang tengah duduk di ruang tamu.
"Bill?" ucap David yang membuat Billius menoleh menyadari keberadaan David. Billius tersenyum samar lalu berdiri. Sepertinya segalanya akan terkuak malam ini.
[Bersambung...]
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Di Musim Hujan (boyxboy)
RomansaMusim hujan telah datang dan membuat hari-hari David semakin sulit, karena ia jadi malas keluar ketika hujan. Sampai suatu hari, secara tiba-tiba jerawat di hidungnya pecah karena terkena lemparan bola basket. NGGAK NYAMBUNG KAN SAMA JUDULNYA??!! WA...