Tiga setengah tahun yang lalu,
.
Huft... pria tiga puluh tahunan dengan rambut hitam kecokelatan menghela napas pendek, "Sorry about the commotion."
Pria itu menatap ke arah pasangan suami istri yang berjalan di sampingnya. Wanita berambut hitam legam layaknya malam tanpa bintang tertawa kecil, "It was okay, Ryuu. Aku rasa anak kami yang menahan anakmu terlebih dahulu." Pria yang dipanggil Ryuu itu hanya dapat menghela napas kembali, "ku harap bocah itu enggak menularkan kebodohannya pada anakmu."
Ryuu mengerutkan dahinya dan menajamkan pendengarannya, dia tidak begitu yakin dengan apa yang didengarnya. Samar-samar terdengar suara canda tawa dua orang anak kecil pada lorong yang mereka telusuri, suara anak laki-laki dan perempuan. "Tampaknya mereka berdua telah akrab." Wanita berambut hitam hanya tersenyum mendengar ucapan Ryuu.
Di dalam kamar berciri khas anak perempuan, dua orang anak tampak asik berbicara satu sama lain. Anak lelaki berambut burgundy dengan penuh semangat bercerita kepada gadis kecil berambut aqua di depannya. Acara bercerita mereka pun terhenti ketika terdengar suara ketukan pintu dari luar. Kedua anak itu secara spontan menatap pintu kayu Oak di seberang mereka. Seorang wanita berambut hitam muncul terlebih dahulu di hadapan mereka.
"May I come in?"
"Mommy!" Seru anak perempuan berambut aqua ketika melihat sang ibu muncul dari balik pintu tersebut.
"Ah, Taiga-kun. Ternyata kamu di sini, Ryuu sejak tadi panik mencari dirimu yang hilang." Wanita itu tersenyum kepada anak lelaki yang berada dalam ruangan tersebut. Dengan langkah anggun si wanita berjalan menuju putri kecilnya.
"Aku enggak panik, Emi." Terdengar suara penyangkalan dari arah pintu masuk. Anak lelaki tersebut tampak mengenali pemilik suara tersebut. Reflek sang bocah melihat langsung ke asal suara tersebut, yaitu pintu masuk ruangan.
"Ah, Oyaji. Finally I found you." Ucap sang anak menunjuk kepada salah seorang pria yang berdiri di depan pintu ruangan tersebut.
Ryuu berjalan dengan tenang memasuki ruangan. Ia tersenyum kepada sang anak sebelum-
SMACK! Sebuah pukulan ringan mendarat di atas kepala sang anak lelaki. "Itai!" secara spontan anak lelaki berambut burgundy tersebut berteriak.
"Dasar anak bodoh! Yang tersesat itu kamu tau!" Teriak sang ayah kepada anaknya. Ryuu memarahi dan menceramahi Taiga atas kebodohannya untuk beberapa saat.
Emi satu-satunya wanita dewasa dalam ruangan tersebut mencoba menenangkan suasana sampai ia merasa ujung kemejanya tertarik sesuatu. Dia menoleh ke sisi lainnya dan melihat tangan gadis kecilnya menarik ujung kemeja putih yang ia kenakan. Mata aquamarine sang anak tampak berbinar membuat sang ibu bertanya terlebih dahulu sebelum akhirnya sang anak berbicara dengan penuh semangat.
"Mommy, Taiga-kun baru saja bercerita kepadaku kalau ada orang yang bisa terbang. Umm... Michelle? Mikhael? Mischa? Jordan?" si gadis kecil menggigit ujung jari telunjuknya, dengan wajah polos yang terlihat menggemaskan. Dia mencoba mengingat nama orang yang ingin disebutkannya.
"It's Michael J, Tetsuna. Mi-cha-el." Satu-satunya anak lelaki dalam ruangan itu membetulkan ucapan Tetsuna. "Dia bukan terbang tapi wailking on air, air walk."
Tetsuna menganggukan kepalanya sebagai tanda setuju dengan Taiga, "Iya, itu maksud Tetsu."
"Terus... terus... kata Taiga ada orang yang punya kekuatan seperti hulk. Ketika slam, KUH-SSSSSHHHHHH BAM!" Tetsuna memperagakan gerakan seperti benda keras yang jatuh. Hal ini membuat sang ibu kebingungan karenanya. Akan tetapi, cukup menyenangkan juga melihat putri kecilnya merasa bahagia. Entah kapan terakhir kali dia melihat putri kecilnya segembira ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
小さな幸せ
FanfictionPenyesalan tidak pernah datang di awal. Ketika semua telah terlambat, tidak ada satu orang pun dapat mengubahnya? Akan tetapi, bagaimana bila Tuhan memberi satu kesempatan lagi untuk memperbaiki? Akashi Seijuurou dengan segala ketidakberdayaan di ma...