Little Happiness
© Nyankoii
Un-Beta (Revision)
Words Count : 833
This fiction inspired by Vocaloid song
All credit belongs to
Yuuhi Saka © Doriko
Kuroko no Basuke © Tadatoshi Fujimaki
Cover © Nyankoii
AU, Gender Bender, Fem!Kuroko, OOC, Alur telalu cepat, Tata bahasa aneh, Typo bertebaran, dan lain-lain.
.
.
Chapter Extra - Happy Birthday
.
.
"Happy birthday,Tetsuna." Anak lelaki bersurai crimson di hadapannya tersenyum, memberikan sebuah bungkusan besar yang dilapisi kertas kado. Anak perempuan bersurai aqua tersebut mengembangkan senyum bahagianya.
Diambilnya bungkusan besar itu dari tangan anak lelaki di depannya. "Boleh kubuka?" tanya Tetsuna yang mendapatkan anggukkan dari anak lelaki tersebut.
Perlahan si gadis kecil membuka isi bungkusan tersebut. Secara hati-hati ia mengeluarkan isinya.
"Ah, nuigurumi." Tetsuna mengangkat sebuah boneka kucing berwarna hitam yang sangat besar. Kucing itu memiliki warna mata kemerahan serupa dengan milik si surai crimson. Betapa senang Tetsuna hari ini. Dipeluknya boneka tersebut dengan erat dan tersenyum lebar, "Terima kasih." Anak lelaki yang melihat wajah bahagianya turut tersenyum. Dalam hati anak bersurai crimson bersyukur gadis kecil itu menyukai hadiahnya.
"Jadi akan kau beri nama apa dia?" Bocah lelaki itu tahu betul kebiasaan Tetsuna yang selalu memberi nama untuk masing-masing bonekanya.
"Umm..." Tampak si gadis kecil tengah berpikir karenanya. Tidak lama kemudian Tetsuna menatap ke arahnya dan tersenyum. "Sei-chan." Seru dirinya.
Anak bersurai crimson tertawa mendengar nama yang diberikan gadis kecil itu untuk boneka barunya. "Jadi 'Sei' dari seifukusha?" tanyanya kepada Tetsuna dengan sedikit perasaan geli yang menggelitik dirinya.
Si gadis kecil menggelengkan kepalanya, "karena dia adalah pemberian yang berharga maka 'Sei' adalah seishin."
"Kenapa?" Anak lelaki itu merasa bingung dengan jawaban yang diterimanya.
"Karena 'Sei' akan selalu berada disisiku untuk memberi semangat." Jawab Tetsuna dengan ceria.
"Jadi bukan penakluk tapi pemberi semangat, ya. Tidak begitu buruk." Tawa si bocah lelaki sembari mengacak-acak surai aqua milik Tetsuna.
"Mou, hentikan. Kau membuat rambutku berantakkan." Protes Tetsuna yang berusaha merapikan tatanan rambutnya saat ini. Bocah lelaki itu mencoba menahan tawa melihat tingkah si gadis kecil. Anak itu tampak kewalahan membetulkan tatanan rambutnya. Pipi sang gadis yang digembungkan bersamaan dengan reaksi marahnya, membuat si anak lelaki berpikir betapa manisnya anak perempuan di depannya ini.
"Kalau begitu..." Anak lelaki itu kembali mengulurkan tangannya kembali ke arah kepala Tetsuna. "Kita acak saja rambut ini hingga kusut." dengan semangat si bocah bersurai crimson melakukan keusilannya. Dia mengacak-acak surai aqua milik si gadis kecil hingga tak karuan tanpa henti.
Tetsuna mencoba melakukan perlawanan dengan menggelitiki perut si anak lelaki hingga ia tertawa geli, tapi mereka tidak berhenti sampai disitu saja. Sang bocah lelaki membalas dengan menggelitikinya hingga gadis kecil itu mengeluarkan air mata.
"Sudah, sudah. Sudah cukup. Aku menyerah." Tetsuna menyatakan bendera putih terlebih dahulu kepada anak lelaki tersebut.
Bocah lelaki itu pun menghentikan keusilannya. Mereka berdua saling menatap satu sama lain. Tanpa disadari keduanya berpikir akan hal yang sama, betapa berantakannya diri anak itu. Mata keduanya bertemu dan senyum kecil pun mulai tampak menghiasi wajah mereka. Pada akhirnya, mereka berdua saling menertawakan penampilan satu sama lain. Penampilan keduanya saat ini sudah sangat berantakkan.
Tetsuna dengan surai biru aqua-nya yang gimbal dan gaun mini dress putih yang kusut. Bocah bersurai crimson itu pun tidak jauh berbeda dengan kondisi Tetsuna. Surai merah berserta kemeja yang ia kenakan, berantakkan dan dipenuhi banyak bekas kerutan. Tawa kedua anak itu dapat terdengar dengan jelas dari setiap sudut ruangan. Walau, saat ini hanya ada mereka berdua tapi hal itu sudah cukup bagi keduanya. Hari ini si gadis kecil sungguh bahagia dapat berdua dengan orang yang disayanginya.
.
.
.
BEEPBEEP BEEPBEEP BEEPBEEP,
Hari ini ia kembali membuka matanya. Iris mata biru aquamarine-nya secara perlahan mulai menampakkan wujudnya. Gadis bersurai ikal kebiruan itu secara perlahan bangun dari tempat tidurnya. Ia menggosok pelan matanya untuk menghilangkan rasa kantuk dan menyadarkan dirinya dari mimpi.
Cahaya mentari telah menyusup dari balik tirai jendela kamarnya, sudah pagi rupanya. Ternyata semua yang dialaminya tadi hanyalah mimpi. Entah mengapa mimpi itu tidak seperti mimpi yang biasa ia lihat tapi cukup membuatnya bahagia. "Ah." Gadis tersebut tampak mengingat sesuatu, dia menoleh ke sampingnya.
Sebuah boneka kucing dengan tinggi sekitar satu kaki 7 inci berada disampingnya dengan posisi terduduk. Dia mengangkat boneka tersebut kehadapannya. Secara saksama diperhatikannya boneka tersebut. Si kucing berwarna hitam dan memiliki mata kemerahan. Boneka serupa dengan apa yang baru ia lihat dalam mimpinya. "Sei." Gumam gadis itu.
Mungkin hanya kebetulan, begitulah pikir sang gadis. Kenyataan dan mimpi tentunya merupakan dua hal yang berbeda. Akan tetapi, mengapa dalam mimpinya pun boneka ini memiliki nama yang sama? Boneka ini pemberian dari orang tuanya bukan? "Ughh..." Gadis itu memegang bagian belakang kepalanya dengan salah satu tangan.
Entah mengapa setiap dia mencoba untuk mengingat sesuatu kepalanya akan terasa sakit. Rasanya bagaikan ada sebuah paku yang tertancap dalam kepalamu. Rasa sakit seperti itulah yang ia rasakan. Ya, dirinya telah menjadi aneh semenjak terbangun dari tidur panjangnya. Sang ibu berkata bahwa ia tidak perlu berusaha untuk segera mengingat segala sesuatunya. Mereka akan dengan sabar menunggu dirinya.
Gadis itu mencoba menahan dan menghilangkan rasa sakit di kepalanya. Ia menenangkan dirinya dan menarik napas secara perlahan. Sedikit demi sedikit akhirnya rasa sakit itu pergi dari dirinya. Kemudian dialihkannya pandangan dirinya, terhenti pada sebuah kalender elektronik di atas meja yang terletak di samping tempat tidur. Dilihatnya kalender tersebut yang menunjukkan hari ini adalah sabtu tanggal 31 Januari. Tetsuna tersenyum kecil menatap boneka kucing hitam di hadapannya.
.
.
.
"Happy Birthday, 'Sei'."
.
.
To Be Continue
KAMU SEDANG MEMBACA
小さな幸せ
FanfictionPenyesalan tidak pernah datang di awal. Ketika semua telah terlambat, tidak ada satu orang pun dapat mengubahnya? Akan tetapi, bagaimana bila Tuhan memberi satu kesempatan lagi untuk memperbaiki? Akashi Seijuurou dengan segala ketidakberdayaan di ma...