Hugo

474 55 4
                                    

Aku memasuki kelas pertama seperti biasa dan kali ini kelas ku dan Greyson terpisah. Aku duduk disebelah Natalie. Ku lemparkan sunggingan senyum pada Natalie ketika bokongku berhasil mendarat dikursi. Setelah itu ku buka kembali laptopku, memeriksa kembali hasil kerjaku sebelum dosen masuk. Aku bisa merasakan bahwa Natalie sedang memperhatikanku, namun ku pusatkan pikiranku sepenuhnya pada layar laptopku.

"Hugo," ia memanggil. Aku pun menghentikan laju jariku sebentar lalu menoleh, "Apa hari ini kau sibuk?" aku menggeleng, "Ada apa?" Natalie tersenyum lebar, "Maukah kau makan diluar bersamaku?"

Aku menggaruk tengkuk leherku, "Hanya berdua?" ia mengangguk semangat. Aku mencoba menimbang-nimbang ajakannya ini. Sudah lama sejak keberadaan ku di SU, aku tidak pernah pergi keluar dengan seorang wanita. Aku terlalu sibuk didalam duniaku sendiri, Greyson pun sampai heran dengan sikapku.

"Baiklah," ia menjerit kecil. Aku sempat terkejut dengan jeritannya dan tak lama ia membenarkan posisi duduknya kembali, "Ku tunggu didepan asrama pukul tujuh. Jangan terlambat," ujarnya lalu membalik posisi duduk kedepan. Saat ini dosen sudah berada dikelasku, aku pun segera mematikan laptopku dan fokus pada materi yang sedang ia jabarkan.

Greyson belum kembali keasrama usai kuliah. Ini menjadi kesempatan besarku untuk bersiap-siap sebelum pertanyaan tidak pentingnya menyerangku. Ku tatap lemari pakaianku. Apa yang harus ku kenakan untuk makan malam dengan seorang wanita? Baju-baju bahkan tidak lebih dari kaus biasa yang berwarna hitam dan putih polos. Tidak ada pilihan, akhirnya ku pakai kaus putih berlapis jaket kulit hitam kesayanganku. Bercermin sebentar, ku pandangi pantulan bayangku itu. Rambutku, ku biarkan poninya terjatuh menutupi keningku. Dirasa sudah cukup rapi, aku segera mengunci kamar dan melangkah keluar untuk menemui Natalie.

Natalie sudah menungguku didepan gerbang asrama. Ia segera membawaku ke restoran Perancis yang berada dipinggir kota. Aku hanya diam tak banyak bicara ketika ia juga ikut ambil alih memesankanku makanan.

"Jadi, apa itu benar kau berasal dari Perancis?" tanyanya antusias. Ku sandarkan tubuhku pada kursi, "Ya, itu benar. Aku berasal dari Nantes, Perancis."

"Wah, pasti kota kelahiranmu sangat indah,"

"Kau benar. Nantes, memiliki beragam tempat wisata yang bisa memanjakan matamu. Kau harus pergi kesana kapan-kapan,"

Natalie mencondongkan tubuhnya kearahku. Aku tahu gadis ini ingin menggali informasi mengenaiku lebih dalam lagi. Ini membuatku ingin tertawa, karena tidak pernah ada wanita seperti ia. Natalie bertanya, apa pekerjaan Ayah dan Ibuku.

Ayah dan Ibuku adalah seorang petani anggur. Mereka bekerja di kebun anggur milik keluarga Alderic. Aku sudah lama berpisah dari kedua orang tuaku. Sejak lulus sekolah, aku memutuskan untuk meneruskan pendidikan disini—Amerika. Aku ingin belajar mandiri, disamping itu juga karena aku ingin lebih mengenal negara ini. Banyak sekali musisi favoritku yang tinggal disini dan itu menjadi batu loncatan bagiku untuk mewujudkan mimpi ku ini.

Satu sendok penuh ratatouille masuk kedalam mulutku. Aku sibuk mengunyah sambil mendengarkan Natalie bercerita tentang keluarganya.

Baru saja ingin melahap suapan selanjutnya, ponselku bergetar. Segera ku rogoh sakuku dan disana sudah tertera satu pesan masuk dari Greyson.

"Man, kau dimana? Jika tidak sibuk, bisakah kau belikan aku makanan? Aku kelaparan,"

Aku tersenyum kecil membaca pesannya. Ku masukan kembali ponselku kedalam saku dan kembali mendengar Natalie berbicara.

Tidak ada hal yang menarik sepertinya malam ini. Aku dan Natalie berpisah digerbang pembatas asrama laki-laki dan wanita. Tak lupa tadi aku sempatkan diri untuk mampir kerestoran cepat saji.

Innocence [Short Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang