Wonderfull Night

20 2 0
                                    

Dia masih tertawa sedari tadi kami bertemu. "Hahaha wajahmu lucu sekali Yams. Seharusnya tadi aku potret wajah terkejutmu."

"Terserah katamu."

Siapa bilang aku tidak marah. Tentu saja aku maraah padanya yang tiba-tiba muncul dihadapanku dengan muka tertekuk. Orang lain akan berpikir sepertiku. Dia mirip hantu. Setan.

"Sudahlah jangan cemberut terus." Katanya sambil menahan ketawa yang belum berhenti juga.

"Kamu ini ga sadar ditungguin dari tadi juga. Ga berhenti-berhenti itu ketawanya. Aku sebel sama kamu."

"Maaf. Kamu lucu banget. Bleh aku bawa pulang?"

Aku menatapnya sedetik. "Bercanda." Katanya dengan cepat.

Aku beralih menatap langit penuh bintang diatasku. Sejak kami bertemu, Arkan memutuskan mengajakku keetempat rahasianya. Itu sih katanya. Menurutku banyak juga yang tau bukit ini. Dulu aku pernah berkunjung untuk sekedar jogging disekitar bukit karena jauh dari polusi perkotaan. Pemandangan disini juga indah, dipagi maupun malam hari. Dan ini pertama kalinya aku berkunjung malam hari. Beruntungnya aku dapat melihat indahnya ciptaan Tuhan. Berjuta bintang bertebaran diatas sana. Dibawahnya lampu-lampu kota membuat seperti cerminannya. Awesome.

"Yams, kamu tau gak aku tidak perah mengajak Abril berkunjung kesini. dia seperti tidak tertarik dengan ceritaku. Bahkan Ibu Laras, dia tidak pernah mau menemuinya. Kamu kan tau aku dari bayi sampai umur 4 tahun diasuh beliau. Aku ingin dia juga mengenal beliau. Karena itu kami jadi bertengkar. Saat frustasi menyendiri aku melihatmu dan begitulah selanjutnya."

"Oh jadi tadi kamu seperti hantu karena Abril? Kamu mirip zombi yang akan memakanku hidup-hidup."

"Kamu takut ya?"

"Menurutmu?"

Dia tidak menjawab pertanyaanku lama. Karena penasaran, aku menoleh kearahnya dia hanya diam saja. Aku jadi sedikit ngeri dengan dia yang diam dan berwajah bertekuk seperti pertama kami bertemu tadi. Aku mencoba megoyang-goyangkan tubuhnya namun tidak ada respon. Aku mulai parno. Ragu dengan yang ada disebelahku, benarkah ini manusia atau setan?

"Arkan, Arkan, Arkan." Aku berulang kali memanggilnya tapi dia tetap diam. Lalu dia memalingkan wajahnya dan aku menutup wajahku dengan keduaa tangan. Aku benar takut dengan hal yang semacam itu.

"Yamsi?" Suaranya terdengar cemas.
"Kamu kenapa? Kamu gak apa kan? Kenapa?"

"Aku takut kamu seperti itu." Kataku masih menutup mata.

"Maaf aku hanya bercanda. Lihat aku sini."

"Gak mau."

Tidak aku sangka dia memelukku erat, merengkuh tubuh kecilku kedalam peukannya. Aku terkejut dan memandang wajahnya. Mata kami tepat bertemu. Aku menatap mata indahnya. Sungguh ciptaan Tuhan yang sempurna. Aku sampai tidak bisa berkata-kata. Oh andai aku tidak ingat dia sudah punya kekasih pasti aku kan menciumnya.

"Apa kamu? Sekarang malah cari kesempatan dalam kesempitan." Kataku memandang tajam dirinya seperti tersangka yang tertangkap basah bersalah.

"Eh eng..enggak.." Katanya yang tergagap. Dia benar mirip maling ketahuan nyuri barang. Tapi mungkin dia memang mencuri sesuatu. Apa ya? Tiba-tiba dia melepaskan pelukannya dan mendorongku menjauh. Otomatis aku terjungkal kebelakang dan dahiku tepat mengenai batu.

"Aww..Ishh Arkan jahat banget." Kataku sambil menyentuh dahiku yang terasa sakit terkena batu.

"Yams, dahimu! Berdarah! Ayo kita obati lukamu. Kebetulan disini dekat rumah panti. Kita kesana sebentar mengobati lukamu." Teriaknya histeris.

Melody of WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang