Professor Susun Tujuh

28.8K 550 11
                                    

Erlan nampak semakin bersemangat untuk segera menuntaskan bagian terakhir perjalanan akademiknya. Bolak balik hampir tiap 3 hari sekali dari lokasi penelitian ke kampus tidak membuat pemuda tegap itu merasa capek ataupun jenuh. Semua itu karena salah satunya adalah Mbak Nisa. Perempuan muda sederhana namun memiliki kecantikan tersendiri itulah yang senantiasa memompa semangat Erlan untuk bangkit dari keterpurukan bayang-bayang Vivi. Namun Mbak Nisa juga senantiasa meneguhkan hati Erlan akan janji kepada kekasih hatinya. Mbak Nisa berperan selayaknya kakak bagi Erlan yang memberikan perhatian, kelembutan, perlindungan, bahkan kehangatan.

Sore itu Erlan tengah sibuk melakukan proses tabulasi data di ruang tamu, saat sebuah mobil jeep memasuki halaman rumah Mbak Nisa. Mbak Nisa segera menyambut seseorang yang turun dari mobil tersebut, seorang tua setengah baya mamakai baju putih, celana putih, dan topi putih. Cerutu dengan pipa panjang terselib di kedua bibirnya, serta tongkat di tangan kanannya. Erlan segera merapikan beberapa kertas yang terhambur di lantai. Ia tahu yang datang ini adalah suami Mbak Nisa alias sang juragan kebun teh.

"Selamat sore Gan", Erlan membungkuk hormat.

"Iya, jadi kamu yang namanya Er...Erlan". Erlan kembali membungkuk tanda membenarkan ucapan sang juragan. Sejenak juragan memperhatikan Erlan dari ujung kepala hingga ujung kaki, tak pelak Erlan menjadi kikuk. "Kamu fakultas apa anak muda?", nadanya serius.

"Aku fakultas Ekonomi juragan", jawab Erlan datar dengan senyum manis yang tak pernah lepas di bibirnya. Senyuman yang menjadi santapan mata indah Mbak Nisa yang berdiri disamping sang suami. "Ohh..hebat kamu, dan sekarang kamu sudah hampir menjadi sarjana kan?", tanyanya sambil mengepulkan asap dari pipa cerutu berwarna coklat.

"Insya Allah juragan". Sang juragan mengangguk maklum, sementara sang isteri tersenyum manis mengagumi kepandaian Erlan bermain kata-kata dihadapan suaminya. "Kamu harus berupaya dengan berbagai cara, belajar, berdoa, dan mengupayakan cara lain". Erlan berkerut, ia bertanya,

" Maksud juragan, cara lain apa?". Kembali asap mengepul, "Bertemu orang pintar!!". Erlan masih dibuat tidak mengerti oleh perkataan juragan. Namun ia hanya tersenyum mengiyakan. Mereka kemudian terlibat pembicaraan tanya jawab yang ringan, sementara Mbak Nisa sibuk di dapur mempersiapkan makan malam.

Makan malam yang sederhana tersaji dan disantap oleh mereka bertiga. Terkadang ada tawa kecil terdengar dari mereka bertiga. Erlan tidak menyangka kalo juragan ternyata adalah orang yang fleksibel. Ia tidak menduga juragan tidaklah seperti yang selama ini ada dalam bayangannya, seorang yang kaku, susah diajak bicara, sombong, dan lain-lain.

Selepas makan malam, mereka kembali berkumpul sambil minum kopi panas. "Dek Erlan, kamu harus ketemu professor !!", ucap juragan. "Professor??, Prof siapa Gan", tanya Erlan tidak mengerti. "Namanya juga professor artinya orang pintar, dan ini adalah professor kepercayaanku!". Otak kiri Erlan bekerja cepat mencerna arti kata "professor". " Ia tinggal seorang diri di bagian atas desa ini, nanti Hanisa yang akan mengantarmu besok". Selesai berkata, barulah Erlan mengerti bahwa yang dimaksud professor oleh suami Mbak Nisa ini adalah Dukun.

"Terima kasih perhatian juragan pada Erlan", serunya takzim. Lagi-lagi ia mempertontonkan kepiawaiannya membeli hati lelaki tua berharta banyak di desa itu. "Kalian bilang saja aku yang suruh, supaya ia melayanimu dengan baik". Mbak Nisa mengangguk tegas diikuti Erlan yang masih kebingungan bercampur geli karena seumur hidupnya barulah kali ini harus bertemu seorang dukun.

"Maaf Gan, kalo sudah ketemu aku harus memanggilnya apa?, takutnya nanti beliau malah tersinggung", sahut Erlan setengah bertanya. "He..he, kamu memang anak muda yang cerdas, panggil dia Professor Susun Tujuh". Kedengarannya sangat menggelikan. Mbak Nisa yang sedari tadi gatal ingin nimbrung akhirnya bertanya,"Kenapa dia dipanggil professor susun tujuh Gan??". Kembali juragan terkekeh, "Karena kepintarannya itu melebihi professor, nantilah kalian akan tahu sendiri". Ia segera memberi tanda kepada isterinya untuk menyiapkan keperluan mandinya. Juragan berdiri diikuti Erlan sebagai tanda hormat, ia hanya mengangguk kemudian melangkah ke kamarnya. Mbak Nisa menoleh ke arah meja, "Mbak biar aku yang bereskan", dibalas senyum manis perempuan cantik itu.

FOLS(Finding Of Love and Sex)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang