Semenjak kejadian itu, Mbak Nisa menjalani hari-harinya di tengah ketakutan. Bayangan Bang Jahong selalu hadir di pelupuk matanya. Ia meminta orang tuanya untuk sementara waktu menemaninya karena takut sewaktu-waktu iparnya yang mesum itu datang menyatroni dirinya.
"Mas, aku kepikiran terus sama Mbak Nisa", ucap Vivi di dada bidang sang suami usai melaksanakan kewajibannya.
"Kenapa?", tanya Erlan pendek.
"Mbak Nisa itu sudah janda, cantik lagi ditambah dengan harta peninggalan juragan yang kini ia kelola membuat laki-laki akan mengejarnya", ujarnya membelai dada sang suami.
"Wajarlah Vi, kenapa kamu yang kepikiran?", tanya Erlan tak mengerti.
"Mas, Mbak Nisa itu sudah pernah merasakan pernikahan tanpa cinta, apakah kamu tega jika ia mengalami kedua kalinya?", balas Vivi bertanya.
"Aku sih nggak tega, tapi mudah-mudahan Mbak Nisa bertemu dengan orang yang mencintai dan dicintainya", usap Erlan di rambut lurus sang isteri.
"Mas, besok antar aku ya ke rumah Mbak Nisa", pintanya manja yang diikuti oleh anggukan suaminya.Mbak Nisa seperti biasanya sehabis dari perkebunan sibuk membenahi letak kembang kesayangannya ketika Erlan dan Vivi memasuki halaman rumahnya.
"Mbak, tidak bosan tuh rawat kembang", goda Erlan.
"Eh Mas-Non, biasalah kegemaran mau diapa lagi", balas perempuan ayu tersebut.
Mereka segera menuju teras belakang yang sejuk dan rindang. Kehangatan terpancar dari percakapan mereka. Tawa dan kelakar tak henti-hentinya mewarnai pembicaraan mereka yang nampak seolah satu keluarga.
"Mbak, apakah Si Jahong masih sering mengintai?", tanya Vivi.
"Alhamdulillah Non, semenjak kejadian itu dia tidak pernah lagi muncul di desa ini, mungkin di takut terhadap ancaman Mas Erlan", jawab Mbak Nisa sumringah.
"Cuman...".
"Cuman apa Mbak", kejar Vivi memperbaiki duduknya.
"Kemarin, kepala desa sebelah yang baru lima bulan lalu menduda datang kemari. Dia berbicara dengan bapak dan emak dan ingin melamarku", jawab Mbak Nisa pelan.Vivi mengerutkan keningnya. "Trus, bapak dan emak menerima?".
Mbak Nisa menggeleng, "Mereka menyerahkan sepenuhnya kepadaku".
"Kalo Mbak sendiri bagaimana?", Vivi terus mengejar Mbak Nisa bak kucing mengejar kelinci.
"Maksud Non Vivi?", Mbak Nisa balik bertanya.
"Maksudku apa Mbak Nisa ingin menjadi isterinya?". Mbak Nisa hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala.
"Rasanya aku tidak ingin berumah tangga tanpa cinta Non, cukuplah dengan juragan aku melakoninya", ucapnya tanpa gelombang.Malam segera merangkak ke bumi. Jangkrik segera mengalunkan irama penenang sukma yang mendengarkannya. Erlan dan Vivi memutuskan untuk menginap di rumah asri tersebut karena permintaan Mbak Nisa. Selepas makan malam Erlan pamit untuk tidur karena diserang kantuk lebih awal. Sementara Mbak Nisa dan Vivi duduk ruangan tengah sambil berbincang-bincang. Perbincangan dua wanita.
"Mbak, apakah sebelum menikah dengan almarhum Mbak tidak punya...maaf kekasih?", tanya Vivi memulai pembicaraan dinding hati wanita.
Perempuan sederhana itu hanya menggeleng, ia menceritakan bahwa sejak remaja pekerjaannya hanya membantu emak membersihakan rumah dan merawat kebun. Mbak Nisa tidak mempunyai waktu untuk mengenal laki-laki. Laki-laki dimatanya hanyalah pendamping hidup bagi wanita, baginya cinta tak dikenal sampai juragan menikahinya.
Keberadaan Cinta sebagai sesuatu yang penting ketika menjadi isteri juragan. Mbak Nisa yang tidak pernah mempunyai perasaan terhadap sang suami baru tahu kalau hidup tanpa cinta adalah sayur tanpa garam."Non, aku tuh tidak pernah merasakan hal yang berlebih pada laki-laki", ucap Mbak Nisa.
Vivi tersenyum, dalam hatinya dapat menebak perempuan ayu ini tidak tahu cinta seperti apa kehadirannya dalam diri seseorang.
"Adakah laki-laki yang Mbak Nisa sayangi?", Vivi mengganti kata cinta dengan sayang. Harapannya Mbak Nisa lebih memahami makna kata tersebut.
"Ada", sahutnya singkat.
"Siapa Mbak".
"Mas Erlan suami Non Vivi", polos tanpa beban.
Vivi hanya tersenyum, dugaannya selama ini benar."Mengapa Mbak sayang sama Mas Erlan?". Vivi kembali bertanya.
"Aku juga tidak tahu Non, dimataku Mas Erlan itu sempurna sebagai laki-laki dan sangat beruntung Non vivi punya suami seperti dia", sahutnya berbinar menatap Vivi. Tatapan penuh ketulusan tanpa ada rasa ingin memiliki. Vivi yakin rasa sayang Mbak Nisa kepada suaminya adalah sebuah ketulusan dan keihklasan tak bertepi.
KAMU SEDANG MEMBACA
FOLS(Finding Of Love and Sex)
Romance18++ Lanjutan sekuel Sex Slowly Perjalanan dua sahabat yang berjuang mengejar dan mempertahankan cintanya. Menerjang badai cinta dan tenggelam dalam kehangatan Mohon kearifan membaca cerita ini