Lika-Liku Ibukota

18.9K 400 3
                                    

Erlan dan Digo menghabiskan hari-hari sehabis wisuda tidak seperti teman-teman mereka yang lain. Mereka rata-rata beristirahat atau berlibur, tetapi bagi kedua sahabat ini, justeru sebaliknya disibukkan oleh program lanjutan yang sekarang menjadi tujuan mereka. Bolak-balik Fakultas melengkapi berkas untuk penentuan kelulusan pada program Pasca Sarjana menjadi rutinitas harian yang dijalani tanpa rasa lelah.
"Lan, tinggal satu yang harus kita lengkapi", ucap Digo.
"Iya Go, menurut pihak fakultas kita tinggal meminta rekomendasi dari guru besar", balas Erlan bersemangat.
"Tetapi sekarang masalahnya guru besar semuanya lagi tidak ditempat, mereka ada acara di ibukota sampai pekan depan".
"Jadi apa yang harus kita lakukan Lan?", tanya Digo.
"Kalo kita mau cepat, mau tidak mau kita harus mengembara ke ibukota ke tempat acara dan meminta persetujuan rekomendasi sambil membawa karya ilmiah".
"Menurutmu apa yang terbaik untuk kita lakukan?," Digo semakin menujukkan mimik seriusnya.
"Bagaimana kalo kita mengembara ke ibukota??, hitung-hitung liburan sambil menyelam minum air", ucap Erlan berbinar meminta persetujuan sahabatnya.
"Baik Lan aku setuju, ini pertama kali aku menginjak ibukota", balas Digo bersemangat. Dalam hatinya ia dapat bertemu dengan Kety, perempuan yang menemaninya dalam pelayaran terindah sepanjang hidupnya.
"Kapan kita berangkat Lan?", tak sabar kedengarannya.
"Kita persiapkan semua mulai sekarang, besok kita sudah bisa berangkat", jawab Erlan mantap.

Senja merayap perlahan, gerimis pergi berganti udara petang yang dingin. Dua anak muda dengan setumpuk barang di punggung masing-masing berjalan menuju stasiun kereta yang akan membawa mereka menembus belantara ibukota. Bergabung dalam antrian panjang penumpang lainnya, mereka akhirnya tiba di tempat duduk sesuai dengan tiket yang dibeli. Perlahan kereta senja bergerak membawa dua pemuda yang mengejar mimpi-mimpi mereka. Mimpi akibat kehausan ilmu pengetahuan, mimpi untuk berada di jajaran manusia berpengetahuan sekaligus bermoral, mimpi menjadi insan berguna dan seribu mimpi tak terucapkan. Digo bersandar di kursi empuk dengan senyum tipis, ia berhayal dan berharap dapat bertemu Kety di ibukota. Ingatannya melayang pada perempuan tinggi nan cantik yang telah menerobos dinding hatinya di sela Jessi. Sementara Erlan memejamkan mata, di telinganya terngiang kata-kata Nyi Sriti yang mengingatkan untuk tidak pernah menggangu rumah tangga orang tatkala di kepalanya bayangan sang kekasih tersenyum kepadanya.

Subuh hari yang dingin menyambut kedatangan keduanya di ibukota. Selesai menunaikan kewajiban di subuh hari mereka bergerak menyambut udara pagi diantara bunyi kendaraan yang meraung-raung.
"Lan, akhirnya aku menginjak ibukota", Digo tak dapat menyembunyikan kegirangannya. Erlan hanya tersenyum melihat perilaku sahabatnya yang cerdas namun kadang bertingkah jenaka.
"Lan, tunggu kamu foto aku dulu ya, latar belakang monumen paling terkenal di negeri kita!!", Digo mengeluarkan kamera digital dari tas ranselnya.
"Kameramu bagus sekali, ternyata kamu banyak duit Go membeli kamera sebagus ini", ucap Erlan sambil memperhatikan kamera tersebut sebelum mengambil gambar Digo yang bergaya bak seorang foto model kelas dunia.
"He..heh, kamera itu pemberian wisatawan asing yang berkunjung ke Raja Ampat, aku menjadi guide nya dan sebagai hadiah kamera ini menjadi milikku", Digo menerangkan asal usul kamera bagusnya.

Sehabis membersihkan badan di sebuah masjid, mereka segera menuju ke hotel berbintang lima tempat dimana guru besar akan ditemui.
"Lan, wahh mewah sekali tempat ini", Digo seperti orang hutan masuk kota. Keduanya segera memasuki lobby hotel yang ramai oleh dipenuhi manusia dengan gelar tertinggi dalam pencapaian ilmu pengetahuan. Aura intelektualitas tinggi sangat terasa, mereka langsung menemui guru besar masing-masing yang akan dimintai rekomendasi. Penuh takzim mereka mendengarkan penjelasan sang professor sebelum keduanya pamit.
"Go,,,kita cari tempat nginap di dekat sini saja, karena ada beberapa hal yang harus di perbaiki dalam karya ilmiahku", ucap Erlan.
"Aku setuju Lan, aku juga dimintai perbaikan dalam beberapa rancangan yang kuperlihatkan", balas Digo serius.

Sementara itu di sebuah rumah besar------

"Vi, besok kamu ikut aku ketemu dengan Koh Weh", ucap Sony.
"Kenapa aku harus ikut mas?, aku tidak tahu apa-apa, lagian Koh Weh itu....".
"Koh Weh kenapa??", tanya Sony serius.
"Aku merasa dia lelaki yang tidak beres, ada yang lain pada dirinya", ucap Vivi.
Sony berdegup, ternyata perempuan memang dilahirkan dengan naluri yang sangat tajam.
"Ah kamu ini dia itu yang akan membantu bisnis kita", Sony berupaya menyembunyikan gugupnya.
Sony segera pamit bergegas menuju kantornya, sementara Vivi hanya diam melihat kepergian suaminya. Mengapa harus laki-laki sipit yang buncit itu yang diajaka bermitra, bukankah masih banyak yang bisa diajak??, hatinya memprotes suaminya yang ia rasakan mulai dikuasai ambisi bisnis berlebihan.

FOLS(Finding Of Love and Sex)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang