Antagonist ?

420 20 4
                                    

Chapter 7

Eun Ji POV

Flashback On

"Eomma, Appa, tak bisa kah kalian meluangkan waktu kalian untuk ku sebentar saja?" Aku merajuk di hadapan kedua orang tuaku. 

Appa yang sedang membaca Koran sambil menyesap teh hangat miliknya, dan eomma yang menyibukkan pada sebuah fashion magazine yang memampangkan dirinya tepat pada bagian depan. Kami sedang berkumpul bersama di ruang keluarga. Kalian harus tahu, ini jarang terjadi. Ya. Berkumpul bersama, Aku, Eomma, dan Appa. Tanpa ada seorang pun yang absen. Biasanya, 1 bulan sekali kami seperti ini. Tapi, bahkan belum hampir setengah bulan. Meskipun memang, jarang sekali terjadi percakapan manis-yang terjadi seperti keluarga pada umumnya-ketika kami bersama.

Mereka berhenti dalam kegiatannya sejenak. Melirikku bersamaan dan mereka saling menatap satu sama lain. Seolah sedang berdiskusi. Eomma menutup majalahnya, menghampiriku. Ia mengusap lembut puncak kepalaku. Hal yang jarang dilakukannya. Tentu saja alasannya hanya satu kata, SIBUK!

"Maaf, Eun Ji. Kami tak bisa datang pada acara sekolah mu itu. Kami diundang untuk menghadiri pertemuan exclusive dengan pemilik agensi kami. Dan tentu saja, kau tahu betapa hebatnya acara itu. Lancang jika kami tak datang. Kau mengertikan, Chagi?"

'Brak'

Aku melempar buku ku ke atas meja.

"Tapi event tahun ini sangat penting bagiku! Aku akan ikut menyanyi disana. Semua orang tua teman-temanku akan menghadirinya. Kenapa hanya kalian yang tak bisa?!"

Baiklah ini memang mustahil. Meminta mereka untuk datang di pementasanku. Bodoh jika mereka mau datang hanya untuk melihatku tampil. Tentu saja acara penuh kemegahan itu lebih penting. Sudah sering mereka seperti ini. Bahkan pengambilan rapot sekolah dasarku saja, pembantuku yang mengambilnya! Orang tua macam apa mereka?

 "Sayang, jangan bersikap egois seperti ini. Mengertilah pekerjaan appa dan eomma." Ia baru saja akan menyentuhku, langsung ku tepis tangan itu dengan kasar.

"Apa katamu?! Aku Egois? Cih! Tak pernah kah kalian berkaca pada diri sendiri, dan lihatlah siapa yang paling egois dirumah ini, ha?!" Bentakku pada Eomma yang kini menatapku Shock. Sudah cukup aku menjadi anak baik-baik selama ini. Biasanya aku hanya pasrah dan menerima kesibukan mereka. Kini, kesabaranku telah habis. Mereka sungguh keterlaluan!

Sampai keesokan harinya, saat event itu tiba. Aku masih saja mengurung diri dikamar. Tak berminat untuk keluar bahkan menghadiri event tersebut. Tentu saja, kini apa yang kuharapkan pada event sekolahku itu? Tujuanku semula hanya ingin mendapat sedikit saja perhatian mereka untukku. Selama ini aku bekerja keras dan belajar sungguh-sungguh demi mendapat nilai terbaik di sekolah. Sayang sekali,  itu semua percuma dan sia-sia. Mereka tak perduli. Terlalu asik dengan dunianya masing-masing. Terlalu mencintai dirinya sendiri. 

Lalu, dimana mereka sekarang, ketika anaknya mengurung diri dikamar? Tentu saja mereka menghadiri undangan exclusive itu, apa lagi? Mereka tak kan perduli jika aku tak makan selama bertahun-tahun sekalipun. Aku serius!

Ponselku terus saja berbunyi, menandakan banyak telepon masuk. Aku tak mengubrisnya.  Aku malas berbicara dengan siapapun. Aku yakin, mereka hanya orang-orang yang menanyakan kehadiranku dalam event sekolah itu. Aku tak perduli, mengingat perasaan dan pikiranku yang sedang abstrak.

Hingga akhirnya aku bosan mendengar dering nyaring tersebut dan memutuskan untuk mengangkatnya. Nomor tak dikenal.

"Yeoboseyo"

"..."

"Mwo?!"

Beku.

Seluruh tubuhku membeku.

She's a TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang