Nama Si Pangeran Ganteng

6.2K 453 15
                                    

Namaku Amili Daza Mahendra. Usiaku lima belas dan tengah dalam masa sibuk MOS. Untungnya ini hari terakhir sih. Oh ya, omong-omong tentang si pangeran ganteng itu, aku telah mencoba mencarinya tapi mungkin belum jodoh jadi aku tak dapat menemukannya. Padahal aku sudah berganti barisan tiap apel pembuka dan penutup, niat hati ingin tahu namanya tapi boro-boro tahu namanya orangnya aja gak pernah ketemu lagi. Sangsi deh aku jadinya kalau dia sekolah di sini.

"Mil," aku menoleh dan mendapati Rena dengan senyum bodohnya seperti biasa. "Lo harus tahu, tadi gue liat cowok ganteng banget, Mil! Cuma sayang mukanya dingin banget, takut gue juga ngeliatnya."

"Gitu? Yang mana emangnya?" Kataku, yah, siapa tahu itu pangeran ganteng.

Rena menunjuk arah koridor IPA, membuatku mengikuti arah tangannya. Di sana ada cowok tinggi dengan tampang datar dan pandangan tajam, ah! Pangeran gantengku!

"Ren," ucapku cepat sambil menggenggam tangannya. "Gue suka sama dia, lo jangan suka ya sama dia, please, Ren hidup mati gue ini! Bantu gue tahu namanya, Ren! Bantuin gue tapi jangan sampe lo yang jadian! Awas aja kalau sampe lo suka gue marah seumur hidup deh!"

Rena menatapku bingung, tapi tipe yang nyolotin sih. Wajahnya bingung tapi ngeselin. Jadi gini, mulutnya terbuka sedikit, alisnya naik satu dengan tatapan mata datar menyebalkan.

"Duh, iya deh gue gak bakal suka. Lagi, kalau yang lo maksud itu adalah Levian Andara Suryo itu gue sih gak nafsu. Sorry aja, gue sih lebih nafsu sama si Alex noh," Rena menunjuk seorang yang berada di samping kanan Levian ganteng.

Ganteng sih, tapi masih gantengan juga Levian.

"Gue udah bertekad, Ren! Levian bakal jadi pacar gue," kataku penuh ambisi.

"Kalau begitu pertama lo harus coba melewati brikade di depan sana," Rena menunjuk kerumunan gadis yang berada di depan Levian dan Alex. Aduh, udah kaya tentara gitu barisnya. Mereka berdesakan seperti kedua orang itu adalah bagian dari One Direction.

"Kok sepopuler itu sih? Padahal 'kan sama-sama kelas sepuluh!" Rujukku pada Rena. "Kesel! Kalau gue nyoba ngerengsek ke sana bisa jadi abon gue Ren!"

Rena hanya dapat menepuk puncak kepalaku, kasihan. "Udah lah nyerah aja!"

"Enak aja! Gak bakalan dalam kamus hidup seorang Mili menyerah! Lagi, kata mama kalau gue menemukan sosok pangeran gue harus mengejarnya!" Kataku berambisi. "Liat aja, seorang Levian pertama bakal notice keberadaan gue!"

Oh salah, dia sudah melakukannya saat itu. Oh, oh, aku bisa pura-pura berbasa-basi nih!

"Gak, dia bakal jadi pacar gue pokoknya!" Ulangku kali ini lebih keras.

"Siapa yang mau jadi pacar lo?" Aku menoleh, mendapati wajah datar Levian tepat di sampingku, beserta fans-fansnya yang malah menatapku galak.

"Elo," bukan aku, itu Rena sialan!

"Ngimpi aja, gue sih ogah. Gue gak berminat pacaran, sama siapa pun." Perkataan final yang mematahkan hati seluruh perempuan di sekitarnya. Aku yang paling sakit sih.

"Gak apa dong, mimpi masih gratis ini! Pokoknya liat aja nanti lo bakal jadi pacar gue deh!" Balasku sambil menatapnya bersungguh-sungguh.

"Gue tunggu usaha lo deh," setelah itu dia berjalan meninggalkanku dengan wajah memerah karena malu.

Ya ampun kenapa Mili cuma bisa mempermalukan diri sendiri aja sih? Tepukan di bahuku membuatku mendongak, Alex memandangku simpati.

"Lo berani banget, gue salut." Hancur sudah nilaiku di mata Levian. Dasar Mili bodoh!

* * *

Notice MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang